⚠Warning ada kata kasar⚠
Happy reading!
•••
Wonyoung sudah sadar, ia meringis pelan saat menyentuh kepalanya yang terasa amat berat itu.
Bau minyak kayu putih sangat tercium di indra penciuman Wonyoung, gadis itu sudah pasti berada di UKS.
Dia melihat sekitar, ternyata sudah ada Haruto disampingnya.
"Lo gapapa?" tanya Haruto
Wonyoung hanya mengangguk. Dia mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangan ditangannya yang bermerek dior edisi terbaru.
Huh. Wonyoung menghela napas, dia sudah tidak sadarkan diri selama 1 jam.
Gadis itu ingin menanyakan tentang bagaimana ulangan hariannya, tetapi terlalu gengsi untuk menanyakan pada Haruto.
"Lo maksain diri?" tanya Haruto tanpa basa-basi.
"Maksud lo" tak paham Wonyoung
"Maksud gue, lo maksain diri sendiri buat dapet nilai tinggi sampai mimisan begini?"
"Gausah kepo"
"Won... Kenapa harus terlalu ambisius?" nada Haruto terlihat sangat kasihan.
"Ya karna gue harus nomor 1 to." jawab Wonyoung menahan sesak didalam hatinya
"Apa gak bisa lo kasih istirahat diri sendiri? Jangan suka maksain diri lo gini."
"Lo ga bakalan ngerti, Haruto."
"Gue khawatir" lanjut Haruto
Wonyoung sedikit tersentuh, tetapi dia berusaha terlihat biasa saja.
"Gue mau lanjut istirahat" potongnya.
Wonyoung pun kembali tidur dengan badannya membelakangi Haruto.
•••
Suasana kantin sangat ramai sekarang, seperti biasanya.
Jeongwoo, Eric dan May pun juga nongkrong seperti biasanya.
Akhirnya, Haruto tiba setelah dari UKS menemani Wonyoung.
"Gimana keadaan Wonyoung?" tanya Jeongwoo
"Udah sadar, tapi istirahat lagi" kata Haruto sambil duduk disebelah Eric.
"Yaudah kalau gitu biar gue yang lanjut jagain" putus May, dan bangkit dari duduknya.
"Dia belum makan. May, mending lo beliin dia bubur ayam" sahut Eric
May bingung, apakah Eric sedang secara terang-terangan menunjukkan kepeduliannya kepada Wonyoung.
Sangat menjengkelkan.
"Oh iya May, kertas ulangan Wonyoung lo udah kumpulin kan tadi?" tanya Jeongwoo ikutan
May mengangguk, dan berkata "Yaudah gue duluan. Kasian Wonyoung kelaperan."
•••
Tidak terasa sekarang sudah jam pulang, dengan lesu gadis itu menuju mobilnya.
"Nyonya tidak apa-apa? keliatannya sangat pucat gitu" tanya supirnya.
Wonyoung menggeleng, tak ingin membuat khawatir.
"Saya mau cepet sampai aja pak, mau istirahat"
Tak butuh waktu lama, Wonyoung sudah tiba dirumah, dengan bermalas-malasan dia membuka pintu mobil dan segera masuk kedalam.
Dia sudah disambut hangat oleh pembantunya, bi marni.