12. Jahat?

3.2K 337 2
                                    


Keadaan sudah sangat ramai saat Arfand sampai dibelakang sekolah. Sepertinya teriakan mereka menyita perhatian banyak orang.

"Aaa... kaki gue!" Nadine memekik sakit saat mereka terjatuh dan tidak sengaja lutut Ayra mendarat di kaki Nadine.

Kini mereka berdua terduduk ditanah dengan tangan yang masih saling menjambak.

Lia terlihat sudah diamankan oleh teman yang lainnya, sedangkan Nadine dan Ayra tidak ada yang berani mendekati mereka.

"Aa.. rambutku." Ayra merasa kepalanya sangat pusing. Iapun berusaha menjauhkan tangan Nadine dari kepalanya.

Arfand yang melihat itupun mengajak beberapa temannya untuk memisahkan mereka berdua.

"Lepasin gue. Maju sini lo! Dasar cewek sialan." Nadine berteriak histeris saat beberapa orang menyeretnya menjauhi Ayra.

Keadaan Ayrapun tidak jauh berbeda, ada dua orang yang memegangi masing-masing tangannya dan membantunya berdiri.

"Apa yang kalian lakukan. Kenapa berkelahi di area sekolah?" Ucap Arfand yang masih memegangi tangan Ayra.

"Hiks.. hiks.. kaki gue. Gue udah bilang gue nggak sengaja Ay." Nadine tersimpuh ditanah sambil memegangi kakinya.

"Gu.. gue udah minta maaf kan.. hiks." Nadine berusaha mendapat simpati teman-temannya, dan sepertinya itu berhasil. Terbukti kini beberapa orang terlihat berbisik sambil menunjuk padanya.

"Nad, lo gak papa?" Lia bersimpuh melihat keadaan Nadine.

"Hiks.. kaki gue sakit. Lo sengaja kan Ay, hiks.. kaki gue sakit banget." Nadine terlihat mengusap matanya yang bahkan tidak terlihat ada air matanya.

"Aku nggak sengaja kok. Nadine aja yang lebay." Ayra tak terima dengan apa yang gadis itu tuduhkan padanya.

"Nggak sengaja? Siapa disini yang percaya sama lo? Nggak ada. Lo tuh emang jahat dari dulu dan nggak bakalan berubah." Nadine mengatakan itu dengan keras.

Ayra mengedarkan pandangannya, banyak anak-anak yang menunjuknya mereka tentu saja tidak akan peduli siapa yang benar disini. Ayra dan Nadine adalah dua siswa tukang bully yang meresahkan warga sekolah tentu saja perseteruan keduanya tidak akan ada yang membantu. Selama salah satu dari mereka bisa terkena sial mereka tidak peduli siapa yang akan terkena getahnya.

"Ra, lo nggak pa pa?" Fina dan Gania terlihat baru saja sampai, sepertinya mereka berlari menuju kemari terbukti dari nafas mereka yang masih tidak teratur.

"Urusin tuh temen kalian! Hobinya bikin anak orang masuk rumah sakit." Lia terlihat memprovokasi kedua temannya yang baru saja sampai.

"Heh, yang ada lo tuh urusin temen lo yang sarap itu." Gania yang tak terimapun membalas omongan Lia tak kalah sengit.

"Lo nggak lihat nih kaki gue sampe sakit gini. Hiks.. Lia gue nggak bisa berdiri.. sakit." Nadine terlihat sangat kesakitan sambil terus berpura-pura menangis.

"Sudah-sudah. Lia, bawa Nadine ke UKS." Arfand selaku ketua osispun berusaha menengahi.

"Ayra, lebih baik kamu tunggu diruang guru." Arfand balik menatap Ayra.

"Loh kok gitu. Nih ya, tanganku juga lecet kena cakaran tuh cewek. Kepalaku juga sakit, kenapa cuma dia yang dibawa ke UKS." Ayra bisa terima kalau teman-teman yang lainya menyalahkannya dan bahkan terang-terangan ingin menjatuhkannya. Tapi Arfand? Entah kenapa ia tidak rela.

"Aaaaaaa.... hiks... sakit." Ayra menoleh saat Nadine berteriak kencang. Ah, ternyata Aiden ada disana.

"Kau.. kakimu itu nggak kenapa-napa kan? Kau hanya pura-pura kan?" Ayra menghampiri Nadine yang masih bersimpuh ditanah.

AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang