🍭 Sepuluh

396 81 20
                                    

Selesai makan malam, Minhee kabur lebih dulu karena tidak mau direcoki oleh aduan sang kakak pada orang tua mereka tentang apa yang terjadi tadi. Baginya, itu terlalu menyebalkan. Dan akan semakin menyebalkan lagi jika kedua orang tuanya--atau bahkan ditambah kakak cantiknya turut merecokinya dengan godaan atau omelan.

Tidak, Minhee terlalu malas untuk mendengarnya.

Ujungnya, ia yang akan dilarang ini dan itu.

Kan Minhee tidak mau dilarang ini itu apalagi kalau itu larangan untuk tidak merepotkan Yunseong.

Oh tidak bisa!

Yunseong sendiri yang bilang jika ia tidak merasa direpotkan. Jadi, Minhee akan terus meminta apa saja pada lelaki Hwang itu. HAHAHAHAH....

Tidak ada akhlak memang.

Jangan ditiru ya hwangminist sekalian...

Oke, kembali ke Minhee.

Si manis bermarga Kang itu kini sedang di kamarnya. Ia baru saja mengambil ponselnya dan berjalan ke arah balkon. Niatnya ingin duduk di sana sambil menelpon Junho dan marah-marah karena lelaki itu sudah meninggalkannya sendirian di kampus tadi. Oh ya, ia sudah punya kuota--hasil memalak ayahnya. Jadi tak perlu khawatir.

Baru saja pemilik marga Kang itu duduk di kursi yang ada di balkon, manik indahnya lebih dulu menangkap eksistensi Yunseong yang baru saja keluar ke balkon sebelah. Jarinya yang akan mendial nomor Junho seketika bergerak untuk menekan tombol power pada ponselnya. Tiga detik kemudian, ia langsung beranjak dari duduknya dan pergi ke pembatas balkon.

"Selamat malam, kakak malaikat Yunseong sayang."

Bocah itu menyapa ringan kemudian, sukses membuat Yunseong yang akan menarik pintu jadi menoleh ke arahnya. Tidak ada jawaban yang langsung diberikan, lelaki Hwang itu terlihat tersenyum kecil sebelum kembali melanjutkan kegiatannya untuk menutup pintu.

Tenang, teman-teman. Minhee tidak marah karena Yunseong tidak menjawab sapaannya. Lagi pula, si kakak malaikatnya itu tersenyum, ia anggap itu sebagai balasan untuk sapaan manisnya tadi.

Saat Yunseong belum mengeluarkan satu suarapun untuk menjawabnya, Minhee tetap di tempatnya--tersenyum cerah dengan mata yang terus menatap si kakak. Hingga si kakak sudah selesai dengan kegiatannya dan kini sudah menatapnya dengan senyum yang lebih lebar.

"Selamat malam juga, dek."

Senyum Minhee semakin lebar. Sapaannya dibalas ternyata.

Sementara Yunseong sendiri memilih untuk duduk di kursi dan memangku gitar yang memang dibawanya dari dalam rumah.

"Kakak mau gejreng gejreng?"

Saat si manis bertanya lagi, Yunseong mendongak dan menatapnya. Lalu tersenyum lagi sebelum menggeleng kecil.

"Enggak kok."

"Terus, ngapain bawa gitar sambil duduk di situ?"

"Pengen aja."

"Bohong ih." Minhee merengut setelah mengatakan kalimat itu. Tanpa sadar, bibirnya sudah mencebik lucu.

Sedang Yunseong di balkon seberang terkekeh kecil sebelum menanggapi ucapannya. "Tahu dari mana kalo saya bohong?"

"Emang bohong, kan? Muka kakak kayak pembohong, soalnya."

Mungkin Minhee tidak sadar, tapi senyum Yunseong menghilang dalam sekejap. Entah apa yang lelaki Hwang itu pikirkan.

Lalu pemilik marga Kang itu sendiri?

Entahlah. Ia masih betah dengan wajah merengut luar biasanya. Bibirnya bahkan semakin mencebik ke bawah.

Dalam diamnya, Minhee mau mengatakan bahwa ia kecewa. Bagaimana bisa kakak malaikatnya yang tampan itu ternyata adalah seorang pembohong?

"Kak, gimana bisa kakak malaikat tapi suka bohong?"

Oh, tidak jadi diam ternyata. IA MENGATAKANNYA PADA YUNSEONG.

Wah... Sudah gila...

"Aku pikir kakak baik hati banget kayak malaikat, tapi ternyata aku salah. Aku kecolongan, kak."

Hah?

"Gimana, dek?"

"Aku kecolongan---eh, kok jadi pake aku sih? Maksudnya saya---saya kecolongan, kak. Kakak tahu gimana rasanya kecolongan?"

Bocah manis itu mengoceh kemudian. Dan Yunseong hanya melongoh saat melihatnya. Jelas sekali kalau lelaki Hwang itu tidak paham dengan apa yang si manis katakan.

"Kecolongan apa sih, dek, maksud kamu?"

"Kakak gak tahu?" Bukannya menjawab pertanyaan Yunseong, bocah itu malah mengajukan pertanyaan lain dengan mata melotot. Lalu, saat yang lebih tua mengangguk kecil sebagai jawaban, bocah itu langsung mendelik begitu saja. "Dih, bego juga ternyata."

"Bilang apa kamu?"

"Heheh enggak, kak," jawabnya sambil nyengir, "tapi ini serius kakak gak tahu rasanya kecolongan? Itu loh, kak, rasanya kalo realita gak sesuai sama ekspektasi kita."

Oalah sialan!

Tidak langsung menerima jawaban seperti tadi, kali ini Yunseong tersenyum lagi dulu.

"Maksud kamu kecewa kali."

"Bukan kecewa ih, kak. Kecolongan!"

"Kecewa."

"Kecolongan!"

Minhee doang nih. Udah salah, ngotot pula. Sabarkan Yunseong di sebelah balkon sana.

"Dek, kecolongan itu kalo kamu ngerasa ada yang nyuri sesuatu dari kamu. Kayak, kalo kamu mau ngelakuin sesuatu sama, terus tiba-tiba ada orang lain yang ngelakuin itu duluan."

Minhee diam sesaat. Jika tadi Yunseong yang melakukannya, kali ini ia yang tidak langsung memberikan jawabannya. Bocah itu lebih memilih untuk berpikir sejenak sebelum menjawab yang lebih tua.

"Salah ih, kak. Itu yang kecewa."

"Kecolongan."

"Kecewa."

"Kecolongan."

"Kecewa!"

"Kecolongan, dek, kecolongan."

"Kecewa ih, kak."

"Kita liat kamus aja gimana?"

Minhee melotot kecil. Kalau Yunseong bilang begitu, "lah udah ganti?"

Suka-suka Minhee ajalah.

Suka-suka Minhee ajalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Selamat hari raya Idul Fitri buat kalian semua yang merayakannya..
Mohon maaf lahir dan batin ya..

Ketik 7 untuk yoa update 5 kali hari ini alias gak deng, BERCANDA ITU...

Thank you...

FATE || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang