"Taehyun-ah, kalau ada yang macam-macam denganmu, cepat bilang pada Hyung. Hyung bisa membuat dia menyesali kesalahannya seumur hidup, lihat saja!"
"My tiny Taehyun, sudah makan? Bagaimana hari ini? Asmamu tidak bertingkah, 'kan?"
"Yak! Jangan pernah lupa membawa inhaler, kau mengerti?!"
"Taehyunie, kau mengantuk sekarang?"
"Mau tidur bersamaku?"
Taehyun bersumpah akan merelakan segalanya hanya demi Yeonjun tetap di sisinya. Bahkan rasanya, gema suara serta celotehan sang kakak telah melekat di dalam kepalanya sehingga raganya pun ikut menyuarakan perasaan rindu tersebut. Tiga jam lagi akan genap 24 jam dia pergi dan terpisah dengan Yeonjun. Di luar pengawasan, di bawah bahaya yang bisa sewaktu-waktu mengancam. Mungkin Taehyun sudah yakin dirinya bisa saja mati dengan asma yang kambuh untuk kedua kalinya jika tanpa inhaler. Mungkin Taehyun sudah bayangkan dirinya yang akan melihat surgawi ketika membuka mata nanti.
Namun kini, wajah Min Hyuka yang menyambutnya hampir terasa mengalahkan keindahan surgawi. Taehyun jadi tertarik mengambil waktu untuk sujud bersyukur. "Hyuka-ya?!"
"Tae, astaga! Kau bangun! Terima kasih, Tae!" Hyuka menangis tersedu-sedu hingga dia sesenggukan. Selama hampir tiga jam berjuang sendirian—memberikan napas buatan, kendati napas sendiri sudah tersengal-sengal karena tangisan—Hyuka takkan menyangkal bahwa dewi fortuna ikut ambil andil dalam segala usahanya. "Terima kasih sudah bertahan sejauh ini untukku! Huwee..."
Taehyun yang seketika cemas lantas mencoba duduk untuk memberikan pelukan dan elusan di punggung. "Hey, maafkan aku." Maaf untuk jadi sangat lemah dan membuatmu cemas terus menerus. Bukan hal yang baru lagi menemukan Taehyun yang menyayangkan kondisi kesehatannya sendiri. Menjadi anak asma yang bergantung pada pertolongan orang lain, atau sekadar membuat kehebohan ketika dia pingsan lalu diangkut ke unit kesehatan—Taehyun sangat menyesali semuanya. Tak jarang menyalahkan takdirnya yang harus terlahir seperti itu.
"Kau sudah di sini. Tolong, jangan menakutiku dengan sakit lagi!" racau Hyuka tanpa memfilter omongannya lagi.
Taehyun tersenyum tipis. Asma yang kambuh dan pengalaman tercekik yang menyiksanya tempo lalu membuat tampilan anak itu kain menyedihkan; poni rambut lepek oleh peluh, kulit dingin serta bibir memucat. Jika mereka terus berdiam di tempat ini tanpa memberikan Taehyun perawatan khusus, bisa-bisa anak itu memang takkan bertahan lebih lama.
"Hyuka."
"Hmm? Kenapa? Apa itu masih sakit?"
"Bukan," kata Taehyun, memberikan jeda. Lalu melanjutkan dengan suara lemah. "Yeonjun Hyung. Kurasa aku sudah sangat membutuhkan dia sekarang."
***
14 Maret: Nilaiku sangat turun di raport kenaikan kelasku. Aku tidak bisa masuk ke kelas 2-1 seperti yang Ibu harapkan dan malah bergabung di kelas 2-2. Ibu masih merahasiakan penurunan nilai dari ayah hanya agar aku tidak dipukul lebih parah. Padahal andaikan Ibu tahu, pukulannya sendiri sudah membuatku merasa hampir mati, lalu bagaimana ayah?
16 Maret: Ayah melihat raportku. Aku dipukul setelah diseret ke kamar mandi dan hampir pingsan di sana. Aku bersyukur, Hyung yang paling orang tua kami sayangi itu cepat datang dan melindungiku. Aku mungkin sudah tiada kalau tidak ada Hyung.
25 Maret: Aku senang menjadi sorotan di kelas. Materinya sangat mudah kupahami dan aku yakin bisa meraih juara kalau begini terus. Hyung mendukungku penuh. Itu alasannya kenapa aku sangat semangat.
2 April: Beberapa orang sirik karena kecerdasan otakku. Hyung peka sekali sampai menghajar mereka sampai mampus. Kakakku yang terbaik. Dia menyayangiku dengan tulus, meskipun orang tua kami tidak begitu.
6 April: Seminggu lagi ujian. Aku akan belajar dengan keras demi Hyung saja.
12 April: Aku merasa kurang fit pagi ini, tapi aku sudah berencana untuk menghabiskan waktu sepulang sekolah hingga malam di perpustakaan. Hyung juga sering menjemputku ke sekolah belakangan ini, jadi aku tak ingin mengecewakannya. Hyung rela mampir ke sekolah padahal dia sudah lelah dari kampus saat malam. Aku mencintaimu, Junsoo Hyung.
Yeonjun dan Soobin terdiam seribu bahasa ketika membaca semua catatan diary singkat pada setiap lembar buku harian itu. Foto yang ditempel pada halaman terakhir berisi tulisan tangan si pemilik bernama Kim Beomgyu, membuat kedua pemuda itu menegang dengan sorot pandang tak percaya. "S-Soobin-ah, ini ... ini mirip sepertimu," ucap Yeonjun jujur. "Bukan, ini seperti benar-benar potret dirimu."
Soobin mengusap gambar itu. Merasa seolah tengah berkaca. Ini mustahil.
Tulisan catatan tambahan di bawah foto itu;
Jika nanti nama Kim Beomgyu muncul di papan hasil ujian sebagai juara pertama. Ketahuilah, itu semua hanya untuk Hyung!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 24 HOURS : To Get You Out
Fanfic𝐇𝐎𝐔𝐑𝐒 - 𝐇𝐎𝐑𝐑𝐎𝐑 𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 #2 Mendapati adik masing-masing belum kunjung pulang dari sekolah, Yeonjun dan Soobin nyaris kehilangan akal, mereka frustasi berat. Tepat tengah malam saat keduanya memutuskan mendatangi Smart Seoul High Schoo...