Makan Malam

2.2K 297 29
                                    

Lampu ruang tamu masih menyala, Yibo memasuki garasi untuk meletakkan mobilnya. Ia melihat di dalam sana tak ada kendaraan milik Haoxuan. Yibo cemas bukan main, ia tentu tak ingin membiarkan adiknya yang setengah gila itu keluyuran malam-malam.

Yibo bergegas masuk ke rumah, ia melihat Xiao Zhan tertidur di sofa menunggunya. Ia sudah berjanji akan menemani Zhan makan malam. Yibo dengan hati-hati membangunkan pemuda manis itu, dengan menepuk-nepuk pipinya.

Mata pemuda itu terbuka perlahan, melihat siapa yang datang, Xiao Zhan langsung bangun dari tidurnya. Ia mengucek kedua matanya lalu tersenyum pada Yibo.

"Aku sudah siapkan masakan untuk makan malam kita!" Zhan berkata dengan antusias.

"Maaf, bukannya aku menolak. Tapi ada hal penting yang harus kukerjakan lagi!"

Zhan menahan lengan Yibo, ia menatap Yibo dengan mata berkaca-kaca. "Sekali ini saja, makanlah bersamaku." Xiao Zhan dengan nada memohon merupakan paduan yang sungguh melemahkan hati Yibo.

Polisi muda itu terdiam di sana, berdiri di pinggir sofa sambil berpikir. Apa ia akan mengejar Haoxuan atau memilih menemani Zhan makan malam?

.
.

Haouxuan berdiri di depan sebuah mini market. Ia menyilangkan dada, sesekali melihat arloji lalu beralih pada jalanan di depannya yang mulai sepi.

Haoxuan memiliki obsesi menjadi polisi, ia mengikuti tes seleksi bersama Wang Yibo, tapi sayang ia gagal. Semua mata pelajaran saat kuliah serta gelar yang ia dapat setelah lulus menjadi sia-sia. Impiannya tak terwujud.

Kedua orang tua mereka tidak menginginkan kedua puteranya menjadi perwira polisi, di mana mara bahaya selalu mengintai mereka. Namun, baik Yibo atau pun Haoxuan memiliki pendirian. Mereka bukan tipe penurut, berbeda dengan Wang Zhoucheng yang langsung saja mengiyakan keinginan orang tuanya agai ia menjadi ahli di bidang kesehatan. Zhoucheng juga dengan suka rela harus patuh saat orang tuanya, kembali mengirimnya ke luar negeri setelah kematian kekasihnya.

Haoxuan mundur ke belakang, hingga menabrak kaca mini market. Ia berkeringat meski di luar cuaca cukup dingin. Matanya tak sengaja bertemu pandang dengan seseorang di seberang, yang memakai masker hitam. Seseorang itu dengan kedua jarinya menunjuk pada kedua matanya, kemudian menunjuk ke arah Haoxuan. Bisa diartikan 'aku sedang mengawasimu'

Teman Haoxuan datang membawa satu kresek belanjaan, ia menepuk pundak temannya yang terpaku pandangannya pada seseorang di seberang jalan.

"Siapa yang kau lihat?" tanya Li Daikun.

Haoxuan menoleh, seketika ia merasa telah diselamatkan begitu temannya ini datang.

"Bukan siapa-siapa," sahut Haoxuan.

"Aku mengajak Ximei ikut serta, dia akan menginap di tempatku. Kau tahu, dia sangat antusias mendengarmu akan datang bersamaku!"

Haoxuan merespon dengan senyuman kaku.

.
.

Suasana meja makan sedikit berbeda, dua lilin menyala di tengahnya. Lampu ruangan menjadi sedikit redup. Namun itu memberi kesan yang romantis. Yibo duduk di kursi dengan Xiao Zhan yang bertindak sebagai pelayan, memasangkang sapu tangan di lehernya dan menyiapkan piring, sendok dan garpu untuk Yibo.

"Malam ini anggaplah aku sebagai pelayanmu, sebagai bentuk terima kasihku karena telah menerima dan menjagaku."

Senyuman Xiao Zhan sangat manis, di antara kerlip lilin ia terlihat semakin menarik. Apa lagi caranya memperlakukan Yibo.

Banyak makanan tersaji di meja, dengan senang hati Zhan mengambilkan beberapa makanan ke piring dan menuangkan segelas minuman untuk Yibo.

"Aku bersulang untuk persahabatan kita!" Zhan mengangkat gelasnya. Yibo memberikan senyum kecil sambil mengikuti gerakan Zhan.

Hanya beberapa orang aneh dan tak peka saja, yang mengatakan mereka masih berteman bahkan setelah mereka hampir berciuman. Kenapa tak akui saja jika di antara mereka telah tumbuh benih cinta sejak lama.

"Masakanmu enak!" Yibo memuji sambil mengacungkan sebelah jempolnya, Xiao Zhan tersenyum.

Cahaya lilin menari-nari, suara garpu sesekali berdenting dengan piring. Tak ada perbincangan lagi, suasana kembali sunyi. Yibo menundukkan wajah karena menikmati masakan Zhan yang memang lezat. Sedang Zhan justru sibuk memikirkan sesuatu.

"Tak ada kemajuan tentang kasus Yuchen?" tanya Zhan.

Yibo menggeleng, ia terlihat masih menikmati masakan Zhan. Berapa tahun ia menunggu, menyantap makanan buatan orang yang ia sayang. Yibo mengambil lagi sup teratai lalu mengambil telur bumbu kuah kacang yang terlihat lezat.

"Dari mana kau belajar masak makanan lezat ini?"

"Jika kuberitahu, apa kamu akan memberiku hadiah?"

Yibo tertawa kecil, Zhan mungkin tak menyadari bahwa jawaban polos Zhan itu mampu membuat polisi dingin macam Yibo tertawa saat makan.

"Tentu, katakan saja!"

"Aku ingin tidur di kamarmu!"

Yibo tersedak, jawaban Zhan membuat otaknya seperti disetrum oleh voltase cinta yang membuat otot mulutnya keliru dalam mengunyah. Ia mengambil minuman di meja, lekas meredakan tenggorokannya yang tersedak makanan.

Kenyataan Zhan mengingat masa lalu tentang kedekatan mereka saja, sudah membuat Yibo senang. Apa lagi secara sadar dan penuh kejutan, Zhan menawarkan diri untuk tidur bersamanya.

.
.

Silence milik Beethoven membelai malam, ada bintang yang berpendar di langit, memberi kilau yang menarik mata Xiao Zhan untuk memandanginya.

Yibo duduk di pinggir ranjang, menatap sosok ramping yang duduk di pinggir jendela. Ingin mengajak Zhan untuk tapi merasa itu bukan hal yang sopan untuk dilakukan. Akhirnya ia menarik selimutnya sendiri bersiap menuju alam mimpi.

"Aku tidur duluan, besok harus mengejar deadline dari komisaris," ujar Yibo sembari menaikkan selimut tebalnya hingga ke dada.

"Silahkan, aku masih ingin menikmati malam."

"Oh iya, tak apa kan, jika musiknya tidak kumatikan?"

"Tentu boleh, aku juga suka musik klasik."

Percakapan mereka berakhir, Yibo berupaya tidur sedangkan Zhan masih berkelana bersama pikirannya.

Apa sebenarnya yang dipikirkan Zhan?








Tbc.

PayBack(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang