06 - Nightmare in Classroom

3.6K 381 194
                                    

Jayson Eric Anderson. Lelaki itu tengah menatap kampusnya dari dalam mobil. Ia mendengus, mendecak, rasa-rasanya ingin mengamuk juga. Mengingat dirinya yang harus meminta maaf pada si Laras-Laras itu. Ingin sekali ia mengumpat sambil meninju wajah Michael sampai babak belur.

Namun, ia tetap turun dari mobilnya. Berjalan ke gedung fakultas yang sama dengan Michael, tetapi berbeda kelas sebab perbedaan jurusan.

Sementara di kelas lain, ada Michael yang juga baru sampai. Kalau Laras, seperti biasa akan berjalan-jalan di sekitar kampus dan pergi ke kantin saat sudah lapar atau haus.

Michael mengincar kursi-meja paling belakang. Mengingat tak tidur semalaman akibat judi dan insomnia, hari ini harus pindah ke belakang dulu agar tak terlalu mencolok jika ketiduran.

"Abby." Michael memanggil seraya menghampiri pacarnya.

Gadis yang duduk di tengah kelas itu mengangkat kepala. "Hai," balasnya menyapa cerah.

Michael tersenyum tipis. "Aku mau duduk di belakang," katanya.

"Mau tidur, ya? Pulang jam berapa semalem?" Gadis itu bertanya, sudah tahu tadi malam pacarnya ada 'urusan' dengan Jayson.

"Nyampe rumah setengah 4. Terus gak bisa tidur setelah itu."

Abigail sudah paham, ia pun berdiri lalu mengikuti Michael yang ingin duduk di belakang. Sebab gadis imut nan semampai itu maunya selalu duduk berdekatan dengan pacarnya.

"Gue sama Abby duduk di sini, ya," ujar Michael pada dua teman yang menduduki kursi-meja incarannya, dengan baik-baik syukurnya.

"Oh," respons si teman sekelas, menunjuk arah tujuan, "tukeran sama yang di sana?"

Michael mengangguk. "Iya. Bisa, kan?" tanyanya pelan. Rautnya suram tanpa senyuman.

Teman-teman Michael sudah biasa melihat wajahnya yang begitu sebab memang selalu terlihat seperti itu. Juga, mereka cenderung tak mau banyak urusan dengan pemuda itu.

"Oh, iya."

"Bisa, Mike."

Dua gadis itu menjawab serentak, lantas berdiri dan berpindah ke kursi-meja yang biasa Michael dan Abigail duduki di tengah kelas.

Waktu pun berjalan, dan benar saja. Baru 40 menit aktivitas belajar-mengajar, Michael mulai merasakan kantuk hebat. Tak bisa menahan, ia menidurkan kepala di atas meja dengan dua tangan sebagai bantal.

Tidak istirahat puluhan jam membuat Michael tak berdaya menjalani harinya. Kebetulan, memang sering sekali mengalami insomnia, yang selalu terjadi di jam-jam seharusnya ia tidur, lantas menyebabkan kantuk di jam-jam seharusnya ia terjaga.

5 menit menidurkan kepala di meja, Michael terlelap kian dalam. Dosen kali ini sifatnya cuek, tidak peduli mahasiswanya tidur atau tidak.

Lantas di menit ke-10, sebuah mimpi datang ke alam bawah sadar Michael.

Ia berada di tempat penuh pepohonan. Warna suasananya oranye kemerahan. Lalu, melihat sebuah jembatan kayu. Jarak dari ujung ke ujungnya lumayan jauh. Michael harus melewatinya, tetapi ada rasa takut sebab sungai di bawah jembatan tampak amat jauh, jembatan itu tinggi sekali rupanya. Michael takut ketinggian.

Tak punya pilihan, dengan hati-hati Michael mulai melangkah. Namun baru selangkah, terdengar derap lari yang begitu kencang dari arah belakang. Michael menoleh, ternyata itu salah satu teman SMP-nya. Namun tidak berlari menuju Michael yang masih di ujung jembatan, teman Michael tersebut malah berlari menuju sisi samping jembatan, lantas menceburkan diri ke dalam sungai.

Michael terbelalak, lekas menatap ke bawah dengan pikiran berantakan. Mengapa temannya melompat? Michael kian terbelalak ketika sungai deras itu langsung menghanyutkan temannya yang berteriak-teriak.

UNSTABLE (New Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang