𝐇𝐎𝐔𝐑𝐒 - 𝐇𝐎𝐑𝐑𝐎𝐑 𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 #2
Mendapati adik masing-masing belum kunjung pulang dari sekolah, Yeonjun dan Soobin nyaris kehilangan akal, mereka frustasi berat.
Tepat tengah malam saat keduanya memutuskan mendatangi Smart Seoul High Schoo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini sekolahnya?" Soobin mendongakkan kepala, maniknya terpaku pada gedung sekolah lima lantai yang meninggalkan kesan horor di depannya. "Lebih gelap dari dugaanku."
"Adik kita mungkin di dalam. Ayo, masuk. Tidak ada waktu untuk jadi takut," kata Yeonjun, dan langsung bersiap melompati pagar lebih dulu.
Soobin langsung merubah raut wajahnya. Mendadak serius. "Hyung benar. Ini demi adik-adik kita."
Melompati pagar dengan mulus dikarenakan tinggi tubuh mereka yang mendukung, keduanya bergegas untuk terus melangkah menuju pintu utama gedung. Itu adalah pintu berdaun ganda dan terletak tepat di tengah.
"Oke. Seperti dugaan, pintunya pasti terkunci." Yeonjun menoleh pada Soobin cepat. "Kau bawa perlengkapan yang aku bicarakan di pesan, 'kan?"
Soobin mengangguk yakin. Namun, satu tangannya kemudian cekatan menahan milik Yeonjun. "Hyung."
"Kenapa lagi, Bin?"
"Kau yakin mereka ada di dalam?"
"Tidak tahu. Makanya, kita harus memeriksanya."
***
Brak! Brak!
"Hahh! Aku sudah lelah, Tae!"
"Aku juga ... aku juga sudah sangat lapar." Taehyun mendesis. Mengatur deru napas yang sudah tak karuan.
Sejak sore ini. Sejak jam pulang sekolah dan keduanya memutuskan untuk tinggal di perpustakaan guna belajar bersama—sangat tidak disangka, mereka baru sadar waktu berlalu begitu banyak hingga sekolah sudah sangat sepi tanpa satu pun tanda kehidupan. Lorong yang gelap, pemandangan luar jendela yang sunyi dan semua ruangan yang senyap. Membuat Hyuka dan Taehyun sempat merasa ketakutan lahir batin. Tak bisa mengendalikannya lagi.
"Aku terkejut. Bisa-bisanya security mengunci kita di sekolah." Taehyun membanting kursi ke lantai yang tadinya dia pakai untuk memecahkan jendela. Ajaib sekali, seolah berubah sekejap mata, kaca-kaca itu kini tidaklah lagi terasa seperti kaca. Bak telah bercampur dengan kayu jati juga logam, semua benda pelapis jendela itu begitu kuat hingga apapun gagal menghancurkannya.
Hyuka ikut meletakkan kayu patahan meja lama, dan terduduk lemas. "Kita tidak mungkin tinggal di sini sampai pagi, 'kan? Ibuku pasti cemas menemuiku tidak pulang hari ini."
"Kau kira bagaimana denganku? Aku penasaran apa yang dilakukan Yeonjun Hyung jika tidak melihatku saat pulang." Taehyun ikut duduk di sisi lorong, tepat di samping Hyuka. "Dia sudah menjanjikan pizza kesukaanku malam ini karena tidak datang ke acara penerimaan siswa baru, minggu lalu."
Hyuka mengangguk-angguk setuju. Soobin Hyung juga pasti sama. "Jadi, bagaimana ini? Kita sudah melakukan semuanya. Tapi sama sekali tak ada kemajuan."
"Apakah menunggu sampai pagi menjelang adalah ide bagus?"
"Bukankah besok seharusnya yang lain akan tetap sekolah?"
Taehyun mengangguk polos. "Tentu. Pintu depan mungkin akan dibuka dan kita bisa keluar saat itu."
"Jadi ... kesimpulannya, kita menunggu sampai pagi?" Hyuka bertanya ngeri. Raga dan hatinya seolah menolak keras realita itu.
"Mungkin begitu, Hyuka-ya."
"Di tempat yang ... segelap dan semenyeramkan ini?"
Taehyun mengangguk lagi.
Hyuka pun lantas memeluk Taehyun begitu saja, seolah siap menumpahkan tangis. "Taehyun-ah ... aku takut."
Taehyun reflek mengusap-usap punggung sobatnya itu. Mencoba menenangkan. "Hei, sudahlah. Ini bukan masalah besar. Ingatlah bahwa besok pagi pintu akan dibuka dan kita keluar dengan cepat saat itu. Kita juga tidak perlu sekolah untuk besok," jelasnya. Melirik jam dinding yang kebetulan tertempel tak jauh dari mereka. 22:35. "Lagipula untuk sampai pagi hanya tersisa beberapa jam lagi." Yeonjun Hyung takkan biarkan aku sendirian dan dalam bahaya dalam waktu panjang. Dia pasti mencariku sekarang.
Padahal kalau boleh jujur, Taehyun itu sama takutnya dengan Hyuka. Lebih takut, malah.
Didikan dan kebiasaan hidup bergantung dengan para Hyung membuat keduanya jadi lebih mudah cemas akan banyak hal, dan sangat sulit untuk mengontrolnya.
"Ck, mungkin yang lebih kucemaskan adalah perutku," keluh Taehyun dengan suara pelan, sebab perutnya tak henti mengeluarkan bunyi gemuruh. "Padahal harusnya aku makan pizza malam ini!"
Brak! Brak!
Suara gebrakan nyaring terdengar dari arah pintu keluar. Taehyun dan Hyuka menoleh berbarengan ke arah sana. Lantas mengeratkan pelukan ke satu sama lain.
"Hyuka! Itu apa!" Taehyun menenggelamkan wajah ke pundak Hyuka, mencengkeram pakaian temannya itu kuat-kuat.
"M-mana kutahu! Aku juga takut menebaknya!"
Brak! Brak!
"Aaaaa, kita akan mati!" pekik Hyuka berlebihan dan masih memejam kuat.
Beberapa saat sampai Taehyun mengernyit sendiri. Mengangkat kepalanya dan menatap penasaran. Seseorang sedang mencoba masuk?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.