Sebelum membaca tekan bintangnya dulu
Makasih ^^Sekarang kami bertiga resmi menjadi mahasiswa Universitan Pledis. Aku senang karena kami bertiga diterima di Undis, aku sempat khawatir kalau ada yang tidak lolos masuk kesini.
Masa-masa ospek sudah kami lewati dan hari ini adalah hari pertama kami menjadi seorang mahasiswa. Kebetulan kami bertiga mendapat kelas pagi sehingga kami berangkat bersama menggunakan mobil.
Mobil itu kami dapat sebagai hadiah kelulusan kami dari Ayah. Ayah bilang kami bisa menggunakan mobil itu jika mendapat jam yang sama seperti sekarang ini.
Sekarang Hildan yang menyetir, aku sedang malas menyetir dan Jidan belum terlalu leluasa dalam mengendarai mobil. Untuk mengendarai motor saja dia masih belum terbiasa.
"Nanti tunggu di kantin saja" ucap Hildan memperingati dan kami berdua hanya menggangguk.
Setelah melepas sabuk pengaman, kami bertiga segera turun dari mobil. Langsung saja kami menjadi perhatian mahasiswa-mahasiswi yang berada tak jauh dari kami.
Aku dan Hildan sudah terbiasa sejak SMA dengan suasana seperti ini, berbeda dengan Jidan. Lihat saja sejak turun dari mobil dia terus menunduk dan meraptkan tubuhnya padaku.
Segera aku rangkul pundaknya dan berjalan agak cepat hingga kami sampai di koridor fakultasnya.
Meskipun kami berbeda fakultas, aku maupun Hildan akan mengantr Jidan sampai fakultasnya hanya memastikan dia baik-baik saja. Terlihat berlebihan memang, tapi kami ingin menebus masa itu yang seharusnya kami rasakan sejak lama.
Mengantar Jidan sampai kelasnya, menunggu di depan kelasnya saat jam istirahat, kemudian makan siang bersama di kantin. Aku pernah membayangkan itu saat kami duduk di bang SMP, namun saat itu hubungan kami sedang tidak.
Maka dari itu aku dan Hildan sepakat melakukan hal itu saat ini. Tidak ada kata terlambat untuk berubah lebih baik.
"Jika kelasmu selesai lebih dulu kau tunggu saja di dalam. Jangan pergi sebelum aku atau Hildan datang"
"Iya, Wildan. Jidan janji akan menuruti ucapan Wildan" ujarnya kesal.
Sekarang kita sudah bisa bercanda layaknya saudara pada umumnya. Jidan menjadi lebih sering melakukan protes jika aku atau Hildan berlebihan dalam memperhatikannya.
"Yasudah aku pergi dulu. Kelasku sebentar lagi dimulai"
"Baiklah. Cepat pergi, jangan sampai Wildan terlambat"
Aku pun segera meninggalkan Jidan dan berlari menuju kelasku. Tak ku hiraukan mahasiswi ataupun mahasiswa yang menyapaku sepanjang koridor.
Beruntung aku tidak terlambat karena ternyata dosen yang mengajar hari ini sedang sakit. Yah tetap saja dosen itu meninggalkan banyak tugas.
Aku menghela nafas kemudian membaca sekilas beberapa pertanyaan pada selembar kertas ditanganku dan segera mengerjakannya.
Untungnya dengan kapasitas otak dan kerjasama dengan yang lain tugasku一tugas kami一cepat selesai.
Dan begitulah semua mata kuliah hari ini terselesaikan.
Saat melirik pada jam yang melingkar di pergelangan tanganku aku baru menyadri bahwa hari sudah sore. Waktu berlalu begitu cepat.
Setelah semua barangku masuk kedalam tas aku bergegas menjemput Jidan sesuai janjiku tadi padanya.
Jidan benar-benar menepati ucapannya. Saat aku sampai disana kelasnya sudah kosong hanya tersisa dia saja.
"Jidan"
Jidan seger menghampiriku saat mendengar aku memanggilnya dn melihat kehadiranku di depan pintu kelasnya.
"Sudah lama, Ji?" Tanyaku saat dia sudah berdiri dihadapanku.
Jidan mengangguk kemudian berkata, "Tak apa, lagipula tadi Jidan sedang asik membaca"
Kami pun berjalan beriringan menuju tempat parkir.
"Apa yang kau baca?"
"Em... Hanya novel"
"Aku juga suka novel. Bagaimana kalau kita mampir ke toko huku dulu? Sudah lama aku tidak membeli novel"
"Boleh. Jidan juga ingin membeli beberapa novel lagi"
Aku segera melajukan motor setelah kami berdua menaiki motorku. Sekitar 10 menit kemudian kami sampai di toko buku yang sering aku datangi.
"Oh! Jidan juga selalu membeli buku disini"
Wah kebetulan yang sangat mengejutkan. Ternyata selera kami sama.
"Disini tersedia banyak novel dari novel-novel lama sampai yang terbaru, dan tentunya dengan harga yang terjangkau"
Aku dan Jidan terkekeh.
Kami pun mulai tenggelam dalam lautan novel. Sampai satu jam kemudian akhirnya kami menyelesaikan perburuan kami, aku tidak menyangka menghabiskan waktu sekitar satu jam hanya untuk mendapatkan 3 novel.
"Langsung pulang ,Ji?" Tanyaku saat Jidan sudah duduk dibelakangku.
"Hm, Jidan lelah. Ingin cepat tidur"
Aku kembali terkekeh kemudian segera melajukan motorku.
"Kalian darimana saja?" Tanya Hildan saat aku dan Jidan baru memasuki rumah. Aku pun mengangkat kresek ditanganku, sementara Jidan langsung pamit ke kamar. Dia pasti sangat kelelahan, dari pagi sampai sore harus ikut kelas lalu setelah itu pergi ke toko buku ditambah kondisi tubuhnya yang memang mudah sakit. Aku harap dia tidak jatuh sakit.
"Kenapa tidak mengajakku?"
"Memangnya kau suka novel?"
"Tidak"
"Nah, jadi untuk apa kami mengajakmu"
Aku segera meninggalkan Hildan yang sibuk menggerutu, aku pun lelah ingin segera beristirahat.
Setelah membersihkan diri aku segera berbaring, sungguh rasanya sangat nikmat. Seolah semua bebanku terangkat.
Berdamai itu memang indah. Aku senang bisa seperti ini dengan Jidan, aku senang hubungan kami bisa kembali baik. Aku berharap akan seperti ini selamanya.
END
Hai aku kembali
Maaf ngegantungin lama
Masih ada yang nunggu ga ya?Maaf kalo endingnya gaje dan pendek banget, tulisanku sekarang yang udah ancur makin ancur aja makanya aku gak pede buat publish
Sekali lagi maafkan aku
Semoga sukaOh iya makasih yang udah ngikutin cerita ini dari awal, dari jihoon sampe wonwoo side, ataupun yang masih baru makasih udah luangin waktunya buat baca ceritaku. Makasih juga buat yang udah vote sama ninggalin comment. Maaf kalo kurang memuaskan. Makasih makasih makasih banyak. Wooahae💎
KAMU SEDANG MEMBACA
❨✓❩ ɪ ᴡɪꜱʜ || ᴡᴏɴᴡᴏᴏ ꜱɪᴅᴇ
Fanfiction❛follow dan mampir ke work aku yang lain juga ya❜ Wildan sebenarnya tidak membenci Jidan hanya saja ia merasa jika kedua orangtuaya selalu memprioritaskan si bungsu. Wildan merasa kasihan kepada Jidan dan naluri seorang kakak untuk melindungi adikny...