14. Sahabat

1.3K 116 2
                                    

"Sia..... sumpah ya, gue kangen banget sama lo." Gania terlihat enggan melepas pelukannya pada Sia padahal mereka kini tengah berada ditengah-tengah kantin yang ramai.

"Lapasin! Gue nggak bisa napas elah." Sia terlihat pasrah dengan kelakuan sahabatnya yang memang rada aneh.

"Lo dari mana aja sih, kagak ada kabar." Ganiapun dengan enggan melepas pelukannya.

"Lo lupa gue kan udah bilang kerumah nenek. Lo ketularan Vina ya?" Sia menatap heran sahabatnya itu.

"Emang gue kenapa? Kenapa Gania ketularan gue? Gue nggak lagi sakit." Vina memandang dengan tatapan bertanya pada dua orang yang duduk didepannya.

"Hehe.. nggak bukan Vina lo. Vina itu tetangga nenek gue." Sia berusaha meralat perkataanya yang sebenarnya tidak perlu diralat.

Gania yang melihat itupun hanya tersenyum.

"Emang tetangga nenek lo namanya Vina? Emang dia sakit apa? Kok Gania sampe ketularan? Gania ikut kerumah neneknya Sia juga?"

Sia dan Gania saling pandang.
'Mampus! Bakalan panjang nih urusanya.'

"Buat kamu!"

Seperti melihat malaikat penolong, Sia sangat lega saat melihat Nanda datang.

"Makasih!"

Nanda tersenyum kemudian duduk disamping pacarnya.

"Nan masa tetangga neneknya Sia namanya sama kaya aku terus dia sakit nularin Gania lagi."

Uhuk!

Sia yang tengah minum tersedak, ia tidak menyangka pembicaraan itu masih berlanjut.

"Banyak orang dengan nama yang sama. Lagian itu nggak ada sangkut pautnya sama kamu kan."

Vina terlihat mengangguk kemudian mulai meminum minuman yang dibawakan oleh pacarnya itu. Nanda yang melihat itupun mengelus puncak kepala gadis yang sudah satu tahun terakhir menjadi pacarnya itu.

"Wlekk.. kirain yang punya pacar lo doang? Gue mau nyari yayang gue, bye!" Gania langsung meninggalkan tempat itu secepat kilat.

"Sialan! Nia lo kok ninggalin gue sih." Saat hendak beranjak Sia baru teringat kalau didepannya masih ada satu gadis yang bernasib sama dengannya.

"Ay.." Ia berusaha memanggil Ayra yang dari tadi terlihat diam.

"Ay, lo kenapa sih. Kesambet?" Sia melempat kerupuk yang tergeletak didepannya.

"Hah! Apa?"

"Lo kenapa? Dapet hukuman apa lo sampe bengong gitu."

"Oh.. bukan sesuatu yang serius." Ucapnya.

"Tapi dari tadi lo diam saja." Vina yang sedang makanpun ikut menimpali.

"Ahh.. lagi pengen diem aja sih." Ia baru sadar ternyata Nanda juga ada disana, tapi sepertinya cowok itu tidak perduli dengan obrolan para gadis.

"Nanda. Nama kamu nanda kan? Temennya Arsen?"

Nanda yang merasa terpanggilpun mengalihkan pandangannya dari layar handphone yang dipegangnya.

"Hm. Kenapa?"

"Arsen dimana?"

"Apaan sih Ay. Katanya ilang ingatan udah nggak suka Arsen." Entah kenapa semenjak gadis yang bernama Sia ini mengetahui bahwa ia hilang ingatan, hal pertama yang ditanyakannya apakah ia masih menyukai Arsen. Tentu saja ia jawab tidak ia saja tidak ingat Arsen itu siapa. Sepertinya ia cukup tidak menyukai Arsen.

"Emangnya siapa yang bilang aku suka Arsen." Ayra heran, sebenarnya ada masalah apa gadis didepannya ini dengan Arsen. Ia terlihat sangat tidak menyukai Arsen.

AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang