Selamat membaca
@riizkkiaa
《》《》《》《》《》
"Pastinya semua sudah pernah melihat atau mendengar ceramah,'kan?"
Pak Latif sedang menjelaskan materi bahasa Indonesia. Lebih tepatnya bertanya. Kali ini giliran beliau yang mengajar.
"Sudah pak," kompak murid satu kelas. Mereka memang sangat menyenangi Pak Latif, karena beliau termasik guru yang gaul, banyak siswi perempuan atau pun guru perempuan yang masih muda caper padanya, maklum lah, beliau'kan masih bujang.
"Memang kalian tahu ceramah itu apa?" Pak Latif berperawakan milenial dan terkesan santai, meski sudah memasuki kepala tiga. Ya, sekitar 30 tahunan. Berbeda dengan Pak Herdi yang perawakannya berwibawa dan tegas.
Beliau pikir anak zaman sekarang akan lebih mudah beradaptasi dengan pelajaran jika gurunya juga mengerti akan keinginan murid-muridnya.
Baru saja Scarla akan mengangkat tangan, sebuah kalimat terdengar lagi dari mulut Pak Latif.
"Benar. Jawaban Scarla benar. Saya tahu kamu pasti akan menjawab pertanyaannya dengan benar." Pak Latif sudah terlebih dahulu membenarkan Scarla. Padahal ada maksud lain di balik pengangkatan tangannya itu.
"Saya izin ke toilet pak." Ternyata Scarla tidak menjawabnya pertanyaan gurunya, dia malah berniat meninggalkan kelas, setidaknya untuk sementara.
"Ya--ya, silahkan. Saya pikir kalau kamu mau menjawab pun, jawabannya pasti benar. Kamu boleh ke toilet, tapi jangan berlama-lama."
Setelah mengizinkan, Scarla langsung saja keluar dari area ruangan kelas.
Sementara Scarla pergi, semua murid hanya diam saja menahan tawa yang bisa membuncah kapan saja. Terlihat daerah telinga Pak Latif memerah tanda bahwa dirinya tadi cukup malu juga karena salah kaprah.
"Kalian kalau mau tertawa silahkan-" belum selesai pak Latif berucap, seisi kelas sudah bergema karena tawa para murid, terkecuali Al tentunya. "Tertawalah karena setelah itu, nilai kalian pada minggu ini nol, kecuali Scarla dan anak yang duduk di pojok kiri itu." Pak Latif menunjuk pada Al.
"Lah, kok gitu sih pak?"
"Bapak gak asik nih."
"Sekarang bapak udah beda ya, gak kayak dulu lagi."
"Bapak jahat."
"Ih gak mau gak suka, gelay."
Semua celotehan itu keluar dari murid laki-laki yang memang sering mabar game online dengan beliau.
Sontak saja teriakan terakhir itu membuat mereka tertawa lagi. Lagi pula mereka tahu, gurunya hanya bercanda. Tidak mugkin tidak memberi nilai hanya karena hal sepele-yang bahkan tidak berhubungan dengan sekolah dan pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARLA [ON GOING]
Teen Fiction⚠️Tinggalkan jejak setelah baca berupa vote & komen⚠️ "Aljabar itu rumit, sulit dipahami. Namun, entah kenapa aku ingin memahaminya. Memakai rumus ataupun hati, logika ataupun ditebak, kita pasti akan bersinggungan di garis takdir. Aljabarku." Ini b...