Seingatnya, saat itu usianya masih 14 tahun. Tidak lama setelah kakak perempuannya terserang kutukan yang membuatnya mengalami koma panjang. Fushiguro Megumi di pindahkan ke kediaman keluarga Gojo dengan syarat harus membawa beberapa pelayan dari keluarga Zenin untuk menemaninya di sana.
Dari kecil Megumi sudah memahami akan nasib dirinya yang berada dalam genggaman tangan Gojo Satoru. Seorang pengemis tidak bisa pilih-pilih. Setelah kakak perempuannya koma, tidak ada lagi yang bisa menemaninya. Maka karna itulah Megumi hanya bisa menuruti keinginan Gojo Satoru yang sekali lagi berhasil memenangkan diskusi dengan pihak keluarga Zenin.
Kala itu adalah pertama kalinya Megumi menginjakan kaki ke kediaman keluarga Gojo. Rumah itu sangat besar dan mewah, memiliki gaya traditional. Halamannya luas, tamannya pun juga indah. Terlihat pelayan-pelayan yang berlalu lalang, setiap kali melihat Megumi yang berjalan di lorong bersama dengan ketiga pelayan keluarga Zenin, mereka akan menunduk hormat sambil mengucapkan salam.
Gojo Satoru terkenal sebagai individu yang sangat sibuk lantaran banyak yang membutuhkannya. Bahkan setelah seminggu menetap di kediamannya, Megumi masih belum melihat batang hidung sang kepala klan.
Tentu Megumi merasa lega akan absennya pria tersebut. Itulah perasaan seorang budak pada majikannya----saat itu keberadaan Gojo Satoru bagaikan sebuah rantai besi yang mengikatnya.
Namun tak bisa di pungkiri lagi kalau saat itu ia sedang tinggal di kediaman Gojo. Cepat atau lambat akhirnya Megumi berpapasan dengan Satoru yang sepertinya baru pulang dari menjalankan misi. Dalam waktu singkat, suasana canggung di sana seolah merengut oksigen setiap orang yang merasa terintimidasi akan eksistensi Gojo Satoru. Dan Megumi adalah salah satu yang mengalaminya.
"Selama datang Gojo-san," sambut Megumi seraya menundukan kepalanya. Padahal para pelayannya sedang dalam mode siaga, mungkin karena mereka semua berasal dari keluarga Zenin, mereka merasa tak berkewajiban untuk hormat kepada sang pemilik rumah itu. Malahan ada salah satu pelayannya yang bertanya "Kenapa kau bisa ada di sini?" kepada pria bersurai putih tersebut.
"Yah. Ini kan rumah Gojo," jawab Satoru santai. Dari gelagatnya, sepertinya ia tidak mempermasalahkan sikap pelayan-pelayan itu. Lalu pria itu mendekat, tanpa mengatakan apapun tiba-tiba menarik tangan Megumi.
Spontan para pelayannya protes namun semuanya langsung bungkam ketika Satoru mengatakan "Walaupun kalian berasal dari Zenin. Tempat ini masih wilayah Gojo." Cara berbicaranya masih terdengar sama tapi yang mendengarnya pasti langsung memahaminya. Ucapan tersebut di maksudkan sebagai ancaman.
Satoru menyeretnya masuk kedalam satu ruangan kosong yang luas, sebuah Dojo yang biasa dipakai latihan. Tubuh Megumi di hempaskannya sampai jatuh tersungkur ke lantai kayu yang keras dan dingin.
"sudah lama tidak bertemu. Megumi," ucap Satoru dari tempatnya berdiri. Dia yang selalu memakai penutup mata tak membuat ekpresi lebih, dan yang pasti dia tidak nampak merasa bersalah atas perlakuan kasarnya pada remaja tersebut.
Megumi tidak mengeluh ataupun protes. Remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas itu hanya diam saja dan mulai memperbaiki posisinya. Tanpa perlu di suruh, Megumi bangkit berdiri seraya membenahi kimononya yang jadi acak-acakan.
Jujur saja, saat itu Megumi enggan untuk melihat wajah Satoru. Berdehem pelan sebagai balasan, remaja itu lalu mengambil Haorinya yang tadi sempat terlepas dan jatuh ke lantai. Sedikit dia berharap agar kelakuannya tersebut tidak menyulut amarah sang tuan rumah yang nampaknya memiliki emosi yang kompleks----selalu seperti itu. Hampir setiap saat Satoru bertingkah koyol dengan seringaian bodohnya yang menyebalkan. Namun di lain waktu ia bisa jadi irit bicara dan kurang simpati terhadap orang lain. Caranya menunjukan emosi sangatlah tidak stabil, seolah-olah dia memiliki kepribadian ganda atau sejenisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Date
FanfictionPairing : GoFushi (Gojo Satoru x Fushiguro Megumi) Rating : T Setting : Semi-AU? Summary: Gojo Satoru adalah sosok terpenting bagi klannya. Pada usia dewasanya tidak ada tanda-tanda bahwa pria ini memiliki kekasih, rencana menikah pun tidak pu...