Sangyeon mengusap kepala chanhee yang terus saja menunduk, maklum anak cantik itu habis terkena terjangan badai-bayangannya chanhee sendiri.
Ia dibawa ke rumah sangyeon malam ini.
Harusnya sih senang, tapi...chanhee tak mengira keluarga sangyeon bukan orang biasa. Dari rumahnya saja-entahlah kepalanya pusing memikirkan kekayaan sangyeon dan keluarganya.
"Sudah, mereka nerima kamu, nerima banget"
"Tapi kak, tetep aja aku gak kebayang. Kita beda banget"
"Iya, tapi kamu bisa apa? Kita sudah digariskan"
Chanhee akan menyela lagi namun sangyeon mendorong pelan pundaknya agar masuk ke mobil, semakin malam tidak baik menunda mengantar pulang.
"Enak dong, menantu bunda nanti orang kaya"
"Bunda~"
"Bener kata sangyeon, siap nggak siap kamu udah bakal jadi matenya. Kamu nggak bisa ngelawan itu"
"Cinderella banget nggak sih?"
"Nggak lah, cinderella lemah lembut"
"Maksud bunda aku kasar??"
Sang bunda hanya menggendikkan bahu, kekehan usil terdengar. Wanita cantik itu keluar dari kamar anaknya, tak lama ponsel chanhee berdering.
Sangyeon menelpon.
"Iya kak?"
"Gimana perasaan kamu?"
"Um, abis ngobrol sama bunda sih. Ya lumayan enakan"
"Nggausah takut"
"Takut~" rengek chanhee manja
"Kamu ini sukanya bikin saya gemas"
"Kan memang gemes"
"Iya, chanhee"
"Kenapa kak?"
"Saya kan tingkat akhir, segera sibuk. Mari rencanakan kencan lagi, saya ingin seperti dulu itu"
"Boleh kak, aku juga ingin"
"Bagus. Cepat tidur sana"
"Ngobrol dulu lah"
"Ey, tumben mau ngobrol lama"
"Hmm"
Sangyeon menuruti kesayangannya ini sampai tak ada suara terdengar, disana ia tersenyum, chanhee sudah tidur.
.