"Oh iya Zam, gimana kabar yang lain di sekolah?"
"Sejak kapan lo peduli sama mereka?"
Mata tajam Azam memicing curiga.
"Ya aku sebagai teman yang baik patut mempertanyakan. Elah Zam, aku basa-basi doang. Gak bisa di ajak kompromi," jawabnya seraya memberengut. Azam tertawa pelan.
Di sisi lain, Sei masih menatap tajam objek yang sama. Saat Amel mengucap nama 'Zam', seketika otaknya mengingat percakapan keduanya saat di pantai.
"Jadi dia orang yang namanya Azam itu? Heh! Cakepan gue ya, sorry aja," monolog Sei seraya menyisir rambut menggunakan tangan dengan percaya diri.
"Sugawara-san? Ada apa?"
Hitoka sejak tadi melihat Sei yang terus memperhatikan Azam dan Amel. Semua gumaman Sei juga Hitoka mendengarnya.
"Oh, gapapa kok. Gue cuma komat-kamit minta di turunin hujan duit," ujarnya asal.
>Arigatou, Minna<
Bagian 16 : Percikan Permusuhan
>Happy Reading<Meja makan yang biasa di gunakan Ima terlalu kecil untuk di tempati banyak orang. Oleh sebab itu, Ima meminta Ren untuk menurunkan meja pendek yang jarang mereka gunakan. Meja itu cukup untuk menampung mereka.
"Simpen di mana Ma?" Tanya Ren. Tangannya sibuk menggotong meja besar itu dengan Altar yang membantu.
Ima menoleh. "Oh, taro di ruang keluarga aja."
Ren dan Altar melanjutkan langkah meninggalkan dapur. Umma Fatim dan Ima masih sibuk membuat makanan. Sedangkan para perempuan tengah membantu Ren membereskan meja.
"Umma, Azam lupa bawa pr sekolah. Gimana dong?"
Tetiba Azam berdiri di belakang Umma Fatim yang tengah mencuci sayur.
"Gapapa, Zam. Kita pulang seminggu sebelum sekolah kalian masuk, jadi tenang aja," jawab Umma Fatim tanpa berbalik. Azam mengangguk lalu berjalan menghampiri Altar.
"Mel!" Panggil Azam. Amel yang masih mengelap meja hanya bergumam membalas panggilan Azam.
"Ish Mel balik dulu!" Pekiknya bak anak kecil yang merengek. Mau tak mau Amel mendongak dengan malas, mendapati Azam yang tengah tersenyum lebar ke arahnya dengan tangan yang membawa sebuah novel.
"Apa?"
"Gue bawain novel terbaru karya penulis favorit lo. Gimana? Mau gak lo? Kalo nggak, gue kasih Zidny aja."
Mata Amel berbinar senang. Dengan cepat merebut novel tersebut dari tangan Azam.
"Aku mau! Makasih banyak Zam!"
Sei, Takahashi dan Sakaki yang di tugaskan membeli makanan ringan di super market sudah kembali.
Lagi, Sei menatap tajam interaksi Amel dan Azam setelah dirinya berjalan masuk ke dalam.
"Miya!" Sei berteriak, menganggu Amel yang tengah memeluk novel barunya. Menoleh ke arah Sei dengan sebelah alis terangkat.
"Gue beli dango tadi, lo mau?" Tawarnya seraya menodongkan beberapa tusuk dango di depan Amel.
"Tapi, Sei. Aku lagi gak di bolehin makan makanan manis," jawab Amel dengan raut menyesal. Walau Azam tak paham dengan percakapan kedua insan di hadapannya, tapi dia bisa menangkap arti dari gerak-gerik mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arigatou, Minna
Teen Fiction[Follow Sebelum Baca!] "Ingat? Dulu aku pernah bilang "Takdir, jodoh dan maut hanya Tuhan yang tau". Sekarang Kakak tau 'kan makna dari kata itu? Semua hal yang sudah di gariskan untuk kita, tidak akan pernah tertukar walau jalannya berputar." ⚠️ Ha...