🍫Raya: Beautiful Beach

77 45 35
                                    

Batal pergi main ke rumah temannya, Dafa kini membawaku pergi ke sebuah pantai yang sangat indah. Itu pun aku tahu saat aku sudah berada di jalan pinggir pantai. Mendengar gemuruh ombak yang terdengar keras. Dafa? Huh, dia tak akan memberitahuku kemana tujuan kita, meskipun aku bertanya setarus kali.

Saat ini aku sedang bermain air ombak. Membasahi kedua kaki putihku, dengan berlari di pasir pantai. Aku tersenyum lebar, sangat senang rasanya bisa bermain bebas dengan air yang beriak itu. Ditambah dengan angin yang menerbangkan rambut coklatku.

"Fafa... ayo main ke sini. Seru loh!" teriakku ke arah Dafa yang sedang berdiri dengan satu tangannya yang tenggelem di saku celana. Dirinya hanya mengedikkan bahunya, membuatku mencibir seketika.

Tak ingin memusingkan dirinya, aku berjalan di atas pasir pantai yang putih dengan. Menghitung langkahku yang kubuat lebar-lebar. Aku terkekeh senang saat melihat bekas injakan kakiku tersapu oleh ombak. Dan setelah jejakku hilang aku bermain langkah lebar-lebar lagi.

"Satu... dua... tiga... em- Arggh ombak!"

####

Saat ini sore hari. Karena tadi kita sampai di pantai saat siang hari. Dafa menarikku ke tempat penjual jagung bakar yang ada di pantai itu. Dafa memilih untuk memesan jagung bakar dan aku memilih untuk duduk di ayunan yang tak jauh dari si penjual. Sepuluh menit kemudian Dafa datang membawa jagung bakarnya.

"Makan," titahnya sembari mengulurkan satu jagung bakar. Tanpa menjawabnya aku segera meraih tusuk jagung itu dan memakannya dengan lahap.

"Wah, jagung bakarnya enak banget. Besok-besok kita ke sini lagi ya, Fafa?" seruku setelah melahap jagung bakar.

Dafa tak menjawab membuatku menoleh ke arahnya. Terlihat Dafa yang menatap ke arahku dengan pandangan yang serius. Membuatku mengerjap-erjapkan kedua mata bulatku.

"Fafa? Ya? Boleh ya datang ke sini lagi?"

Dan Dafa masih diam saja memandangku dalam diam. Bahkan Dafa masih belum melahap jagung bakarnya. Sedangkan punyaku tinggal setengahnya.

"Fafa, boleh ya?" ujarku sembari menampilkan puppy eyes andalanku. Tak berapa lama Dafa mendesah, kemudian memajukan tubuhnya, hingga aku dapat merasakan hangat napasnya.

"Kalo makan nggak usah kayak anak kecil, bisa?" katanya terdengar kesal kemudian mengelap sudut bibirku. Eh? Aku bahkan baru tahu kalo ada kotoran yang menempel di bibirku.

Dafa sudah selesia membersihkan bibirku. Namun dirinya belum menjauh dari depanku. Masih berdiri di depanku yang hanya berjarak beberapa senti saja. Tatapannya tajam bukan mengarah ke mataku, namun ke arah bibirku.

"F-fafa, boleh kan?" ujarku lagi untuk memecah keterdiaman di antara kita berdua.

Kulihat Dafa mendengus kesal, kemudian menjauh dari depanku. Huh, lega rasanya.

"Hmm."

"Asyikk, bisa datang ke sini lagi."

"Habisin. Setelah itu pulang," kata Dafa kemudian memakan jagung bakar miliknya.

"Okey, siap bos, hehehe."

####

Pukul delapan malam, aku dan Dafa mampir di sebuah Cafe karena saat lewat tadi aku melihat seorang gadis yang sedang membawa cup kopi. Membuatku menginginkannya saat itu juga.

"Mau pesan apa, Mas, Mbak?" tanya pelayan yang merupakan seorang gadis itu dengan sopan.

"Spaggeti ayam cheese satu, chiken pop BBQ besar satu, kentang goreng besar satu, kopi oreo latte satu, air putih satu, sama kopi hitam satu. Udah itu aja mbak," ucap Dafa membuatku melongo seketika.

Hah? Dafa masih laper? Padahal habis makan jagung loh. Aku aja sampai kekenyangan.

"Eh, emang siapa yang mau makan sebanyak itu?" tanyaku terheran.

"Elo."

"Yaya?" tunjukku kepada diri sendiri.

"Hmm."

"Nggak mau. Yaya udah kenyang. Pokoknya Yaya nggak mau makan," protesku. Kemudian menghadap ke arah pelayan. "Mbak, pesan kopi oreo latte sama kopi hitam aja. Udah itu aja mbak."

"Yaya, dari siang lo belum makan," kata Dafa tegas.

"Udah, tadi kan udah makan jagung bakar."

"Kan itu cuma jagung bakar."

"Pokoknya Yaya nggak mau makan."

Dafa menghela napasnya, daripada perdebatan semakin panjang, akhirnya Dafa memilih untuk mengalah.

"Udah mbak yang itu aja, kopi oreo latte sama kopi hitam aja."

"Baik, mohon tunggu sebentar."

####

Sudah sepuluh menit berlalu setelah kopi pesananku sampai di meja. Dan sudah beberapa kali aku meneguk kopi oreo latteku itu. Namun Dafa malah asyik bermain ponsel. Membuatku kesal ingin menggigitnya.

Aku mengedarkan kepalaku, kebanyakan pengunjung di Cafe ini adalah anak remaja yang seusia denganku. Dan kebanyakan juga mereka semua berpasangan. Aku mendengus kesal saat melihat beberapa cowok mengajak ceweknya bersendau gurau. Aku menoleh ke depan lagi, ke arah Dafa. Dafa mana pernah ngajak aku bersendau gurau kayak gitu.

Untuk meredakan rasa kekesalanku aku menyesap kopiku lagi. Namun tak berapa lama mataku terasa sangat berat sekali. Loh, padahal Raya baru minum kopi. Kok bisa ngantuk gini?

Aku meraih punggung tangannya Dafa yang ada di meja. Menatap ke arah Dafa dengan pandangan yang berat.

"Fafa, Yaya, ngantuk."

Dan setelah itu aku meletakkan kepalaku di atas meja dan aku pun jatuh tertidur.

####

Hemm, rasanya empuk dan hangat. Aku meraba benda yang menutupi tubuhku. Ah aku kenal dengan sesuatu yang menutupi tubuhku. Ini adalah selimut yang lembut dan hangat. Aku meraba ke sekeliling tubuhku mencari suatu benda yang sering aku peluk setiap malam jika aku tidur. Namun aku tak menemukannya.

Aku bangun dengan gontai. Menyingkap selimut yang membungkus tubuh ini. Masih dengan mata yang terpejam aku berjakan ke arah sofa.

"Ah, guling, di mana kamu," racauku sembari berjalan.

Setelah sampai di sofa, aku melihat guling. Dengan segera aku tidur diatas sofa dan memeluk guling itu. Hmm begini kan enak, hangat banget. Tapi tunggu, kenapa guling bisa sekeras ini.

Hap!

Aku merasakan kehangatan melingkupi badanku. Samar-samar aku melihat lengan yang sedang memeluk tubuhku. Namun, karena aku masih ngantuk aku tak memikirkan lengan itu dan memilih untuk melanjutkan tidur malamku.

CIELO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang