Tbc or End?

2.3K 244 29
                                        

Dua tahun kemudian

"Apa kamu ingin membeli tanah di kawasan itu?" tanya seseorang di samping Zhan. Ia memakai kemeja dan celana biasa, tingginya beberapa senti di bawah Zhan.

"Aku sudah lama menginginkannya." Zhan menyahut, setelah melepaskan tembakan ke sebuah botol yang berdiri 10 meter di depannya.

"Kemampuanmu menembak semakin meningkat." Pria itu menepuk bahu Zhan, memberikan pujian.

Zhan menggeleng, "Justru semakin menurun, sudah lama aku tak berlatih. Dulu, aku bisa menembak burung yang terbang dari jarak lima belas meter." Xiao Zhan menembak lagi, tapi meleset dari sasaran.

"Saat itu aku berlatih dengan keras, dengan tujuan membalas kematian kakakku."

Pria lain di samping Zhan melepaskan tembakan. Sekali lagi ia meleset.
"Aku memang tak berbakat," ucapnya putus asa, meletakkan laras panjang yang ia pakai ke dalam lemari.

"Tuan muda Wang!" teriak seseorang yang datang dari belakang mereka, berpakaian formal sambil menenteng tas kerja dari kulit hitam.

"Ada apa Tuan Wen?" Pria itu menyahut.

"Permintaan anda disetujui oleng Nyonya, untuk membangun gedung sekolah yang anda inginkan. Tinggal mencari lahan kosong untuk pembangunannya."

Pria yang dipanggil tuan muda Wang menoleh pada Zhan, setelah mendengar ucapan pengacaranya. Zhan memberi tanda dengan jempol.

"Sepertinya tanahmu cocok," ujar pria itu sambil tersenyum simpul.

"Ternyata kita memiliki mimpi yang sama." Xiao Zhan tertawa, menanggapinya.

"Katakan pada ibu, aku sudah menemukan lahan kosong." Tuan Wang beralih pada pengacaranya yang lekas beranjak untuk menemui Nyonya Wang.

Xiao Zhan meletakkan pistol yang ia gunakan sebagai latihan, ke pinggangnya. Ia mengikuti tuan muda itu ke dalam rumah, untuk membahas desain gedung yang akan mereka bangun.

"Aku harus segera siapkan surat kepemilikan tanah itu," ucap Zhan sambil menekan salah satu kontak di ponselnya.

Ia tersambung dengan manajer properti di kawasan yang akan ia beli. Xiao Zhan sudah membayar uang muka sebesar 20% tentu akan mudah baginya untuk memiliki tanah itu.

"Selamat siang Mr. Chan, aku harap kau tidak lupa. Aku Zhan yang telah membayar DP untuk distrik di kota Y."

Dengan penuh penyesalan Mr. Chan di seberang menjawab, "Maaf sekali Tuan Zhan, tanah itu telah dibeli oleh seseorang secara kontan tadi pagi. Ia membayar dua kali lipat dari yang anda tawarkan."

Xiao Zhan terdiam, menggeram dalam hati. Siapa orang yang telah membeli tanah yang ingin ia beli?

Xiao Zhan menoleh ke arah Tuan muda Wang, ia menggeleng pasrah. Tanda semua telah punah. Pria bermarga Wang menghampiri Zhan dan menepuk pundaknya.

"Kita tidak akan menyerah, kita cari tahu siapa orang itu, dan buat ia menyerahkan tanah itu pada kita."

.
.

Seorang pria berbadan tegap, rambut plontos bersandar di sebuah mobil audi hitam. Kacamatanya gelapnya menambah kesan gagah. Ia menunggu seseorang, terlihat dari caranya yang terus menerus melihat arlojinya.

Sebuah mobil lain berwarna merah berhenti di belakangnya. Dua orang di dalam itu masih terperangah, berdialog tentang pria yang ingin mereka temui.

"Itu Wang Yibo?" Zhan bertanya pada orang di sebelahnya.

"Sepertinya iya." Wang Zhoucheng menyahut.

"Aku akan menelpon pihak properti." Xiao Zhan merogoh saku jasnya.

"Aku juga akan mengabari ibu tentang keberadaan Yibo," sahut Zhoucheng yang turut mengambil ponsel.

Xiao Zhan turun dari mobil terlebih dulu, sementara Zhoucheng masih berkutat dengan ponselnya.

Wang Yibo yang menyadari ada seseorang yang mendekat. Menoleh sambil melepas kacamata hitam yang ia gunakan.

Mereka terdiam sesaat, membiarkan seuatu seperti getaran listrik tak kasat mata lewat.

Zhan mengamati penampilan pria yang pernah melindunginya ini. Semakin terlihat dewasa, dengan tatapan jauh lebih lembut dari biasanya.

Yibo juga menatap Zhan yang memiliki perubahan dari penampilannya yang semakin berani dan tatapan matanya yang sangat kuat.

"Hai, lama tak bertemu!" Yibo yang mengulurkan tangan pertama kali. Sedangkan Zhan masih berusaha beradaptasi dengan keadaan yang sangat mengejutkan. Dimana rencanya untuk bertemu pemilik tanah yang ingin ia beli, justru berakhir pada Wang Yibo.

"B-baik, bagaimana denganmu?"

Mata Yibo mengunci pandangan Zhan, mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing. Zhan curiga Yibo ingin menangkapnya, sedang Yibo takut Zhan akan menghindar lagi.

Kedua tangan itu masih saja berjabat erat, sedang debaran keduanya semakin meningkat. Jika Wang Zhoucheng tidak menepuk bahu Xiao Zhan, mereka masih akan berjabat tangan dengan mata saling pandang.

Keduanya secara sadar menoleh ke arah pemuda bermarga Wang, berstatus sepupu Wang Yibo tersebut. Tak bisa disembunyikan, keterkejutan di mata Wang Yibo, pun sama di wajah Zhoucheng yang sedikit khawatir. Apakah Yibo sudah tahu mengenai insiden yang menimpa Haoxuan adalah ulahnya?

Mereka kini duduk di sebuah ruangan, di dalam rumah makan sederhana bernuansa putih tulang. Yibo menatap Zhoucheng juga Zhan secara bergantian. Pemuda Wang menunduk, sementara Zhan memilih membalas tatapan Yibo.

"Aku bisa menjelaskan semua." Zhan mulai tak sabar membuka mulutnya, untuk menceritakan apapun yang ingin Yibo ketahui tentangnya juga tentang keterlibatan Zhoucheng selama ini.

"Makanannya mulai dingin, apa tak sebaiknya kita makan dulu?" Yibo mengabaikan ucapan Zhan, ia mengambil sumpit untuk menjadi yang pertama, mulai menyantap pesanan mereka di atas meja.

"Ayo, Kak. Kau suka sekali dengan ramen, kan?" Yibo menyodorkan mangkok berisi ramen ke hadapan Zhoucheng.

Pemuda itu mengangkat wajah, setelah bertahun-tahun tak bertemu Yibo. Ia tak menyangka, pria yang pernah menjadi polisi itu akan memanggilnya dengan sebutan 'kakak' kembali. Meski Yibo tahu, bahwa Zhoucheng yang menjebak Haoxuan dan membunuh Li Daikun.

"Oh, iya Zhan. Kau suka sup teratai, kan?" dengan senyuman tipis Yibo mengambilkan Zhan semangkuk sup teratai. Entah berapa bulan pemuda itu belajar tersenyum seperti ini. Setahu Zhan, Yibo adalah pria kaku, dingin dan minim ekspresi.

Zhan membalas senyuman Yibo dengan lembut, ia mengikuti bagaimana Yibo berusaha membangun suasana hangat. Walaupun itu masih misteri, apakah ada tujuan lain saat Yibo bersikap manis begini. Tetapi, Zhan cukup senang melihat Yibo bukanlah pria bermata dingin lagi.









Tbc or End?

PayBack(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang