Sebelum membaca jangan lupa tekan bintangnya dulu ya
Makasih^^Semalam saat selesai makan malam, Ibu mengajak kami berlibur ke pantai sebelum kami melaksanakan ujian. Ibu bilang hitung-hitung refreshing agar otak kita siap untuk bertempur.
Dan pagi ini kami sekeluarga sudah bersiap untuk menuju destinasi liburan kami, yaitu pantai. Tidak jauh dari rumah kami, hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam itupun jika tidak macet. Ya, berdoa saja agar perjalanan kali ini lancar. Karena sejujurnya aku sangat menginginkan liburan seperti ini sejak lama, apalagi sekarang hubunganku dengan Jidan sudah membaik. Aku yakin liburan kali ini akan menjadi liburan yang tidak akan pernah aku lupakan. Semoga.
Satu jam kemudian kami sekeluarga sampai di pantai. Hildan tampak sangat bahagia, dia langsung berlari menuju tepi laut begitu Ayah sudah selesai memarkirkan mobil. Kami memang sudah memakai pakaian santai dari rumah, seperti kolor dan kaus putih yang aku kenakan saat ini.
"Ayo, Ji. Kita susul Hildan. Jangan biarkan dia bersenang-senang sendiri."
Jidan mengangguk kemudian kami segera berlari menyusul Hildan. Dan saat sudah dekat kami merencanakan sesuatu.
"Ji. Kita dorong Hildan setelah itu kabur. Bagaimana?"
"Boleh."
Kami tertawa sebelum melancarkan aksi kami. Hildan tidak menyadari kehadiran kami karna dia tampak begitu fokus bermain air sambil jongkok. Seperti anak kecil saja.
"1 2 3"
BYURR
Setelah melihat Hildan basah kuyup kami tertawa kemudian berlari menghindari Hildan. Namun sepertinya Jidan tidak secepat diriku dalam berlari sehingga Hildan dengan mudah menangkapnya dan menceburkannya kedalam air laut.
Meskipun dirinya sama basah kuyup seperti Hildan, tetapi Jidan tetap tersenyum. Dia pun tampak bahagia.
Tapi tak lama kemudian aku mendapat sinyal bahaya. Mereka tiba-tiba mendekatiku dengan senyum yang menurutku menyeramkan.
"Hey! Hey! Mau apa kalian?"
Saat akan kabur Hildan memegangi tanganku dan Jidan kemudian memegangi kakiku, setelahnya mereka mengangkatku dan menceburkanku juga. Sialan. Air laut masuk kedalam hidungku membuatku tersedak. Dan saat itu Jidan langsung mendekatiku dan mengusap punggungku.
"Wildan tidak apa-apa?"
Aku hanya menggeleng karna tenggorokanku sakit saat aku mencoba untuk mengeluarkan suara. Air sialan. Mengganggu saja.
"Ini semua salah Jidan. Jidan yang meminta Hildan untuk menceburkan Wildan" ucapnya sambil menunduk dengan tangan yang memegangi ujung kaosku. Aish menggemaskan.
Aku langsung memeluknya dan menenangkannya yang hampor menangis sementara Hildan hanya terkekeh dan kembali bermain air sendiri.
"Tak apa, Ji. Ini bukan salahmu. Sudah, jangan menangis. Kita datang kesini untuk bersenang-senang bukan untuk bersedih."
"Wildan yang terbaik"
Jidan tertawa dan aku pun ikut tertawa karna tingkah lucunya. Aku tidak tahu Jidan akan tumbuh menjadi lebih menggemaskan seperti ini, sejak kecil dia memang sudah menggemaskan tapi seiring berjalannya waktu aku pikir dia akan berubah, sepertiku dan Hildan. Dulu kami bertiga sering disebut menggemaskan jika sedang berkumpul dengan keluarga besar, namun sejak remaja aku ataupun Hildan jarang mendengar meraka berkata seperti itu lagi.
"Ayo menggali!" Seru Hildan semangat.
"Menggali? Tapi kau yang di kubur. Inikan idemu, Hil."
Hildan menghela nafas namun kemudian mengangguk. Dia memang kakak terbaik.
Kami bertiga pun mencari alat untuk menggali. Setelah beberapa menit usaha kami tida sia-sia, lubang itu sudah cukup untuk mengubur tubuh Hildan. Setelah badan Hildan terkubur dan hanya menyisakan kepala tentunya, aku dan Jidan pun tak lupa untuk mengambil gambar disamping kuburan (?) Hildan. Sedikit creepy tapi bukankah Hildan memang tengah di kubur, walaupun sampai sebatas leher. Hey! Orang gila mana yang mengubur hidup-hidup saudaranya, aku masih menyayangi dia walaupun terkadang menyebalkan. Ok, lupakan.
"Aku lapar. Apa kalian tidak lapar?" Tanyaku setelah kami berhasil mengeluarkan Hildan.
"Jidan lapar"
"Yasudah ayo kembali. Ibu bilang dia membawa ayam kesukaan kita untuk bekal"
Mendengar kata 'ayam' dari mulutku membuat Hildan langsung berlari meninggalkanku dan Jidan yang hanya bisa melongo melihatnya pergi begitu saja.
"Dasar. Mendengar ayam saja sudah membuatnya melupakan kita. Ayo, Ji, kita susul sebelum semua ayam berakhir dalam perutnya"
Jidan terkekeh kemudian mengikutiku dari belakang. Dan akhirnya kami pun makan siang setelah lelah bermain seharian.
• • •
Saat malam tiba kami sekeluarga memutuskan untuk pulang. Rencananya kami memang akan berlibur sampai besok, tapi malam ini Jidan tiba-tiba demam sehingga Ayah memutuskan untuk mengakhiri liburan lebih awal. Aku tidak keberatan, karna melihat keadaan Jidan membuatku tak tega untuk tetap melanjutkan acara liburan ini.
Dan saat ini aku tengah menemani Jidan di kamarnya. Setelah mengganti kompresnya aku segera membaringkan tubuhku di samping Jidan dan memeluknya.
Aku mengelus pipinya dan seketika rasa panas menjalan di tangaku.
"Cepat sembuh, Ji. Aku masih ingin bermain denganmu."
"Eungh~"
Ku lirik Jidan yang menggeliat kemudian membuka matanya, walau aku tidak yakin dia sudah membuka matanya atau belum.
"Apa aku membangunkanmu, Ji?"
Jidan menggeleng kemudian merapatkan tubuhnya membuat kain kompresnya jatuh.
"Pusing?"
Dia mengangguk dan aku segera memijat pelan kepalanya.
"Tidurlah lagi agar kau cepat sembuh"
"Wildan jangan pergi" ucapnya pelan dengan suara serak. Ah kasihannya adikku ini. Aku pun dengan senang hati menuruti permintaannya.
Tak lama dengkuran halus terdengar di telingaku dan saat ku lirik ke bawah ternyata Jidan sudah kembali terlelap.
Aku membenarkan letak selimut dan menyimpan kain bekas kompres Jidan diatas nakas, setelahnya aku ikut terlelap sambil memeluknya. Biarlah kehangatan pelukanku menemani tidurnya malam ini.
Cepat sembuh, Ji. Dan jangan sakit lagi.
Meskipun liburan kami harus berakhir lebih awal dengan Jidan yang jatuh sakit, tapi aku senang karna bisa menghabiskan waktu bersama Jidan. Harapan kecilku sejak lama akhirnya terwujud.
Terimakasih, Ji, karena sudah memaafkanku dan masih menerimaku. Aku menyayangimu, adik kembarku yang menggemaskan.
•
•
•
•
•TBC
Ide dan moodku lagi bagus makanya bisa lancar nulis. Semoga memuskan ^^ maaf kalo ada typo
Karna chapter ini aku jadi kepikiran buat bikin triangle love. Kayaknya seru nih jihoon direbutin. Tapi aku gak tau ada yang minat apa enggak hehe
Jangan lupa vote & comment ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
❨✓❩ ɪ ᴡɪꜱʜ || ᴡᴏɴᴡᴏᴏ ꜱɪᴅᴇ
Fanfiction❛follow dan mampir ke work aku yang lain juga ya❜ Wildan sebenarnya tidak membenci Jidan hanya saja ia merasa jika kedua orangtuaya selalu memprioritaskan si bungsu. Wildan merasa kasihan kepada Jidan dan naluri seorang kakak untuk melindungi adikny...