•
•
•
•
•Jidan sakit dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku masih takut untuk kembali berdekatan dengannya. Aku takut ketika aku menatap wajahnya rasa benci itu kembali hadir dan membuatku kembali melukai Jidan.
"Kau tidak mau menemani Jidan, Wil?"
Aku hanya menggeleng. Memang sejak percakapan kita waktu itu, Hildan semakin gencar membuat kami berbaikan. Bahkan sekarang Hildan secara terang-terangan memperlihatkan perhatian dan kepeduliannya pada Jidan.
Aku sempat iri, namun Hildan selalu memberiku pengertian.
Aku hanya melihat Hildan yang menjaga Jidan dari balik pintu kamar Jidan.
Kakiku ingin melangkah namun keraguan tidak pernah ingin meninggalkan diriku.
"Wildan?"
Aku tersentak saat Ibu menepuk bahuku.
"Kenapa disini? Tidak ingin masuk?"
Aku hanya terdiam sambil menatap lurus ke depan. Pandangan aku dan Hildan bertemu, kemudian dia memberikan senyumnya dan mengangguk seolah memintaku untuk masuk.
Ibu pun menarik tanganku. Setelah sampai di dalam, aku berdiri di samping Hildan yang tengah duduk di kasur Jidan.
Setelah mengecek keadaan Jidan, Ibu segera meninggalkan kami bertiga.
"Wildan?"
"Wildan bilang ingin menjagamu, Ji"
Aku menatap horor pada Hildan. Sejak kapan aku berkata seperti itu? Hildan benar-benar.
"Benarkah?"
Namun bisa aku lihat tatapan berbinar dari matanya itu.
"Em y-ya"
Jawabku ragu sambil memainkan jari-jariku dan tidak berniat menatap Jidan. Aku masih gugup dan canggung saat berdekatan dengan Jidan.
"Terimakasih, Wildan"
Aku pun membalas senyum Jidan walau terkesan sangat dipaksakan.
"Kau harus cepat sembuh, Ji. Aku tidak sabar untuk pergi denganmu"
Aku mengernyit mendengar ucapan Hildan. Mereka akan pergi bersama? Apa Hildan tidak mengajakku juga?
Mungkin nanti dia akan mengajakku.
• • •
Hari ini Hildan memintaku untuk menggantikannya menjaga Jidan karena ia harus mengerjakan tugas bersama kelompoknya.
"Ayo, Ji kau harus makan"
"Biasanya Hildan akan menyuapiku"
KAMU SEDANG MEMBACA
❨✓❩ ɪ ᴡɪꜱʜ || ᴡᴏɴᴡᴏᴏ ꜱɪᴅᴇ
Fanfiction❛follow dan mampir ke work aku yang lain juga ya❜ Wildan sebenarnya tidak membenci Jidan hanya saja ia merasa jika kedua orangtuaya selalu memprioritaskan si bungsu. Wildan merasa kasihan kepada Jidan dan naluri seorang kakak untuk melindungi adikny...