Sangyeon menunduk melihat tanda ditengkuk chanhee. Simpel dan cantik, walau samar. Ia tersenyum lalu gantian menunduk, chanhee mendekat.
Otomatis pipi anak itu merona menciun aroma alami sangyeon yang maskulin dan menenangkan. Tersadar langsung menjauhkan kepalanya.
"Tanda kamu cantik"
"A-ah, terima kasih" kaku chanhee, ia tak sempat mengamati tengkuk sangyeon karena terbuai dengan aroma pria itu.
"Tidak mau menginap kak?" Lanjutnya bertanya
"A-apa?"
"Kenapa?"
"Kamu ngucapin semua tadi sadar kan? Barusan juga?"
"Ya iyalah, memang kenapa?"
Sangyeon menggaruk pipinya. Apa benar chanhee begitu lugu hingga tak menyadari apa yang dikatakannya bisa membuat sangyeon terpancing.
"Nggak papa. Saya pulang ya, segera tidur setelah selesai belajar"
"Eum! Malam kak"
"Malam"
Sangyeon pergi setelah menepuk pelan kepala soulmatenya yang manis.Sampai di halaman rumah mewahnya, sangyeon memutar mata malas melihat sang adik yang bermesraan dengan kekasihnya.
"Lihatlah, pipi kamu kaya mochi"
Wajah sihoon memerah, berusaha melepaskan tangan besar hangyul dari wajahnya.
"Ehm"
Mereka berdua tersentak lalu tersenyum malu.
"Tumben baru pulang?" Tanya hangyul
"Mampir."
"Oh"
Sihoon meringis, ia menunduk sopan ke kakak dari kekasihnya itu.
"Gue nganter sihoon dulu"
"Udah malem, pake mobil aja"
"Ya"
Sangyeon mengangguk saat hangyul melewatinya. Tersenyum tipis dan membalas pamitan sihoon.
Walau tak begitu akrab, setidaknya hubungan sangyeon dan hangyul baik-baik saja. Malah kadang sangyeon iri karena hangyul begitu apa adanya dan selalu bisa mengekspresikan diri.
.