Ayra tengah makan malam bersama keluarganya, hal yang ia pikir tidak akan pernah bisa ia rasakan.
"Gimana sekolah kamu sayang?" Tanya Hana pada putri kesayangannya.
"Menyenangkan. Ayra punya sahabat yang sangat peduli pada Ayra. Dan teman-teman kelas yang menyenangkan, guru-gurunyapun baik." Terang Ayra.
"Terus gimana sama Arsen?"
Uhkk..
Ayra tersedak makanan yang sedang ditelannya.
"Minum sayang." Ucap Ayah seraya menyodorkan minum padanya.
"Pelan-pelan makannya sayang." Hana mengelus punggung putrinya.
'Aku gak salah dengerkan? Bunda nanya Arsen?'
"Kok.. Bunda nanya gitu?" Ayra tidak berani menatap bundanya.
"Dulu kamu kan setiap hari lari-lari ke rumah tante Lidya." Bunda tersenyum menggoda.
"Oh ya, Ayra gak inget."
"Nanti pelan-pelan ingatan kamu pasti kembali." Ucap Ayah kemudian.
"Oh ya, bunda sama ayah ada pekerjaan di luar negeri. Mungkin sekitar dua minggu, tergantung kinerja Ayah. Bibik juga belum pulang, katanya penyakit anaknya cukup serius jadi mungkin masih lama untuk kembali kerja. Jadi untuk sementara kamu tinggal di rumah tante Lidya." Hana terlihat ragu mengatakanya, putrinya baru saja sembuh sehinggan ia cukup khawatir meninggalkanya sendiri.
"Kok mendadak?" Ayra menghentikan makannya kini ia menatap bundanya.
"Sebenarnya rencananya sudah lama sebelum kamu kecelakaan, cuma Ayah sama bunda baru sempat sekarang. Kamu gakpapa kan untuk sementara tinggal di rumah tante Lidya?" Hana memberikan pengertian pada putrinya.
"Kapan?" Tanyanya lesu.
"Mmm... sekarang?" Bunda tampak enggan mengucapkanya.
Ayra kaget mendengarnya, ia kira setidaknya mereka akan pergi besok.
"Kok bunda sama ayah gak bilang dari tadi? Ayra kan belum siap-siap." Protesnya.
"Ya sudah, kamu siapin barang-barang kamu dulu. Nanti Ayah sama Bunda antar kamu ke rumah tante Lidya." Hendra mengelus surai putrinya lembut.
"Ya udah, tapi jangan lama-lama." Ujar Ayra sambil mempoutkan bibirnya.
"Bunda cuma khawatir kalau ninggalin kamu sendirian, kamu kan belum lama sembuh ingatan kamu juga belum pulih." Terang Ayah kemudian.
"Iya, iya Ayra ngerti kok. Ayra bakal jadi anak yang baik." Ayra memeluk Ayahnya kemudian memeluk Bundanya.
"Ya udah kamu beresin barang-barang kamu gih nanti kemaleman."
"Iya bun." Ayra pun naik keatas menuju kamarnya.
'Huhft.. niat hati ingin jauh-jauh dari Arsen malahan tinggal satu rumah.'
***
Ayra kini sudah berada didepan rumah Arsen, orangtuanya barusaja pergi.
"Ayo, tante antar kekamar kamu." Lidya menggandeng Ayra menuju kamar gadis itu.
Ternyata kamarnya bersebelahan dengan kamar Arsen. Ayra tidak melihat Arsen, sepertinya cowok itu sudah tidur.
"Untuk apa aku memikirkan Arsen? Aku bukan Ayra, aku tidak perlu menyukainya. Lagipula sepertinya dia sangat membenciku, akan lebih baik aku jauh-jauh darinya." Ayra kini sudah berada didalam kamarnya. Iapun merapikan barang-barang yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYRA
Teen FictionMiskin, jelek, tidak punya keluarga ataupun teman. Siapa yang sanggup hidup dalam keadaan itu? tidak ada. Aku pun tak ingin hidup dalam dunia seperti ini. Aghea Asghari Cantik, kaya, punya orang tua yang sangat menyayanginya semua keinginanya selalu...