Chapter 7

139 23 4
                                    

Jimin pulang pada malam harinya, mata pria itu menoleh ke sekeliling ruang tamu seolah berharap Taehyung ada di sana. Jimin menggantung jaket dan bertemu pandang dengan Jungkook dari seberang ruangan, tapi sepertinya tidak ada satu pun dari mereka yang mampu untuk bicara.

Tatapan Jimin mengikuti Jungkook saat meletakkan makanan di meja. Dan sepenjang makan malam, atmosfer ruangan itu dipenuhi ketegangan, sementara mereka sama-sama menghindari topik tentang Taehyung.

Setelah makan malam, Jimin sedang duduk di depan meja oak kecil dengan pena di tangannya dan Taejung naik ke atas pangkuannya. Taejung dengan insting seorang anak mengajukan pertanyaan yang menghantam mereka berdua sekaligus.

"Kenapa hari ini mama terlihat takut saat pria itu ada di sini?"

Pena Jimin langsung berhenti di atas buku besar dan tangan Jungkook sibuk dengan hal-hal yang tidak perlu. Mata mereka bertemu.

"Kenapa kau tidak bertanya langsung pada mama?" saran Jimin dan berpikir apa yang terjadi antara Taehyung dan Jungkook sebelum ia datang.

Taejung melompat dari pangkuan Jimin dan naik ke atas pangkuan Jungkook. "Apa mama takut dengan pria itu?"

"Tidak sayang. Sama sekali tidak."

"Mama terlihat ketakutan. Mata mama membesar dan mama melompat jauh darinya, sama seperti mama membuatku melompat menjauh saat aku berada terlalu dekat dengan api."

"Mama hanya terkejut, bukan takut. Dan mama tidak melompat menjauh darinya. Kami hanya bicara." Namun rasa bersalah membuat pipi Jungkook memerah dan ia yakin Jimin melihatnya.

"Aku rasa sudah waktunya kau membereskan mainanmu dan mengganti baju tidur."

"Mama dan papa ingin bicara masalah orang dewasa ya?"

Jungkook tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Taejung anak yang cerdas dan serba ingin tahu, tapi ada kalanya ia ingin membungkam mulut Taejung saat berbicara polos seperti tadi.

Ketika Jimin dan Jungkook pergi tidur, mereka seolah-olah akan menghadapi ketegangan.

























Malam ini suasana sangat sunyi, setelah mereka hanya mengenakan pakaian tidurーberdiri saling memunggungi kemudian berbaring di balik selimut, hanya dengan satu cahaya lilin yang menemani. Di luar, terdengar suara deburan ombak di kejauhan dan dari tempat yang lebih dekat, terdengar suara burung hantu yang selalu menyanyikan lagu sendu. Jungkook berbaring di kegelapan, sama tegangnya dengan Jimin.

Jungkook mendengar suara Jimin yang menelan saliva dan berbalik menghadapnya. Ketika akhirnya Jimin bicara, suara pria itu terdengar sarat akan emosi.

"Jung, aku takut."

Jungkook berbalik menghadap Jimin. Menatap satu sama lain. "Jangan merasa takut." ujar Jungkook walaupun sebenarnya dia merasakan hal yang sama.

Selama masa kecil dan dewasa, mereka selalu bertiga, selamanya menjadi teman. Namun, bukan suatu rahasia lagi bahwa Jungkook hanya tertarik pada Taehyung. Saat kabar kematian Taehyung sampai di Nantucket, Jimin ikut berduka bersama Jungkook, dan mereka berdua berjalan di tepi pantai, tahu bahwa kesedihan mereka semakin mendalam karena tidak ada mayat yang bisa mereka tangisi. Dalam keadaan tidak berdaya, mereka berjalan tanpa arah, membutuhkan bukti menyakinkan tentang kematian Taehyung. Tapi bukti sudah tenggelam ke dasar lautan dan tidak bisa lagi ditemukan.

Selama berhari-hari penuh kedukaan, keputusasaan Jimin berlangsung lebih singkat dari Jungkook. Dengan kepergian Taehyung, Jimin bisa bebas mendekati Jungkook seperti yang selalu diimpikannya. Namun, ia menjalani dengan rasa bersalah, merasa bersyukur bahwa kematian Taehyung memuluskan jalannya untuk bersama Jungkook sekaligus muak oleh rasa syukur yang dirasa tidak pantas.

Twice Loved: The Sailor Return || kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang