8 AM, Important Thing

1K 285 161
                                    

Ada sekitar satu jam waktu yang mereka habiskan, dan Taehyun mulai mengusapi kedua pipi yang kuyup oleh air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada sekitar satu jam waktu yang mereka habiskan, dan Taehyun mulai mengusapi kedua pipi yang kuyup oleh air mata. Terkadang menjadi cengeng itu melelahkan juga. "Aku lapar, Hyuka-ya."

Hyuka menoleh, mengatur napas agar tak lagi sesenggukan seperti barusan. "Aku juga."

"Aku ke bawah saja? Di kantin seharusnya masih menyimpan makanan, bukan? Aku bisa melompati meja roti dan membobol lemari minuman."

Hyuka agak terkekeh, sesaat membalas anggukan percaya. Taehyun teman cerdasnya itu memang selalu bisa dia andalkan. "Oke. Jangan lama. Ingat, tempat ini masih mencurigakan meskipun sudah pagi." Lagi-lagi. Rasanya semua kesialan yang akhir-akhir ini menimpa mereka membuat keduanya hampir mengutarakan perasaan menyesal sudah masuk SMA Smart Seoul ini. Padahal, ayolah. Bahkan belum ada genap satu bulan semenjak upacara penerimaan siswa angkatan baru tempo lalu.

"Kau tunggu di sini dan jangan bergerak, oke? Kakimu harus tetap diistirahatkan supaya cepat pulih." Taehyun sudah beranjak, maniknya tetap terpaku pada sang sobat berusaha menghilangkan keraguan satu sama lain. "Aku janji takkan lama."

"Oke. Ambil secukupnya saja, Tae."

"Aku tahu. Dan, oh ya, aku juga mau mencari tasku yang tertinggal."

"Hm, kau benar. Semua barang pentingmu ada di dalamnya, 'kan?"

Taehyun cepat mengangguk dan melangkah keluar. "Aku pergi dulu, Hyuka," katanya, sambil melambai singkat.

Di lorong yang samar-samar menampakkan sinar matahari dari tiap celah dinding, Taehyun merasakan sekitar lehernya meremang hebat. Di sana sepi dan hampa sampai-sampai Taehyun begitu tertarik memutar haluan kembali menghampiri Hyuka ke UKS. Ini masih pagi, Tae. Masih pagi! Jangan jadi pengecut dengan menjadi sepenakut ini, ayolah!

Terus mengepal tangan dan meneguhkan diri berhasil menuruni anak tangga, Taehyun akhirnya bisa perlahan bernapas normal ketika berjalan menyusuri lantai pertama. "Eoh? Tasku tidak terlihat di manapun," gumamnya sendiri, dan menengok kiri-kanan dengan raut bingung. Ke mana perginya tas itu?

Sempat berdecak pelan, Taehyun mencoba untuk bersikap masa bodoh dengan hilangnya tas dan lanjut memacu langkah menuju kantin. Tempat luas yang biasanya diisi oleh kerumunan antrian dan pemandangan siswa berbagai angkatan berbondong-bondong berkumpul untuk makan, kini berubah senyap. Terlalu sepi hingga Taehyun bisa menyadari debu pasir yang berpindah karna tersapu udara di sekitar kakinya.

Taehyun melompati meja roti. Memeluk lima bungkus dari penyimpanan meja kaca itu tanpa melihat lagi varian rasanya, dan membuka lemari minum yang rupanya tidak terkunci. Bagus. Taehyun jadi tidak perlu membuang banyak waktu di tempat ini sendirian.

Anak itu melangkah ringan bahkan saat dia sudah meniti lagi anak tangga menuju lantai dua. Netranya tiba-tiba saja tertuju lurus pada satu titik dengan napas tercekat. Roti dipelukan sontak bergemetar sementara Taehyun tetap mematung dengan lidah yang kelu. Ada bekas darah di depannya menuju pada perpustakaan, dan pintu ruangan itu yang bergerak sendiri seolah tengah berusaha digebrak seseorang dari dalam. Siapa yang bisa ada di dalam sana?

Roti-roti dijatuhkan saat Taehyun merasa kesulitan bernapas. Dengan air mata yang sudah kembali mengalir dia memanfaatkan sisa kesadaran untuk berlari ke UKS, dan beringsut turun ke lantai ketika mencapai pintu. Anak itu sama sekali tak bisa bernapas.

Penyakit asmanya kambuh.

Hyuka spontan tegak dan menghampiri gesit meski agak meringis dengan jalan pincang. Menangkap temannya dan mengguncang cepat agar tetap tersadar. "Taehyun! Taehyun, tetaplah sadar! Di mana inhaler-mu? Di mana tasmu! Yak! Kenapa kau tidak membawanya!"

Taehyun memegangi dada, dan nyaris mencengkeram leher sendiri sedangkan peluh sudah membasahi poni rambutnya.

Hyuka mengigit bibir, lantas terisak melihatnya. "Taehyun! Aku harus apa? Tetaplah sadar! Taehyun!"

***

Seandainya mereka semua tahu, bahwa kenyataan mengatakan keempatnya sudah berada di lokasi yang sama, atau bahkan di lorong dan pijakan yang sama. Tetapi, perbedaan dimensi memisahkan mereka.

Taehyun tidak tahu bahwa gebrakan pintu semalam adalah ulah kedua Hyung yang sedang mencoba masuk, atau keributan di pintu perpustakaan jugalah karena usaha kedua Hyung agar bisa memasuki ruangan. Yeonjun juga tidak tahu bahwa lokasi dia mengambil tas Taehyun adalah tempat di mana Taehyun pergi beberapa detik sebelumnya, atau ranjang yang sempat dia usap itu tengah ditempati sang adik. Tidak sama sekali. Mereka seperti tak bisa melihat ke satu sama lain.

Itu berlaku juga untuk benda-benda yang diambil pada salah satu pihak; tas Taehyun yang akan menghilang ketika telah terbawa bersama Yeonjun.

"Perasaanku tidak enak, Hyung," kata Soobin, ketika mereka berhasil membuka pintu perpustakaan dan tidak menemukan hal penting apapun di dalam. Yeonjun kontan menoleh. Merasakan bahwa omongan Soobin benar-benar mewakilkannya saat ini.

Yeonjun mengalihkan pandangan. Memilih jujur, "Aku juga. Aku tidak tahu ... kenapa aku semakin mencemaskan adikku."

Mereka kembali mengedarkan fokus pada sekeliling perpustakaan. Memerhatikan bagaimana penataan barang juga susunan buku terlihat normal-biasa saja, seperti pada umumnya. Tetapi, darimana bekas darah kering tadi berasal?

"Kurasa itu hanya cat," kata Yeonjun berusaha untuk tetap berpikir positif. "Kita mungkin hanya berlebihan dengan mengira itu darah."

"Kuharap begitu." Soobin angkat bahu, lebih terlihat pasrah dan beralih menarik kursi di salah satu meja lebar di sana. Lebih ingin melamunkan segala hal tentang Hyuka. "Oh, astaga! Aku mau cepat bertemu Hyuka!" Bahkan siapa pun bisa membayangkan, betapa seramnya emosi Soobin jika tahu apa yang terjadi dengan kaki adiknya saat ini. Hyuka baginya berarti lebih daripada nyawa sendiri—persis seperti Yeonjun terhadap Taehyun.

Yeonjun menyusul. Memilih duduk untuk sekadar mengistirahatkan diri sejenak. Kemudian mulai melepas tas dan tanpa alasan membuka resletingnya. Ponsel Taehyun adalah hal pertama yang dia ambil dari dalam ketimbang beberapa buku yang ada. Mendapati ponsel sang adik tak memakai kunci layar membuat Yeonjun berjaya mengutak-atik isinya sampai menemukan draft foto di aplikasi media sosial Instagrow—yang tampaknya tidak jadi Taehyun posting. Itu adalah selcanya bersama Min Hyuka temannya.

Memandagnya membuat raut Yeonjun makin murung. Bagaimana agar menemukan Taehyun detik ini juga?

Mengantongi sebab menemukan ponsel tak berguna dengan tanda no signal di atasnya, Yeonjun tercenung menemukan satu benda yang ditemukan tersimpan di satu tempat khusus dalam tas; inhaler.

"Sial," kata Yeonjun begitu saja.

Soobin menoleh cepat. "Ada apa, Hyung?"

"Adikku," jawabnya. Lalu, menoleh lurus. "Aku punya perasaan sangat buruk tentangnya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 24 HOURS : To Get You OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang