187 cm, 150 cm

4.5K 173 27
                                    

[Versi Lengkap cerita ini tersedia di Fizzo]

Siapa sangka, aku bisa berdiri di sebelahnya. My boy.

***

'Cinta? Apa cinta itu benar-benar ada untuk cewek pendek seperti ku.'

Namaku Gera Akumilara, 150 cm. Aku tengah berjalan menuju sekolah sembari mengemut lollipop. Aku menenteng ranselku di punggung dan menatap sosok yang membuatku kesal.
Ini benar-benar hari sialku, melihat pemandangan sepasang kekasih yang bermesraan di setiap jalan.

'Sial, ini masih pagi. Mereka membuat hal menjijikkan seperti ini.'

Aku mendengus kesal melihat sepasang kekasih yang lebih tua dariku tengah duduk di bangku halte saling merangkul satu sama lain. Aku berdiri di halte, menunggu bus datang . Tidak banyak orang di sini, karena masih terlalu dini dan sialnya aku memang suka berangkat lebih pagi hanya untuk melanjutkan tidur di kelas. Kenapa? Alasannya mudah, karena apabila di rumahnya selalu sangat berisik terlebih pagi hari. Saudara-saudaranya selalu ribut, entah membahas seragamnya yang tidak rapi, sepatu hilang sebelah, lupa mengerjakan tugas atau bahkan mama nya suka mengomel karena papa nya susah di bangunin, alhasil itu membuatnya terbangun padahal masih subuh.

Tidak lama bus datang. Aku membuang tangkai lollipop yang sudah habis ke tong sampah tidak jauh dari sana lalu segera naik masuk ke dalam bus. Aku mengambil tempat duduk yang dekat dengan pintu. Aku melirik ke belakang, masih banyak bangku yang belum terisi dan jarak penumpang satu sama lain cukup jauh.

Deg

Lagi-lagi aku melihat sepasang kekasih yang lagi bermesraan di belakang sana. Mereka tengah berciuman. Aku memutar kepalaku lalu menatap keluar jendela.

'Banyak orang-orang sinting dan tidak punya malu dimana-mana.'

*

Aku bernafas lega ketika bus telah berhenti di halte sekolah. Aku segera turun dan masuk pekarangan sekolah. 
Di depanku lagi-lagi aku melihat pasangan yang tengah berjalan berpegangan tangan. Aku melihat tinggi mereka sangat serasi. Aku menggigit bibir bawahku kesal.

"Kenapa cuma aku yang tidak tumbuh? Padahal mereka seumuran denganku," Gerutuku pelan.

Tiba-tiba seseorang merangkul bahuku dari belakang dan sedikit mencondongkan tubuhnya.

"Pagi anak TK," ucapnya membuat aku menatap nyalang karena kesal, terlebih moodku sangat buruk hari ini.

Aku menginjak kakinya, membuatnya mengaduh dan melepaskan rangkulannya. Aku melanjutkan langkahku sambil cemberut dan dia terkekeh mengejar ku. Dia adalah Dion Alhemdrazi Verzio, teman kecil dan cinta pertamaku. Pria jangkung yang tingginya di atas rata-rata, 187 cm, layaknya idol korea. Wajar saja karena dia keturunan campuran bukan asli Indonesia.

"Ra!" panggilnya sambil terkekeh memegang pengait yang terdapat di atas renselku dan berjalan mengekoriku.

Aku hanya mendengus karena sudah terbiasa diperlakukan seperti itu olehnya.

"Berhentilah mengekoriku. Itu membuatku kesal sama tubuh jangkung mu," ucapku.

Dia tertawa puas. "Haha, ayolah. Ini masih masa pertumbuhan dan kau pasti bisa tinggi sedikit lagi."

Short Story 2✓ - Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang