5. Arsen Anggara

4.9K 438 5
                                    

Arsen berjalan menuju parkiran, sekolah baru saja usai.

"Langsung pulang Ar?" Nanda yang melihat Arsen berjalan menuju motornyapun bertanya.

"Hm." Singkat padat jelas, khas Arsen sekali.

"Eeoo.. wuihh tas lo jelek banget!" Terlihat Nadine yang tengah mengganggu siswi yang terlihat cupu dengan mengambil tasnya.

"Lia, tangkap!" Nadine melempar tas itu pada Lia.

"Upss, sorry. Tangan gue terlalu bersih." Nadine dan Lia pun tertawa bersama-sama.

Di sisi lain Ayra yang melihat kejadian itu seketika menghentikan langkahnya. Tiba-tiba teringat akan apa yang di alaminya dulu.

"Ay, lo gak papa?" Gania yang melihat Ayra mematungpun menghampiri Ayra. Namun Ayra hanya diam terpaku dengan apa yang di lihatnya saat ini. Seketika keringatnya bercucuran seakan baru saja lari marathon.

"Ay!" Gania mengguncang tubuh Ayra.

Arsen yang melihat itu pun memperhatikan ekspresi Ayra.

"Ay lo baik-baik aja kan? Muka lo pucet banget." Fina yang melihat itu pun segera menghampiri sahabatnya itu.

Ayra mengedarkan pandangannya, tapi Nadine dan gadis itu sudah tidak ada. Ayra berlari menuju gerbang sekolah, ia melirik kiri kanan tapi ia tidak melihat keberadaan mereka.

"Ay, lo sakit?" Gania kini meletakkan tangannya pada kening Ayra.

"Gak panas, malahan dingin." Oceh Gania.

"Aku mau pulang." Ayra langsung masuk mobilnya, meninggalkan temannya dalam kebingungan.

"Liat apaan?" Vino dan Gery menghampiri Arsen dan Nanda yang melihat gerbang sekolah.

"Ngapain si Gania sama Vina di sana? Bukannya mereka bawa mobil ya. Atau jangan-jangan.. "

"APA!" Nanda yang tahu bahwa Vino pasti akan berkata yang aneh-aneh pun menatap tajam ke arah Vino.

"Santai bos mentang-mentang.."

"APA!" Kali ini Vino tidak menanggapi, Nanda memang sangat sensitif jika berkaitan dengan pacarnya.

"Gue duluan." Arsen langsung melenggang pergi dengan motornya.

***

Arsen baru saja memarkirkan motornya saat Lidya bundanya menghampirinya.

"Arsen."

"Iya bun."

"Tolong bawakan ini." Lidya memberikan dua totbag yang cukup besar padanya.

"Apa ini?" Tanya Arsen.

"Oleh-oleh."

"Bukanya semalem udah."

"Bukan buat kamu."

"Terus?"

"Buat Ayra, kok kamu gak bilang sih kalau Ayra kecelakaan malahan tabi bibik yang ngasih tau." Lidya memarahi putranya.

"Arsen gak tau."

"Masa gak tahu, orang satu sekolahan udah gitu rumah kita bersebrangan lagi."

"Terus Arsen mesti tahu semua tentang Ayra gitu."

"Ya gak gitu juga."

"Dah ah, Arsen capek mau mandi." Arsen hendak pergi saat tiba-tiba bundanya langsug menjejalkan totbag itu pada tangannya.

"Bawain! Bunda mau bawa makanannya."

Akhirnya Arsen hanya pasrah mengikuti bundanya.

Saat berada di depan rumah Ayra, mereka melihat Ayra yang baru saja keluar rumah.

AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang