Mysterious Assassin [Gusley]

566 60 26
                                    

Denting sebuah bel besi menimbulkan gema di sebuah rumah besar bertingkat dua. Ketika langit tengah menumpahkan airmatanya, sejuknya udara tersebut melenakan bagi orang-orang yang menghirupnya. Hujan musim semi memperlihatkan keindahannya melalui pohon-pohon tinggi yang mulai tumbuh subur akan kehijauannya.

Namun, karena hal lain yang menyangkut masalah keluarga, ia tak bisa menikmati musim tersebut.

"Gusion, keluargamu menindas tunanganmu."

Ia, tuan muda yang terlahir secara hina hanya diam mendengarkan perkataan temannya. Meskipun raut mukanya terlihat datar, lelaki itu tengah memikirkan cara yang tepat menjemput calon istrinya.

Berita mengenai kedatangan Lesley Vance di kediaman Paxley tentu saja telah sampai ditelinganya. Vance merupakan rival yang selalu Paxley awasi selama ini, tentu saja ini merupakan kabar yang mengejutkan mengetahui dua pihak tersebut mulai menyatukan dua orang dalam ikatan pernikahan.

"Apa yang selanjutnya akan kau lakukan?"

Gusion mengelus permukaan meja kerjanya, tempat yang tengah ia duduki dengan salah satu kaki tersandar. Iris matanya menerawang sambil mengamati hujan yang semakin deras. Dia tahu betapa mengintimidasinya suasana dirumah tersebut. Karena sejak kecil dia tumbuh dengan hidup bebas, ia memisahkan diri dari keluarga menjijikkan itu. Pernikahannya akan berlangsung dalam waktu kurang lebih dari 24 jam, tetapi disinilah ia di kediamannya menonton pantulan dirinya di kaca jendelanya.

"Dia tidak boleh melihatku..." ujar Gusion sambil menyentuh wajahnya. Raut mukanya begitu gelap membayangkan seperti apa reaksi gadis itu ketika melihatnya."Biarkan ia berjalan menuju altar sendirian."

"Apa boleh seperti itu?"

"Memang apa yang tidak bisa dilakukan Paxley? Mereka akan melakukan segala cara agar pernikahan ini terjadi." Gusion memainkan ujung kancing kemejanya seraya menyeringai sinis. Menunjukkan betapa dinginnya ekspresi miliknya dari balik pantulan kaca.

Setelah pernikahan tersebut, Gusion tak akan mengkhawatirkan apapun selain perebutan hak waris atas Paxley melawan dua orang yang sedarah dengan miliknya.

"Aku menyadari betapa tidak menyenangkannya mempunyai tiga orang asing yang memiliki darah mirip persis dalam diriku." gumam Gusion dengan mata memicing penuh kebencian."Nyatanya, kami terlahir dari darah satu pria brengsek dimuka bumi ini."

Temannya hanya diam mengamati Gusion yang tengah menunjukkan amarahnya pada tiga saudaranya dan ayahnya. Selama ini Gusion sengaja bersabar menghadapi segala tuntutan yang pria disebut ayah itu berikan. Terlepas dari julukannya yang merupakan anak haram seperti Gabriel, saudara tirinya. Dia tidak ingin menunjukkan eksistensinya ke publik sampai tujuannya tercapai.

"Vance, eh? Bukankah aku beruntung bertunangan dengan keluarga jenius?" Dan tanpa Paxley sadari, mereka telah terperangkap dalam jebakan mereka sendiri dengan menyatukan dirinya bersama Lesley. Dia tersenyum sambil meraih secarik foto menunjukkan seorang gadis berkepang yang memiliki warna rambut magenta dengan highlight hijau toska keunguan sampai ujung rambutnya."Mereka baru saja menggali lubang kuburan mereka sendiri."

°•°

"Nona, sepertinya kau tidak tidur dengan cukup."

Lesley mengerjap, memandangi pantulan dirinya yang memiliki kantung mata hitam dibawahnya. Meski samar, hal itu tetap terlihat karena kulit pucatnya.

"Aku belum begitu terbiasa ditempat ini." Apa yang Lesley katakan nyatanya memang benar, ia tidak akan melupakan pelecehan yang dilakukan Gerald padanya kemarin. Tidak lupa Madam Paxley yang selalu bersikap angkuh menyembunyikan ekspresinya di balik kipas berbulunya.

Oneshots [MLBB Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang