Chapter 3

233 33 2
                                    

Di luar, Taehyung berjalan menyusuri jalan setapak di samping Jungkook, sementara pandangan mereka tetap fokus ke arah depan. Taehyung bertanya tanpa basa-basi. "Apakah Taejung adalah putraku?"

"Iya," Jungkook merasa lega saat pada akhirnya ia mampu mengatakan itu, sekalipun hanya sebentar karena langsung digantikan dengan rasa gelisah.

Kaki Taehyung berhenti. Mereka sudah berada di persimpangan jalan Y. "Dia benar-benar anakku?" tanya Taehyung dengan suara tidak percaya.

"Ya, dia benar-benar anakmu." bisik Jungkook, senyuman gemetar tampak di wajahnya. Tiba-tiba Taehyung terhuyung ke belakang, menarik napas panjang.

"Anakku.." ulang Taehyung seakan itu adalah fakta yang sulit dipercaya. "Sudah berapa lama kau menikah dengannya?"

"Bulan Juli nanti tepat empat tahun,"

"Empat tahun." Taehyung menunduk sedih. Membayangkan Jungkook dan Jimin berbagi kehangatanーkeintiman yang tidak terhindarkan.

"Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?! BAGAIMANA?!" Dengan marah, Taehyung berbalik memunggungi Jungkook. "Dan Taejung... dia tidak tahu?"

"Tidak,"

"Kau tidak pernah menceritakan tentangku padanya?" tanya Taehyung sambil berbalik ke arah Jungkook.

"Kami... kami tanpa sadar menyembunyikan itu, Tae. Hanya sajaーyah, Jimin selalu ada di samping kami sejak Taejung lahir, bahkan sebelum Taejung lahir. Taejung tumbuh dengan mencintai Jimin sebagai.. ayahnya."

"Aku ingin Taejung tahu. Dan aku menginginkanmu kembali, aku ingin kita bertiga hidup bersama di rumah itu seperti yang seharusnya!"

"Aku tahu, tapi beri aku waktu, Tae. Kumohon. Ini... ini begitu tiba-tiba untuk kita semua," Wajah Jungkook terlihat gelisah dan suaranya terdengar serak.

"Waktu? Berapa lama? Aku sudah menunggu datangnya hari ini selama lima tahun dan kau memintaku untuk memberimu waktu? Berapa lama lagi aku harus menunggu?" Taehyung beranjak mendekati Jungkook.

"Tae.. kumohon. Kita tidak seharusnyaーkita bisa dilihat orang di sini."

"Memang kenapa? Kau adalah istriku. Sudah lima tahun, Jung. Ya Tuhan, apa kau tahu seberapa sering aku memikirkanmu? Merindukanmu? Dan yang kudapat hanyalah sebuah ciuman padahal yang kuinginkan lebih banyak lagi."

Taehyung berbicara dengan suara beratnya. "Aku ingin memilikimu di sini, di bawah pohon apel, dan persetan dengan dunia, persetan dengan Jimin. Kemarilah!"

Jantung Jungkook berdetak cepat saat Taehyung menariknya mendekat, menghapus jarak di antara mereka. Tangan Taehyung sudah berada di pinggul Jungkook, menariknya hingga menempel dengan tubuhnya. Dan Jungkook tahu bahwa Taehyung sudah terangsang. Ciuman Taehyung menuntut, basah, dan penuh gairah. Menginvasi menyeluruh di dalam mulutnya, mengatakan padanya tanpa keraguan bahwa hanya butuh persetujuan darinya untuk Taehyung menginvasi bagian tubuhnya yang lain.

Taehyung mengerang, lidahnya menari di atas lidah Jungkook, jarinya yang hangat membelai rambut Jungkook. Tangan Taehyung bergeser ke leher Jungkook, memeta tubuh Jungkook dari punggung hingga Taehyung melepaskan semua afeksinya secara tiba-tiba.

"Keparat semua nelayan pencari ikan paus!" maki Taehyung sambil menjauhkan mulutnya dari mulut Jungkook.

Jungkook tersenyum. "Untuk saat ini, aku bersyukur pada nelayan penangkap ikan paus." ujar Jungkook dengan suara bergetar sambil melangkah mundur.

"Jungkook?"

Ini pertama kalinya Jungkook mengakui bahwa dia menginginkan Taehyung. Namun saat Taehyung ingin memberikan ciuman lagi, Jungkook mencegahnya. "Hentikan, Tae. Siapa pun bisa kebetulan lewat."

"Dan melihat seorang suami mencium pasangannya. Kembalilah ke sini, aku belum selesai denganmu." Namun sekali lagi, Jungkook menolak.

"Tidak. Kau harus mengerti, Tae. Kita tidak bisa seperti ini sampai kita bisa membereskan situasi yang kacau ini."

"Situasinya sudah sangat jelas. Kau lebih dulu menikah denganku."

"Tapi aku menikah dengan Jimin lebih lama." Meskipun sulit mengatakannya, tapi ia harus menegaskan pada Taehyung bahwa ia tidak akan menyakiti Jimin dengan sengaja.

"Apakah itu berarti kau berniat untuk tetap bersama Jimin?" Taehyung berujar dengan marah.

"Untuk sementara ini. Sampai kami memiliki kesempatan untuk bicara. Untukー"

"Kau adalah istriku!" Tangan Taehyung mengepal. "Aku tidak akan membiarkanmu tinggal bersama pria lain!"

"Taehyung, aku juga punya hak dalam memutuskan hal ini dan aku tidak.. tidak akan meninggalkan Jimin dalam kondisi emosional yang masih kacau. Ada Taejung yang harus dipertimbangkan, danー"

Dengan frustasi, Jungkook meremas tangannya dan berjalan mondar-mandir dengan gelisah. "Selama empat tahun kami percaya kau sudah tewas. Kau tidak bisa berharap kami bisa menyesuaikan diri dengan fakta bahwa kau masih hidup hanya dalam waktu satu jam."

Rahang Taehyung mengeras. "Jika kau ingin tinggal bersamanya, katakan saja. Karena, demi Tuhan aku tidak mau melihatnya! Aku akan pergi dengan kapal berikutnya yang meninggalkan dermaga." ucap Taehyung dengan dingin.

"Aku tidak berkata begitu. Aku memintamu untuk memberiku waktu. Kau mau melakukannya?"

Dan Taehyung mengangguk dengan tegas kemudian menatap ke arah Teluk Nantucket.

"Taehyung. Alasan aku menemanimu ke sini adalah aku ingin bicara denganmu sebelum kau menuruni bukit. Sayangnya, aku memiliki kabar buruk untukmu." ucap Jungkook sambil menyentuh lengan Taehyung yang terasa menegang.

Taehyung menoleh dan membuang muka. Menatap ke arah teluk lagi. "Kabar buruk? Apa yang lebih buruk dari kabar yang sudah kuterima?"

"Kau bilang kau akan pergi untuk menemui orang tuamu, dan aku.. aku pikir kau harus tahu sebelum pergi ke sana. Ibumu.. beliau tidak ada di rumah, Tae."

"Tidak ada di rumah?"

"Ibumu ada di Quaker Road."

"Qu-quaker Road?" Taehyung menoleh ke arah tempat itu, kemudian menatap Jungkook.

"Iya." Mata Jungkook digenangi air mata, dan hatinya terasa pedih saat memberi Taehyung satu lagi pukulan berat dalam emosi. "Ibumu meninggal dua tahun lalu. Ayahmu menguburkannya di tempat pemakaman Quaker."

Taehyung menengadah ke langit biru dan isakan pelan terdengar dari mulutnya. "Apa ada berita buruk lain sebelum aku pergi dari sini?"

Jungkook beranjak ke dekat Taehyung dan meletakkan tangan di cekungan antara tulang bahu pria itu. Sentuhannya membuat Taehyung kembali terisak, lagi dan lagi.

"Perburuan ikan paus sialan!" teriak Taehyung ke langit.

Jungkook merasakan bahu lebar Taehyung bergetar dan ia tersiksa oleh suara kepedihan Taehyung.

'Iya, perburuan ikan paus sialan.' pikir Jungkook.

Kegiatan yang tidak manusiawi yang tidak mempedulikan kehidupan, cinta atau kebahagiaan. Para nelayan terpaksa harus memburu demi mendapatkan minyak, tulang, dan lilinnya. Menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengarungi tujuh lautan, membuat tong mereka penuh secara perlahan. Sementara di kampung halaman, ibu mereka meninggal, anak-anak mereka lahir, dan kekasih yang tidak sabar menunggu mereka akhirnya menikahi pria lain.

"Taehyung, aku minta maaf."

Saat tangisan Taehyung mereda, pria itu hanya mengajukan satu pertanyaan. "Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi?"

Namun Jungkook tidak memiliki jawabannya.

to be continued
.
.
setiap kali nulis ini bawaannya pen mewek mulu, karena emang menyentuh emosi pembaca:")

Twice Loved: The Sailor Return || kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang