Sebelum membaca tekan bintangnya dulu ya
Sudah? Makasih >•<
Mampir juga ke work aku yang lain ya ^•^Kita sudah sampai di salah satu restoran cepat saji.
Setelah melihat daftar menu ditanganku, salah satu menu disana membuat air liurku seakan menetes.
"Aku ingin ayam yang ini" aku menunjuk salah satu gambar.
Uh lihatlah betapa merahnya ayam itu. Aku tidak sabar untuk segera memakannya. Cacing di perutku semakin berisik saja.
"Kalau kau, Ji?"
"Sama kan saja"
Setelah menunggu sekitar sepuluh menit akhirnya pesanan kami datang dan aku segera memakannya.
"Kau sangat lapar, Wil?"
Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Hildan. Karena memang benar aku sangat lapar. Salahkan saja Hildan, karenanya saat jam istirahat tadi aku tidak pergi ke kantin.
"Wildan seperti tidak makan selama seminggu saja"
Ey kenapa Jidan malah ikut meledekku? Apa memang seanarkis itu aku makan saat ini? Mau bagaimana lagi. Aku tidak peduli yang penting cacing-cacing di perutku mendapatkan nutrisi.
Aku menghiraukan mereka yang tengah menertawaiku dan lanjut makan. Biarlah nanti aku balas mereka untuk saat ini yang utama bagiku adalah mengisi perut.
Aku hanya menyimak saja saat mereka berdua larut dalam obrolan. Entahlah aku tidak tahu apa yang aku rasakan sekarang, yang pasti aku merasa senang saat melihat kita bertiga berada di satu meja dan melakukan perbincangan ringan seperti ini.
• • •
"Setelah ini kita kemana?" Tanyaku saat kami sudah kembali ke parkiran.
"Setahuku tak jauh dari sini ada taman bermain. Kita kesana saja."
"Kau bagaimana, Ji?"
"Boleh saja. Lagipula sudah lama aku tidak pergi ke taman bermain. Terkahir kali aku kesana saat kita masih kecil dulu." Ada nada sedih dalam ucapannya itu yang membuatku terhenyak. Lupakan. Untuk sekarang aku ingin bersenang-senang selagi kita masih bisa berkumpul seperti ini.
"Yasudah ayo cepat naik, Ji."
Jidan mengikutiku naik ke atas motorku dan setelahnya motorku dan Hildan melaju membelah jalanan kota yang tampak sangat cerah seperti susana hatiku saat ini.
"Jidan senang bisa pergi bersama dengan Wildan."
Aku menoleh kemudian mengangguk kecil, untung saja helm yang ku pakai bisa menyembunyikan senyumku. Aku pun tidak tahu kenapa aku bisa tersenyum seperti ini.
"Jidan harap lain kali kita bisa pergi lagi seperti ini."
Dan begitulah ocehan-ocehannya menemani perjalanan kami hingga tiba di taman bermain.
"Ingin langsung bermain?" Tanya Hildan.
Aku dan Jidan mengangguk semangat dan setelahnya kita menuju salah satu permainan disana.
Jidan tampak sangat menikmati waktu kebersamaan kami ini, begitupun dengan Hildan. Aku berharap aku bisa bersenang-senang seperti mereka.
"Kalian tunggu disini. Aku akan membeli minum dulu."
Kemudian Hildan meninggalkanku dan Jidan, dan kami berdua hanya berdiam diri karena setelah Hildan pergi suasana tiba-tiba terasa canggung. Aku pun memberanuka diri membuka obrolan agar tidak terlalu hening.
"Em.. Ji."
"Ya?"
"Ingin membeli sosis itu?" Aku menunggu penjual sosis yang berada tepat di depan kami.
"Wildan mau?"
"Kalau kau mau kita bisa pergi kesana."
"Jidan mau!"
Alasan lain aku menanyakan itu selain untuk membunuh suasana canggung, aku juga melihat Jidan yang selalu menatap kearah penjual itu. Aku tahu dia ingin tapi takut untuk mengatakannya.
Aku menarik tangan Jidan menuju penjual sosis itu. Kami pun membeli 3 potong, untuk Hildan juga tentunya.
Setelah mendapat sosis itu kami kembali ke tempat tadi dan Hildan sudah berada disana dengan satu kresek ditangannya.
Jidan pun memberikan satu sosis untuk Hildan. Dan setelahnya kami duduk di salah satu meja bundar dengan 4 kursi.
"Aku hanya membeli air mineral, karenaaku lupa menanyakan kalian ingin minuman apa." Ucap Hildan setelah kami duduk.
"Tak apa. Air mineral lebih baik." Balasku. Kemudian aku mengambil satu botol air mineral itu dan membukanya. Satu tegukan membasahi tenggorokanku yang terasa kering.
"Aku dengar malam ini akan ada pesta kembang api. Kalian ingin melihatnya?"
"Boleh saja."
"Apa tidak apa-apa? Bagaimana kalau kita pulang terlalu larut?"
"Aku akan memberi tahu Ibu kalau kita pulang terlambat."
"Hm, baiklah."
Seperti biasa, aku hanya jadi penyimak saja.
• • •
Akhirnya saat ini tiba, pesta kembang api. Kami bertiga mendapat spot yang bagus untuk melihat kembang api itu.
Jidan berada ditengah antara aku dan Hildan. Tak lupa beberapa camilan menemani kami.
"Jidan tidak sabar."
Aku terkekeh mendengar antusiasme Jidan terhadap kembang api.
Beberapa saat kemudian akhirnya pesta kembang api dimulai. Kami bertiga seperti terhipnotis oleh indahnya kembang api malam ini sehingga tidak ada satupun dari kami yang mengeluarkan suara.
Senang juga bisa menikmati momen indah ini bersama mereka berdua. Aku tersenyum sambil memandang kembang api di depan mataku dengan membayangkan keseruan yang kita lalui hari ini.
Jika boleh jujur aku sangat ingin menikmati waktu bersama seperti ini. Aku tidak menyangka akan semenyenangkan ini seharian bersama kedua saudaraku.
"Pulang sekarang?" Pertanyaan Hildan membuatku tersadar dari lamunan. Aku pun mengangguk dan kami berjalan menuju parkiran.
"Kau ingin denganku atau Wildan, Ji?"
"Em.. aku ingin dengan Wildan lagi. Tak apa kan?" Dia menatapku kemudian aku mengangguk.
Dan kami pun segera pergi dari sana karena hari yang semakin malam.
Terimakasih untuk hari Hildan, Jidan. Aku berharap kita bisa seperti ini lagi suatu saat nanti. Aku tidak sabar menanti hari itu tiba.
•
•
•
•
•TBC
Masih ada yang nunggu cerita ini gak?
Ngaret banget ya update ya ;((
Ide nya lagi traveling makanya baru sempet update sekarang. Maaf ya ;((
Btw, happy birthday koko semoga makin bersinar🎂💎
Jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
❨✓❩ ɪ ᴡɪꜱʜ || ᴡᴏɴᴡᴏᴏ ꜱɪᴅᴇ
Fanfiction❛follow dan mampir ke work aku yang lain juga ya❜ Wildan sebenarnya tidak membenci Jidan hanya saja ia merasa jika kedua orangtuaya selalu memprioritaskan si bungsu. Wildan merasa kasihan kepada Jidan dan naluri seorang kakak untuk melindungi adikny...