Harga Seonggok Nyawa

18 5 2
                                    

Apa kau pernah membayangkan, akan seperti apakah nantinya setelah kau mati?

Apa orang-orang akan menangisi kematianmu?

Atau mungkin setitik air mata pun tidak rela mereka berikan untukmu?
Apakah orang yang menjadi penyebab kita mati akan menyesal memohon ampun?

Atau marah karena namanya ditulis di surat wasiat?

Apapun itu, hanya dengan beberapa gores cutter di sebelah tanganku, tepat di atas pembuluh darah vena maka semua masalah ini akan selesai, 'kan?

Semua penderitaan dan ketidakadilan yang harus kuterima selama ini, semuanya akan hilang hanya dengan goresan cutter, bukankah alat ini hebat?

Dengan ini aku bisa mengakhiri hidupku yang penuh drama busuk nan memuakkan, lalu pergi ke surga dan hidup damai di sana. Alangkah indahnya ....

Jika saja Adam dan Hawa tidak bernafsu saat itu, aku tidak harus menjalani hidup pahit ini! Tapi siapa peduli, mereka tidak pernah memberi perhatian sedikitpun, bahkan kepada orang yang tengah di ambang kematian.

Sibuk memikirkan urusan duniawi, telanjur ditelan rasa takut dan egois. Bukankah menyebalkan tinggal di dunia seperti itu? Dunia penuh orang munafik.

Di sosmed dengan entengnya bilang jangan menindas orang dan harus saling tolong menolong, di dunia nyata saja boro-boro mengulurkan tangannya. Memuakkan sekali harus menghabiskan hidupku di antara orang-orang itu.

Aku sudah tidak tahan lagi. Dengan ini, aku akan mengakhiri hidupku. Penderitaan pun akan berakhir. Selamat tinggal semuanya.

Aku menggoreskan cutter ke pergelangan tanganku berkali. Darah mengucur ke lantai, perih menjalar dari dalam tubuh. Aku tersenyum sendu, memejamkan mata dan berbaring di lantai menikmati rasa sakit ini. Setidaknya setelah ini aku akan damai di akhirat.

"Kau pikir, kau akan masuk surga dan hidup damai di sana?"

Suara asing bergema di telingaku. Aku membuka mata, namun yang kulihat hanya hitam. "Siapa itu?"

"Kau pikir, dengan bunuh diri mereka akan ketakutan dan menyesali perbuatannya?"

Sebuah lingkaran muncul, memperlihatkan mereka yang menertawai mejaku yang kosong dengan bunga layu di atasnya.

"Woah, akhirnya si culun mati juga. Benar-benar tak disangka."

"Hey, jahat sekali kau meninggalkan kami tanpa pamit. Jika tahu kau akan mati secepat ini, seharusnya dari dulu kami menindasmu lebih parah! Hahahahhaha ...."

Gambaran itu hilang, berganti dengan ayah dan ibu yang menangis sambil memeluk nisanku. "Ini salahku, jika saja ibu tahu kau diperlakukan seperti ini, kau tidak akan mati."

"Kenapa kau tidak cerita pada ibu, Nak .... Jika ibu tahu, ibu akan memindahkanmu ke sekolah lain agar tidak terjadi seperti inii!"

"Ibu ...." Suaraku bergetar. Air mataku mengalir deras. Bahkan di akhirat pun aku tidak bisa bahagia. Kenapa kehidupan ini begitu kejam!

"Menurutmu apa yang akan terjadi padamu setelah bunuh diri? Kau akan jatuh ke neraka terdalam dan disiksa habis-habisan?" Suara itu kembali bergema.

"Mereka akan ditaruh di neraka terdalam. Disiksa habis-habisan tanpa henti dengan api berkobar yang merebus tulang-tulangmu hingga mendidih!"

"Tidak!"

"Bukan ini yang kumau! Tolong kembalikan aku! Aku ingin hidup! Aku ingin hidup!"

"Manusia bodoh, membuang-buang nyawa mereka hanya karena hal sepele. Mahluk egois yang mementingkan diri sendiri tanpa mementingkan penderita orang lain."

La Mia FantasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang