Dia bukan tipeku (?)

1.2K 97 0
                                    

...

Aku selalu bermimpi suatu saat nanti aku pasti memiliki hubungan yang indah layaknya seperti seorang remaja biasanya. Memiliki seseorang yang di cintai dan mencintai dirimu. Mendapatkan pengakuan dan hadiah dari pasangannya. Itulah mimpiku saat SMA. Setidaknya aku harus menjalani hidup layaknya manusia umumnya sekali sebelum fokus ke tahap yang paling tinggi. Mungkin, aku terlalu banyak bermimpi hingga suatu hal yang inginkan terjadi tapi..,

Deg,

"Jadilah Pacarku?" Pengakuan itu terdengar di menggema di ruang kelas. Aku yang sebelumnya tengah duduk sibuk tidak bisa berkata apa-apa karena ini begitu mendadak. Hatiku saja belum siap.

Aku melirik suasana di kelas mencekam, menatapku tajam, seolah menunggu jawabanku pada laki-laki itu.

'Ini tidak mungkin. Apa ini lelucon?' Batinku.

Sebelumnya aku memang tidak menarik bagi siapapun di sekolah swasta yang terbilang elit ini. Aku bukan bagian dari kalangan orang kaya dan juga orang miskin. Aku hanya berada di zona tengah. Penampilanku juga tidak diminati entah itu menjadi kelompok beberapa orang atau menjadi target bully. Aku hanya berada di zona aman tanpa perlu takut akan kedepannya. Namun kali ini berbeda, aku tersorot di mata anak-anak orang kaya dan sepertinya kehidupan sekolah ku kali ini berakhir sudah berada di zona aman.

Aku menatap takut-takut ke arah laki-laki itu. Aku membencinya. Ini semua gara-gara laki-laki yang berpenampilan sangat mencolok ini. Siapa yang tidak mengenalnya, dia laki-laki populer berasal dari keluarga kaya. Bagaimana bisa laki-laki seperti dia menyukaiku yang terlahir dengan wajah standar ini? Apa dia dan geng nya tengah mengadakan taruhan dengan diriku sebagai targetnya? Kemungkinan buruk itu bisa terjadi, melirik geng laki-laki itu berbisik satu sama lain. Aku benci laki-laki tampan dan kaya hingga tanpa sadar suaraku dengan lantang keluar.

"Tidak mau!" Ucapku.

Semua orang di kelas berbisik tidak percaya termasuk laki-laki itu. Benar, siapa aku yang berani menolak laki-laki setampan ini dan terlihat jelas fansnya memaki-maki diriku sambil berbisik-bisik.

Aku tidak peduli, yang jelas ku pikir ini hanya lelucon dan dugaanku tidak menemukan jawaban. Aku tidak menyangka laki-laki tidak berekspresi apapun ketika aku menolaknya. Aku dapat melihat smirk kecil di sudut bibirnya.

'Apa dia akan memukulku?' batinku melihat pergerakan di tubuhnya.

Ketika aku yang di landa takut, laki-laki itu dengan santai menghela nafas kasar sambil berdecak dan pergi keluar dari kelasku diikuti gengnya yang tertawa puas mencemooh laki-laki itu.

'Apa ini pilihan yang tepat?' Batinku.

Bodoh ketika aku menolak laki-laki yang terbilang sempurna dan tipe ideal gadis-gadis pada umumnya. Tapi aku terlalu takut konsekuensinya, melihat potensi diriku yang mustahil bersanding bahagia dengan laki-laki seperti itu. Aku hanya ingin berada di zona aman tanpa susah payahnya merasakan kesedihan dalam percintaan.

Setelah kelompok laki-laki itu pergi, semua orang tampak menggunjingkanku. Lalu kehidupan sekolah yang suram pun mulai terjadi padaku.

"Cih, gadis sepertimu berani berlagak ya." Benar, ini salah satu ratu pembully di kelasku, Clara Madona, gadis cantik dari keluarga kaya, ketua pemimpin fansnya laki-laki itu.

Clara datang bersama dua orang temannya, Gita dan Weni. Mereka berlagak centil dan sok-sokan berdiri di depan mejaku. Aku paling benci orang seperti mereka. Aku tidak takut tapi yang lebih ku takutkan adalah nilaiku ketika tengah di bully satu kelas bahkan seluruh angkatan ku.

"Ini semua gara-gara laki-laki itu." Gumamku penuh dendam dengan kedua tangan di kepal tersembunyi di dalam laci meja.

...

Short Story 2✓ - Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang