O1

1.1K 86 1
                                    

"minho, kamu nggak mau makan dulu?"

"thanks baby deer, but i'm not hungry."

felix menghela napas selagi memandang jam tangan di pergelangan tangannya. "sekarang udah hampir jam sembilan malam, minho. kamu serius nggak mau isi perut dulu?"

tidak mendapat respon dari lawan bicara, felix mendecak kesal. "minho."

"..."

"minho—minho? minho!"

"apaan sih, kenapa?"

suara berat pria berusia hampir 22 tahun itu sedikit mengejutkan felix. kedengarannya seperti marah, makanya ia kaget. sementara minho cuma menghela napas, "look, aku kan udah bilang. aku nggak makan."

pada akhirnya felix mendengus kasar, harus mengalah. "ya udah."

"hmmm."

jujur ya, hatinya felix tuh jadi gondok. gondok banget, rasanya pria dengan bintik-bintik di pipinya itu mau nyumpahin minho.

ya tapi nggak bisa, soalnya felix tahu banget sikap minho yang dia anggap normal selama berpacaran tuh, ya, yang kayak gini.

tapi felix ngebiarin minho, nggak mau debat. ia masuk ke kamar lebih cepat. setelah menutup pintu felix berbaring di kasur, menghela napas sambil memikirkan kejadian barusan.

udah sering banget pria pecinta kucing itu skip makan kayak malam ini. katanya sih diet, tapi felix ragu. soalnya setiap kali felix ngeliat dia dari hari ke hari, rasanya sang pacar semakin kurus dan tidak terawat, layaknya tengkorak berjalan dengan kulit sebagai pelindung yang tak seberapa.

felix merenung, mulai mengenang beberapa kejadian di saat minho mogok makan malam.

"aku diet, sayang. kamu makan aja."

"nggak, aku nggak makan malam."

"teh hijau aja deh, masih ada kan stoknya? tolong bikinin ya kalau boleh, makasih."

kalau felix punya sikap tegas, mungkin minho bakal nurut. eh tapi nggak juga sih, soalnya pria yang dulu sempat kuliah di jurusan computer science itu memang sifatnya keras kepala.

mereka udah pacaran sekitar 4 tahunan. kalau dingat-ingat lagi, dulu minho sama felix nggak sekaku ini. dulu minho masih lebih ceria, masih suka curhat bareng felix, masih suka bikin kue bareng-bareng.

tapi di tahun ketiga hubungan mereka—di saat minho keterima jadi model di agensi lokal yang cukup terkenal, felix jadi cukup waswas akan kondisi serta keadaan dirinya. pola makannya mulai dijaga, minho mulai suka pulang diatas jam sebelas, kadang pergi dan pulang nggak bilang-bilang.

kalau misalkan minho masih punya perasaan sama felix dan menunjukkannya secara rutin, mungkin felix bakal fine-fine aja.

tapi ini nggak, gitu loh. felix nggak merasa fine sedikitpun sama minho. rasanya asing ketika melihat minho pulang sehabis kerjanya, cuma nyium kepala felix, dan langsung tidur.

meskipun mereka masih tidur seranjang, tapi tetep aja nggak ada contoh afeksi yang bisa mereka tunjukkan selama setahun terakhir.

apakah felix capek? ya, capek banget.

tapi felix sayang sama minho. makanya felix nggak bisa ninggalin minho gitu aja.

setelah beberapa menit berusaha mengumpulkan perasaan sedih yang felix tahan biar nggak meledak sewaktu-waktu, akhirnya ia mulai terlelap.

ngantuk juga sebenernya dari awal, mau nunggu minho tapi keburu ngebo.

sampai pada felix yang mulai merasakan gerakan di kasur. felix bodo amat, masih berbaring di kasur dan nggak mau buka mata.

stay beautiful - minlix [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang