𝐇𝐎𝐔𝐑𝐒 - 𝐇𝐎𝐑𝐑𝐎𝐑 𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 #2
Mendapati adik masing-masing belum kunjung pulang dari sekolah, Yeonjun dan Soobin nyaris kehilangan akal, mereka frustasi berat.
Tepat tengah malam saat keduanya memutuskan mendatangi Smart Seoul High Schoo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada sederet pertanyaan yang tertahan di tenggorokan, berakhir ditelan kembali, urung diutarakan; apa yang dilakukan para adik selama hampir 24 jam di luar pengawasan? Apa yang terjadi sehingga tampilan mereka sebegini kacau? Berapa banyak mereka menangis sehingga mata dua anak itu terlihat sembab begitu.
Satu jawabannya; mereka ketakutan.
Tetapi memikirkannya saja sudah membuat para kakak itu menyesali segalanya, bagaimana mereka bisa melontarkan satu buah pertanyaan?
"Aish, sial! Pintu ini takkan mau terbuka bahkan jika sebuah mobil menabraknya!" kesal Soobin beremosi sambil menendang keras pintu itu untuk yang terakhir kali. "Dasar sialan."
Yeonjun memandangnya pasrah, napas mereka sama-sama beradu di tengah keheningan malam. Keringat sudah megucur kembali, lebih deras, menandakan jelas bahwa keduanya sudah sama-sama letih dengan ini semua. Yeah, mau bagaimana lagi? Yeonjun tetap mencoba mengerti segala cara sudah mereka lakukan dengan mengerahkan kekuatan maksimal. Namun hasilnya tetap saja nihil.
Yeonjun membuang napas kasar, menepuk pundak Soobin dua kali. "Kita berhenti dulu untuk sekarang." Kemudian, dia menaruh tatap pada pintu depan gedung yang sudah mereka berusaha untuk hancurkan dari dalam. "Kita sudah mengetahui ini sejak awal. Hal-hal di tempat ini bukanlah hal-hal yang sepadan dengan jangkauan kita." Sebagai manusia.
"Maksud Hyung soal anak kelas 2 dan diary-nya yang tidak penting itu? Bukankah harusnya sudah selesai? Kita melihat bagaimana kisahnya terjadi sebelum kita sempat tahu itu akan berakhir seperti apa! Dengan itu kita menemukan para adik? Bukankah penemuan itu saja sudah cukup?" Ah, Soobin dan emosinya yang tak terkendali. Beruntung selama hampir 24 jam nonstop bertualang hanya berdua dengan lelaki itu membuat Yeonjun sudah memahami kecenderungan sifat Soobin yang satu itu.
"Tentu ini belum berakhir, apa kau bodoh?"
"Apa maksud Hyung?"
"Lantas apa alasannya, setelah kita diperlihatkan semua kisah itu? Hanya tahu dan melarikan diri setelahnya? Kau benar-benar berpikir semua ini sesederhana itu?"
"Aku tidak sedang mencoba melarikan diri dari apapun, Hyung. Aku hanya ingin membawa adikku pulang secepatnya!"
"Kita sudah jelas terperangkap dengan semua ini, Soobin!" Yeonjun balas menggertak. Rasanya emosi itu memang tak sanggup lagi dipendam jika dirinya pun terus disirami balasan api. Isi kepala yang kian berkecamuk membuat mereka nyaris kehilangan kendali.
Taehyun melenguh dalam tidurnya. Anak itu agak merubah posisinya menyender ke bahu Hyuka, dan Hyuka yang tidur membalas menimpa kepalanya. Dua anak yang kelelahan itu sejak tadi sudah ketiduran, sebab bosan menonton ajang usaha buka pintu para kakak yang tak kunjung menunjukkan kemajuan.
"Aku juga ingin membawa adikku pulang, Bin. Bahkan kondisi fisiknya tak lagi memungkinkan untuknya tinggal di tempat sialan ini lebih lama," lirih Yeonjun, menurunkan intonasi suara. Pandangannya berubah sayu, dan ulu hatinya terasa nyeri. "Aku pasti akan menyalahi diri seumur hidupku jika hal buruk terjadi padanya, atau aku terlambat. Jadi, ayo ... bekerja sama untuk atasi ini."