"Kinan tunggu. Dengerin dulu". Teriak afkar di belakang yang terus mengejar nya.
Afkar pun berhasil meraih pergelangan tangan kinan lalu ia menggengam erat tangan sahabatnya itu. Walaupun kinan terus meronta namun tetap saja afkar tak mau melepaskan nya.
"Lepas!". Bentak kinan. Bahkan matanya tampak berkaca-kaca sangat jelas terlihat kalau ia teramat kecewa.
Afkar menggeleng. "Nggak gue ngga bakal lepasin sebelum lo dengerin penjelasan gue dulu".
"Jelasin apa lagi hah! Semuanya udah jelas lo jadiin gue bahan taruhan kar". Lirih nya.
"Gue ngga bermaksud buat jadiin lo taruhan nan ngga sama sekali. Gue lakuin itu karena gue sayang sama lo gue ngga mau kalo si alvaro banci itu terus ganguin lo".
Penuturan afkar membuat nya bungkam ia tak tau harus jawab apa pikiran nya begitu kalut sekarang.
"Gue sayang sama lo sebagai sahabat nan". Afkar melanjutkan ucapan nya kemudian ia membawa kinan kedalam dekapan nya.
Perlakuan dari afkar tersebut membuat para murid yang menyaksikan itu bersorak heboh seperti layaknya menonton acara bola.
"Lo harus tau nan gue lakuin itu terpaksa karena gue peduli sama lo".
Wajah kinan bersembunyi di dalam dada sahabatnya itu. Dapat ia dengan jelas degup jantung dari afkar yang begitu cepat.
Entah kenapa di dalam dekapan afkar ia begitu nyaman dan terasa sangat indah. Namun mengigat ucapan afkar barusan yang menyayangi nya sebagai sahabat membuat ia tersenyum getir.
"Lepas kar".
Afkar pun akhirnya melepaskan pelukan itu.
"Lo maafin gue kan nan?".
Afkar memegang kedua pundak kinan. Menatap dalam mata dari gadis itu untuk meyakinkan nya.
Kinan tersenyum paksa lalu ia melepaskan kedua tangan itu dari pundak nya.
"Gue mau pulang dulu".
"Yaudah gue ambil motor bentar yah!". Ujar afkar mengambil ancang-ancang untuk menuju motor nya namun kinan mencegah nya.
"Gue pulang sama tasya".
"Ngga lo pulang sama gue".
"Gue mau sama tasya".
"Pokok nya lo bareng gue". Afkar tetap kekeh memaksa untuk kinan pulang bersamanya.
Kinan tak menjawab paksaan dari afkar ia pun segera menggandeng tangan tasya ke luar parkiran.
"Lo biarin kinan tenang dulu. Kasi dia waktu sendiri". Ucap tasya memberi pengertian untuk afkar.
Afkar pun hanya mengangguk menanggapinya.
"Wah gila lo main peluk-peluk aja". Ujar tommi merangkul pundak afkar.
"Menang banyak lo bro bisa peluk si kinan". Lanjut radit.
Afkar tak menggubris ucapan dari teman-teman nya ia pun hanya memandang sendu punggung mungil kinan yang perlahan menjauh.
"Gimana banci. Selamat untuk kemenangan nya ups tapi sayang perjuangan nya ngga dianggap makan tuh". Ledek alvaro yang baru saja datang.
Rahang afkar mengeras begitupun dengan tangan nya yang kini sudah terkepal kuat. Amarah nya kini sudah diatas ubun-ubun ia menatap nyalang alvaro yang ada di depan nya.
Afkar tak mau melihat kinan menangis. Tapi sekarang ia telah membuat sahabat nya itu menangis. Dan semua itu bermula karena ulah cowok brengsek di hadapan nya ini. Sudah di pastikan tak akan ada ampun bagi alvaro sekarang.
Tampa banyak bicara afkar langsung memberikan bogem mentah ke rahang alvaro membuat cowok itu tersungkur.
"Anjing! Lo!".
Alvaro pun tak tinggal diam ia berdiri dan juga menendang perut afkar. Namun afkar kembali menonjok wajah alvaro membuat darah mengalir di sudut bibir nya.
Semua yang ada di sana hanya menonton saja tampa ingin ikut campur urusan dua pentolan sekolah. Begitupun radit dan tommi.
Sementara zahra yang melihat itu berteriak histeris saat melihat aksi baku hantam dari afkar dan alvaro.
"Kali ini ngga ada ampun buat lo!". Ucap afkar dengan tatapan tajam.
Perkelahian keduanya sudah berdurasi cukup lama dan kini afkar telah berhasil membuat alvaro tersungkur dan terus memberikan pukulan telak tampa ampun. Walaupun wajahnya kini sudah penuh dengan lebam ia tak memedulikan nya karena fokus nya sekarang adalah memberikan pelajaran pada banci satu ini.
"Keenan lo ketua osis pisahin dong bayu tolongin dong". Ujar zahra begitu panik.
"Tunggu dulu gue panggil pak usman". Ujar bayu lalu segera berlari mencari pak usman untuk meminta bantuan.
Afkar mencengkram leher alvaro yang kini tengah dibawah nya. "Lo dengerin gue. Lo bakalan habis di tangan gue pecundang".
"Lo yagk bak-allan hangkcur ditanga-nn g-guehk. Ujar alvaro tak jelas karena ia sedang di cekik oleh afkar.
"Berhenti kalian!!". Sentak pak usman selaku satpam sekolah yang kebetulan masih berjaga.
Keduanya pun berhasil di pisahkan oleh pak usman radit bayu tommi dan beberapa murid laki-laki lain nya.
"Urusan kita belom selesai banci". Teriak afkar menunjuk alvaro.
Alvaro tersenyum sinis. "Gue ngga takut".
*****
Setelah inseden perkalahian tersebut akhirnya afkar pun dibawa oleh radit dan juga zahra yang memapahnya untuk menuju ke uks.
Radit dan zahra menurunkan afkar diatas ranjang uks.
"Kamu tunggu dulu di sini yah kar aku ambilin obat dulu". Ucap zahra.
Zahra pun melangkah untuk mengambil kotak p3k untuk mengobati luka lebam di wajah afkar.
"Tahan yah. Pasti ini sedikit perih". Ucap zahra sambil menuangkan betadin di atas kapas yang ia pegang.
Afkar pun hanya mengangguk sambil terus meringis.
Perlahan zahra pun merabah wajah afkar mengoleskan betadin itu di sudut bibir nya dan juga beberapa luka lain nya.
"Aww aw. Pelan pelan zar". Ringis afkar.
"Iyaaa tahan dikit yah!".
"Kamu kenapa? Sampe segitunya mukulin alvaro".
"Orang berengsek kaya gitu memang pantas buat di gituin. Kalo perlu tenggelemin di rawa-rawa juga ngga apa apa".
"Yaelah nyamuk bener gue di sini. Masih ada orang kali". Sindir radit yang sedari tadi hanya menonton zahra yang mengobati afkar.
"Yaudah lo pergi aja sana siapa? Juga yang butuin lo". Sinis afkar.
"Gitu lo sama gue. Gue lebarin juga tuh mulut lo".
Afkar langsung melotot. "Banyak omong lo mau lo gue lelepin di rawa-rawa. Hah!".
"Binyik iming li gii lilipin jigi li di riwi-riwi". Ledeknya manye manye.
"Mulut lo emang minta di tabok yah dit lemes amat kaya ibu-ibu kontrakan".
Zahra hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat itu.
"Udah ngga usah debat. Nanti lukanya makin bengkak lagi".
"Udah selesai nih kar". Ucap zahra yang tengah membereskan perlatan uks yang dipakai tadi.
"Makasih zar". Ucap afkar.
Zahra mengulum senyum membalas ucapan afkar. "Sama-sama kar".
"Oiya kamu masih bisa naik motor kan? Kalo emang ngga bisa kamu pulang bareng aku aja naik mobil".
"Ngga usah zar gue bisa sendiri kok lagian lukanya juga ngga terlalu parah". Tolak afkar.
Bersambung.....
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Friends
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca Ini kisah tentang dua orang sahabat sejak kecil yang saling memendam sebuah prasaan yang tak bisa terungkapkan. ****** KINAN AFRILYA CIPTA. FAHZRIL AFKAR MAHENRA. ****** Memiliki kasih sayang yang sama dan juga rasa yang...