3. Keluarga Yoshida

18 12 0
                                    

"Ahh sial! Kenapa susah, sih?" rutuk pemuda yang tengah bergulung selimut seraya memainkan game di layar Televisi besar. Mata sipitnya dilingkari bulatan hitam layaknya mata panda.

Sampah bekas cemilan berserakan di atas lantai. Botol susu kosong tergeletak tak beraturan di penujuru ruangan. Benar-benar kacau.

Sumpah serapah saling bersahutan. Memaki game yang ia mainkan.

"Ren-san, makan siang sudah siap!" teriak suara diluar.

Pemuda ini-Ren-memutar bola mata malas. Mengganggu saja.

"Hai," sahutnya malas. (Iya)

Setelah suara derap langkah kaki menjauh, Ren memfokuskan diri pada layar di hadapannya. Matanya berotasi gelisah tak kala game yang ia mainkan di ambang kematian.

"Cikusooo!! Aku kalah lagi!" Ren membanting game control ke atas kasur dengan kesal. Wajahnya nampak memerah menahan marah. (Sial!!)

"Cih. Game kentang!"

Setelah membenarkan atas ranjangnya yang berantakan, Ren bersiap turun ke bawah. Memasukan ponselnya ke dalam saku celana, meletakan kedua tangannya di dalam saku.

Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu. Teringat suara asing yang muncul.

"Siapa suara cewek tadi?!"

>Arigatou, Minna<
Bagian 3 : Keluarga Yoshida
>Happy Reading<

Amel sudah duduk manis menghadap meja makan. Menunggu Ima yang masih membersihkan dapur. Sudah menawarkan diri pun, Ima tetap kukuh agar Amel tak membantu.

"Mama, siapa tadi?" Ren datang seraya menarik kursi di hadapan Amel. Wajahnya masih fokus ke bawah melihat ponsel dalam genggamannya.

"Oh, Ren-chan~."

Ima berjalan mendekati Putera sulungnya. Mendudukkan diri di samping sang pemuda.

"Berhenti memanggilku seperti itu," sahut Ren malas.

Ima terkekeh pelan. "Kenapa? Malu?"

"Menjijikan!"

Amel tersenyum tipis. Ia lupa untuk menanyakan nama Ima. Main masuk lalu makan. Dasar!

"Bibi, boleh aku bertanya?"

Ima mengangguk seraya mengulas senyum lebar. "Boleh. Tanyakan saja."

"Nama Bibi siapa? Ah maaf! Aku lupa menanyakannya tadi!" seketika Amel panik saat netra Ren menatap tajam ke arahnya. Mengibas tangan di depan wajah dengan panik.

Bukan. Bukan maksud menakuti, Ren hanya mengamati. Namun sepertinya Amel salah mengartikan.

Pipi agak tembam yang putih, terlihat halus jika di perhatikan. Bola mata bulat seperti gadis Indonesia lainnya. Bibir merah alami yang nampak mempesona. Sungguh, Ren bingung harus bagaimana. Wajah itu, mengingatkannya pada seseorang.

Dia yang tak mau ia ingat. Kebengisannya yang ingin ia lupakan. Juga, dia yang Ren sayangi.

"Tak perlu sungkan bertanya. Nama Bibi Yoshida Ima. Dan ini anak Bibi, Yoshida Ren."

Arigatou, MinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang