14

11 2 0
                                    

Afkar maju satu langkah. "Gue terima tantangan lo".

Sontak kinan pun ikut maju untuk menghalau afkar. "Ngga apaan sih kar lo ngga usah ladenin dia". Tolak kinan.

"Lo tenang aja nan". Ujar afkar.

"Kinan kamu ngga usah ikut campur ini urusan aku sama dia!". Ujar alvaro sambil menunjuk afkar.

Perdebatan mereka pun berhasil menyita perhatian para siswa-siswi.

Melihat kinan yang tak kunjung mundur afkar pun memegang kedua pundak sahabatnya tersebut untuk meyakin kan nya. "Lo duduk dulu nan lo ngga usah khwatir yah".

"Tapi kalo lo berantem lagi gimana?".

"Lo percaya sama gue. Gue ngga akan kepancing sama dia".

Dengan sedikit ragu ia pun mengagguk. Walaupun hati nya masih sedikit khwatir kalau akan terjadi sesuatu lagi di antara keduanya.

"Lo tungguin gue disini saat pulang sekolah". Ujar afkar. Sambil menyusun starategi di dalam hati nya.

Alvaro bersorak dalam hati karena afkar menerima tantangan nya ia pun akan melancarkan rencana nya untuk memancing emosi afkar nanti.

"Oke gue tunggu. Apa lo udah siap buat kalah".

"Sudah gue udah siap banget. Kita liat nanti yah banci".

                               *****

Lapangan futsal kini tengah ramai dikarnakan akan diadakan pertandingan antara afkar anak IPA 2 melawan alvaro dari IPS 1.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi atensi beberapa siswa siswi adalah pertandingan futsal.

Semua murid berbondong-bondong untuk menyaksikan pertandingan tersebut. Tapi banyak juga murid yang lebih memilih untuk pulang karena malas.

Afkar yang di dampingi radit dan tommi maju dan berhadapan langsung dengan alvaro.

Sementara kinan kini berdiri di belakang afkar tengah was-was melihat apa yang akan terjadi.

"Kita mualai sekarang!". Ujar afkar.

"Tunggu! Gue ngga mau tanding kalo tampa taruhan". Ujarnya sambil menyeringai angkuh.

Afkar tertawa remeh. Sudah jelas kalo alvaro menginginkan sesuatu darinya. Dasar licik. "Lo mau apa bilang".

"Pasti alvaro punya tujuan buat mancing afkar. Aduh gimana ini". Gumam kinan.

"Oke gue yakin lo pasti setuju sama ide gue".

"Banyak omang cepetan goblok". Geram radit.

Alvaro berjalan mondar mandir sambil mengetuk ngetuk dagu nya tampak berpikir.

"Kalo lo menang terserah lo nyuruh gue buat apa? Tapi kalo gue yang menang". Alvaro menggatung sejenak ucapan nya. "Kalo gue yang menang lo serahin kinan ke gue. Dan juga lo jangan pernah ganggu gue sama kinan". Lanjutnya.

Afkar langsung maju lalu menarik kerah baju alvaro. "Lo jangan coba bawa-bawa nama kinan dalam urusan ini". Afkar menatap alvaro dengan tajam.

"Kenapa lo takut hah! Dasar pengecut". Alvaro meludah di depan kaki afkar.

"Oke. Kalo lo menang gue ngga akan melarang lo dekat sama kinan. Kalo perlu gue cium kaki lo di depan semua orang. Tapi kalo gue yang lo menang berlutut minta maaf sama kinan dan jangan pernah munculin muka lo di lagi depan gue dan kinan".

"Deal". Afkar menyodorkan tangan nya untuk berjabat tangan.

Alvaro pun menerima nya. "Deal".

Rasanya ingin sekali afkar mencuci tangan nya menggunakan sabun atau menggosok kan tangan nya ke tanah tujuh kali karena berjabat tangan dengan alvaro yang menurut nya najis.

Love FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang