"Hanya itu syaratnya?"
Ren mengangguk mantap. "Hanya itu."
Helaan napas mengiringi langkah sang gadis. Berjalan ke bawah berniat pergi menuju Mini Market. Di belakangnya Ren membuntuti, dengan wajah tanpa minatnya yang setia mengiringi.
"Padahal tinggal minta tolong aja, gak usah pake acara syarat-syaratan segala," gumam Amel yang masih terdengar samar di telinga Ren.
"Hah? Apa?"
Amel menggeleng pelan.
>Arigatou, Minna<
Bagian 4 : Meet Up
>Happy Reading<Keranjang yang ia bawa sudah penuh dengan belanjaan dalam list. Matanya jelalatan melihat makanan manis. Menarik Ren berjalan menuju rak cemilan hanya untuk melihat-lihat. Dan kini, dia tengah berada di jejeran desert yang sangat menggugah selera. Menunduk guna melihat lebih jelas.
"Udah selesai?" tanya Ren yang mulai kelelahan. Peluh bercucuran melewati setiap inci wajah tampannya.
Walau memiliki tubuh tinggi dan cukup atletis, anehnya dia tak tahan kelelahan. Kata Mama-nya sih iya Ren itu pendek, tapi nyatanya sebaliknya.
Amel menoleh sebentar, lalu kembali meneliti dessert yang beragam macam. Imannya goyah seketika. Niat hati diet makanan manis, melihat apa yang ada di hadapannya membuat pertahanan kokoh yang ia buat roboh.
2 cheesecake ia ambil, memasukannya ke dalam keranjang. Tak peduli gerutuan pemuda di belakangnya, sang gadis berseri senang.
Tanpa cakap, kakinya melangkah menuju kasir. Diikuti Ren yang berjalan dengan bibir terus mengumpati Amel.
"Hei, apa masih lama?" tanya Ren seraya melirik barisan depan. Melihat jaran para pembeli yang setia mengantri.
"Sebentar lagi, sabar," balasnya seraya tersenyum tipis.
Ren mendesah lelah. Kapan semua ini selesai? Dia masih memiliki urusan di kamarnya.
Menunggu sampai 10 menit, akhirnya keduanya sampai di kasir.
Amel memberikan uangnya sesuai dengan nominal yang di ucapkan penjaga kasir. Keranjangnya kembali ia bawa menuju tempat khusus untuk memasukan belanjaannya sendiri ke dalam kantong.
Di Jepang, jika kita belanja di Mini Market, barang yang kita beli akan di masukan sendiri oleh si pembeli. Kasir hanya menghitung jumlah belanjaan dan memberi kantong.
"Nah udah selesai, 'kan?"
Yang di tanya mengangguk singkat.
"Bawa ini. Perintah dari Bibi."
Dua kantong penuh belanjaan tersodor di depan Ren. Ingin sekali ia menolak, tapi ini permintaan Mama-nya.
Memilih menyerah, membawa itu dengan perasaan dongkol. Berjalan beriringan keluar Mini Market.
Baru beberapa langkah keduanya berjalan, Amel menghentikan langkah dengan mata fokus pada satu objek. "Ren-san, ada yang manggil."
Tak jauh dari keduanya, berdiri dua orang pemuda yang memanggil nama Ren di parkiran.
Mata Ren menajam, mencoba mengenali wajah orang yang memanggilnya.
"Mereka siapa?" tanya Ren. Keduanya kembali berjalan menghampiri sang pemanggil.
"Lah, mana saya tau. Saya 'kan cantik."
Ren tak menjawab.
Saat sudah sampai, matanya berotasi malas. Ia kira siapa, ternyata hanya teman sepermainannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arigatou, Minna
Teen Fiction[Follow Sebelum Baca!] "Ingat? Dulu aku pernah bilang "Takdir, jodoh dan maut hanya Tuhan yang tau". Sekarang Kakak tau 'kan makna dari kata itu? Semua hal yang sudah di gariskan untuk kita, tidak akan pernah tertukar walau jalannya berputar." ⚠️ Ha...