16. Its Me

557 62 2
                                    

Hai, maaf lama gak update.
Udah lama gak megang hp soalnya. Kira-kira ada yang masih nunggu lanjutanya gak ya? Atau ada yang masih inget sama cerita ini gak? Ini nulisnya cepet-cepet semoga gak absurd deh ceritanya. Let's go...

¤¤¤¤

Ayra memasuki kelasnya dengan lemas. Ia semalaman menunggu kepulangan Arsen. Jangan salah paham, ia bukanya merindukan cowok itu. Ia hanya penasaran dengan perkataan kepala sekolah, kenapa kepala sekolah bilang kalau Arsen udah jelasin semuanya. Apa ada hubunganya dengan malam saat cowok itu tiba-tiba minta maaf padanya?

Ia bahkan hingga ketiduran diruang tengah saat menunggu Arsen pulang, dan ia baru bertemu Arsen pagi tadi tapi saat ia bertanya cowok itu hanya bilang "yang penting semuanya udah beres kan?" Udah gitu doang. Nyebelin emang tuh cowok.

"Kenapa Ay?" Sia meletakkan tasnya sembari duduk disamping Ayra.

"Kusut banget tuh muka." Lanjutnya.

Ayra hanya menggelengkan kepalanya sembari meletakkan kepalanya diatas meja. Ayrapun menutup matanya, sungguh ia benar-benar mengantuk.

Tiba-tiba guru datang sehingga semua anak langsung menghadap depan tanpa suara. Kelaspun di mulai.

Sreett...

Terdengar suara pintu dibuka, refleks semua orang menatap pintu belakang kelas. Mereka penasaran siapa yang berani terlambat di kelasnya bu Endah yang terkenal galak.

Tapi saat tau siapa orang itu semua orang langsung menghadap kedepan kembali. Begitupun bu Endah yang melanjutkan menulis.

Orang yang terlambat itu langsung duduk dikursinya, kursi paling pojok belakang.

Ayra yang juga menolehpun terkejut, rasa kantuknya langsung hilang.

"Dia siapa?" Bisiknya pada Sia.

"Oh, nggak usah dipeduliin. Nggak penting." Jawab Sia.

"Kok aku nggak pernah lihat dia di kelas ini? Dia anak baru?" Tanyanya lagi.

"Bukan. Dia itu.."

"Sia. Ayra." Belum sempat Sia menjelaskan tiba-tiba suara bu Endah memotong percakapan mereka.

"Berdiri di luar kelas!" Tambah bu Endah seraya mengacungkan tangannya ke arah pintu.

"Ck, lo sih berisik." Sia menyenggol lengan Ayra.

"Hehe. Sorry." Ayra hanya nyengir.

"KELUAR!" Suara bu Endah terdengar lebih keras.

"Iya bu."

Sia dan Ayrapun langsung keluar kelas, takut kalau-kalau mereka akan mendapat hukuman tambahan.

Aldrich memandangi kepergian Ayra dengan senyum tipis. Ya, cowok yang terlambat itu Adrich. Cowok yang berjanji akan mengajari Ayra bermain skateboard.

¤¤¤¤

"Gila, siang ini panas banget." Sia meminum es nya sekali tandas.

"Biasa aja tuh." Ujar Vina menanggapi.

"Itu karena lo abis dihukum." Sergah Gania.

"Gue kira cuma disuruh keluar kelas, tau-tau disuruh lari ngiterin lapangan."

"Siapa suruh buat masalah dikelasnya bu Endah." Gania memberikan segelas es nya pada sia. Sepertinya temannya itu benar-benar kehausan.

"Tapi kenapa cowok yang terlambat tadi nggak di hukum?"

Serempak ketiga cewek itu menatap Ayra. Mereka sangat malas untuk menjelaskan banyak hal yang Ayra lupa.

"Duh Ay. Lo harus inget ya. Cowok yang tadi telat itu namanya Aldrich, satu-satunya anak pemilik sekolah ini. Mau dia nggak sekolah kek, masuk di jam terakhir sekolah kek, atau bahkan bakar nih sekolahpun nggak bakal ada yang berani negur." Ucap Sia berapi-api.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang