☕Dafa: I'am Different

67 40 10
                                    

"Woy, ada anak baru!" seru Bryan kemudian duduk dibangku yang ada di samping gue.

Ya elah cuma anak baru aja heboh. Gue nengok ke cendela samping gue. Gue males banget hari ini, Raya emang beda sekolah sama gue. Nggak tahu kenapa nggak mau satu sekolah sama gue.

"Halo semua, perkenalkan aku Raya Aikko Putri Ganendra. Semoga kita bisa menjadi teman baik."

Wait! Ini beneran Raya, tunangannya gue? Pindah ke kelas gue? Gue nggak halu kan?

Gue langsung noleh ke depan berpaspasan dengan Raya yang menoleh ke arah gue dengan senyum khasnya.

"Woah, imut banget!" pekik Bryan.

Yan, jangan bikin gue gantung elo di tiang bendera ya.

Raya cuma senyum doang nanggepi perkataannya Bryan. Tunggu aja lo ya, Yan. Gue jadiin lo pepes entar.

"Baiklah, kamu boleh duduk di-"

Gue segera angkat tangan gue. "Disini bu."

Ucapan gue buat Bryan noleh dengan muka emosi. Bodo amat Bryan.

"Lah, gue duduk dimana, Anying?!"

"Lo sendiri. Sana pergi lo!" Balas gue ngusir Bryan.

"Baik, kamu boleh ke tempat dudukmu."

Setelah perkataan Bu Stella, Raya berjalan pelan ke bangku gue. Natap ke arah Bryan dengan tatapan meminta maaf.

"Maaf ya Bryan, sebenarnya Raya nggak enak hati, Bryan harus pindah tempat duduk," cicitnya seperti ketakutan.

Bryan terkekeh mengambil tasnya dari samping meja, "Selow aja sih. Gue juga bosen satu meja sama dia," balasnya sembari melirik ke arah gue. Sedangkan gue cuma menatapnya tajam.

"Sekali lagi Raya minta maaf," ujar Raya sekali lagi.

"Iya iya, minta maaf mulu dari tadi. Udah kek lebaran aja," kata Bryan mendengus kesal. "Gue pindah, Daf. Jangan kangen sama gue lo."

Yeu, siapa yang bakal kangen sama tuh bocah.

"Nggak akan," balas gue singkat.

Setelah kepergian Bryan, Raya duduk di samping gue. Mengambil beberapa perlatan sekolah. Dan hal itu nggak luput dari pandangan gue. Bahkan saat gue majuin tubuh gue ke arahnya, Raya masih nggak sadar. Gue taruh kaki kiri gue di belakang tubuhnya. Tambah manjuin tubuh gue ke arahnya.

"Kenapa nggak bilang?" tanya gue dengan suara rendah.

Ya iyalah, gue rendahin suara gue. Takut kena omel Bu Stella. Apa tuh yang merah-merah di pipinya Raya? Raya blusshing? Hahaha tambah gemesin ya tuh anak.

"Y-ya, kenapa juga harus bilang."

Tanpa pikir panjang gue berucap, "Lo kan, tunang-"

"Fafa, diem. Ini disekolah, sampek ada yang tahu, Fafa entar Yaya terkam!" ancamnya yang sukses buat gue kecip seketika. Gue nutup bibir gue lagi. Tahu nggak, kalo Raya lagi kesel kek gitu, bawaannya tuh gue pengen banget meluk dia. Nggak berapa lama gue mengulum bibir gue biar senyum gue tertahan.

####

Bel pulang sekolah berdering. Gua langsung ditarik sama Raya buat pulang bareng. Ya gue sih mau-mau aja ye kan.

"Huh, huh, ini sekolah berasa kayak satu kampung. Gede banget, huh," ujar Raya terputus-putus. Menumpukan kedua tangan diatas lutut.

Ya elah, emang cewek ya, manja banget. Lagian gue sama Raya baru jalan beberapa langkah.

CIELO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang