Luka Yang Kau Tinggalkan

1.4K 83 4
                                    

Seandainya dulu aku tidak menuruti egoku mungkin kita masih bisa bersama saat ini.
Jalanku dan jalanmu sudah berubah.
Takdir yang mana harus ku langkah.
Aku benar-benar marah.
Cinta bencilah yang terus berbuah.
'Ku akui, aku mengaku kalah.'

***

Deg.

"Ayo putus."

Bagaikan beribu palu memukulku. Dadaku sesak untuk membiarkan mulutku bersuara. Aku mengepalkan kedua tanganku erat-erat membiarkan kuku jari-jariku menusuk kulitku. Aku tidak berani mengangkat kepalaku untuk mengatakan dengan berani 'aku menolak.' Hanya kesedihan mendalam yang tersisa dengan beribu luka. Kita saling mencinta namun juga saling menyakiti. Apa takdir jodoh kita hanya sebatas ini?

Suara gesekan kursi yang berderik di lantai membuat jantungku berpacu semakin cepat. Mataku memanas ingin segera mengeluarkan isinya. Samar-samar ku dengar langkah kakinya semakin menjauh meninggalkanku yang terpukul pilu.

'Hiks, aku lah yang kalah dalam hubungan ini.'

----

Flashback

Namaku Amanda Putri Bessara, gadis periang dan santai. Aku tidak pernah menjalin hubungan yang serius sebelumnya namun ku putuskan kali ini aku akan serius padanya, Dendian Wiraseptiawan, pacarku. Kami sudah menjalin hubungan lebih dari dua tahun.
Bagi sebagian orang mungkin dua tahun adalah waktu yang singkat namun bagiku itu adalah hal paling lama di dalam percintaanku. Aku bahkan pernah putus dengan seseorang selama seminggu setelah menjalani hubungan. Alasannya kenapa? Bagiku merasa tidak nyaman dan tidak cocoklah penyebabnya.

Selama kami pacaran, pasti adakalanya pertengkaran kecil sebagai pasangan, namun kami berhasil mengatasinya dengan baik. Aku mulai jatuh cinta dengannya setelah setahun bersama, entahlah aku sebenarnya tidak rela hatiku di berikan seutuhnya karena takut terluka.

"Sayang, bagaimana hari ini?" Tanyanya.

Aku ingat hari ini adalah hari jadi kami dan tersenyum merangkul lengannya.

"Boleh." Jawabku mengangguk malu-malu.

Hari ini kami akan liburan ke pantai. Aku sudah izin ke orang tuaku dan membawa beberapa pakaian di ransel serta keperluan lainnya.

Dendi mengambil ranselku menaruhnya di dalam mobil bangku belakang lalu kami masuk ke mobil dengan Dendi mengendarainya dan aku duduk sampingnya. Selama perjalanan kami saling berpegangan tangan dan saling melirik satu sama lain penuh cinta. Aku bingung harus memberikan hadiah apa untuk Dendi agar dia senang.

Kata teman-temanku tidak salahnya kami tidur bersama karena kami sudah lama berhubungan dan hal itu tidak tabu di negaraku. Tapi aku belum siap dan aku yakin Dendi mengerti.

"Apa yang kamu lamunkan?" Ucap Dendi menepuk bahuku.

Aku tersadar bahwa kami sudah sampai dan mobil telah berhenti. Aku melihat hamparan pantai berwarna biru muda dan suara ombak bersautan.

'Indahnya.' pujiku.

Aku sudah lama ingin bermain di pantai karena tempat tinggalku cukup jauh dari sini. Membutuhkan waktu 3 jam sampai kesini.

Short Story 2✓ - Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang