Di rumah di atas bukit, Jungkook masih gemetar syok saat melihat Taehyung kembali dan menciumnya.
Di depan pintu, Jungkook memejamkan matanya sejenak, menekan tangannya ke atas perutnya yang bergejolak kemudian melangkah masuk.
Jimin sedang duduk di kursi meja makan, siku pria itu ditopangkan di kedua sisi piring yang belum tersentuh dan mulut pria itu tersembunyi di balik jari-jari yang ditautkan. Mata Jimin mengikuti Jungkook yang melintasi ruangan.
Jungkook berhenti di samping meja makan, bertanya-tanya apa yang harus dikatakannya dan apa pria yang duduk sambil mengamatinya dalam kebisuan itu masih merupakan suaminya. Mata Jimin melihat ke tangan Jungkook yang sedang memainkan tali celemeknya dengan gugup, dan tiba-tiba menjatuhkan tangannya lalu duduk di seberang Jimin.
Jungkook merasa lemas, ia menopangkan sikunya di kedua sisi piring dan menguburkan wajahnya di telapak tangan.
Jimin berdehem dan berkata. "Jadi?"
'Katakan sesuatu, Jung!' tegur Jungkook pada dirinya sendiri. Tapi ia sendiri tidak tahu harus mulai dari mana.
Jimin berdehem lagi, dan Jungkook menegakkan tubuhnya.
"Di mana Taejung?" tanya Jungkook dengan suara pelan.
"Dia sudah selesai makan dan pergi keluar untuk bermain."
"Kau belum makan apa pun." komentar Jungkook sambil menatap piring Jimin yang masih belum tersentuh.
"Aku...aku tidak terlalu lapar."
"Jimー" Jungkook mencoba memegang tangan Jimin.
"Taehyung terlihat sesehat kuda dan amat sangat hidup."
"Iya, dia memang terlihat sehat. Ituーitu benar."
"Apa dia sudah lama datang ke sini?"
"Ke sini?" ulang Jungkook.
"Ke sini. Ke rumah ini."
"Kau tahu kapan Kapal Omega berlabuh?"
"Tidak, tidak juga. Tida ada seorang pun yang mengatakan padaku bahwa Taehyung ada di kapal itu. Lucu, iya kan?"
"Jimin, tidak akan ada yang berubahーtidak ada."
Jimin menarik tangannya dari tangan Jungkook dan langsung berdiri memunggungi Jungkook. "Kalau begitu, kenapa kau merasa seolah dunia di bawah kakiku runtuh?"
"Jimー"
"Apa? Duduk di siniーdi kursinya, di rumahnya, bersama denganー"
"Hentikan!"
Jimin berbalik lagi. Hampir semua hal yang ada di sini adalah milik Taehyung, atau pernah menjadi milik pria ituーbaik orang-orangnya maupun harta bendanya. Dan Jimin harus bisa menerima fakta bahwa temannya Taehyung masih hidup dan kembali ke sini untuk mengambil semua yang pernah menjadi miliknya.
Dari belakang, Jungkook melihat Jimin meremas bagian belakang lehernya dan menunduk.
"Jimin, duduklah lagi dan habiskan makananmu."
Tangan Jimin jatuh di kedua sisi tubuhnya dan berbalik menghadap Jungkook. "Aku harus kembali ke kantor. Apa kau akan baik-baik saja di sini?"
"Ya, tentu saja." Jungkook bangun dan mengantar Jimin ke pintu kemudian memakaikan jaket pada Jimin.
Jimin melangkah ke arah pintu yang terbuka, berhenti, menarik napas dalam. Kemudian membalikkan tubuhnya dan menarik Jungkook dalam pelukan. "Sampai bertemu saat makan malam." bisik Jimin dengan suara tersiksa dan Jungkook mengangguk.
Setelah Jimin pergi, Jungkook mendapati matanya berkaca-kaca. Ia masuk lagi ke dalam rumah dengan mendapati fakta bahwa ia harus berhadapan dengan ratusan objek yang menjadi saksi bisu keterikatan hidup mereka bertiga.
Di atas meja makan, Jungkook menyentuh garpu Jimin yang masih tergeletak di atas makanan yang belum tersentuh di piring pria itu, menyadari bahwa bertahun-tahun yang lalu, Taehyung juga memakai garpu yang sama. Taehyung adalah pemilik pertama garpu tersebut.
Dengan gelisah Jungkook menyisihkan makanan di atas meja dengan kenangan yang masih terus mengusiknya. Ia menutup pintu kamar tambahan, memotong pandangan ke tempat tidur Taejung. Kotak tembakau di samping kursi berlengan adalah hadiah yang dibelikan Taehyung pada Jimin. Kursinya sendiri adalah pilihan Jimin setelah menikahi Jungkook, tapi bangku kriket di sebelahnya merupakan hadiah yang diberikan untuk Taehyung dan Jungkook sebagai hadiah dari salah satu tamu.
Tanpa sadar, Jungkook berdiri di depan pintu kamarnya dan Jimin, matanya tertuju pada tempat tidur mereka. Betapa menyakitkan melihat tempat tidur itu sekarang. Tempat ia dan Taehyung menciptakan Taejung bersama dan di sanalah Taejung lahir. Di sana pula Jimin duduk di sampingnya dan menatap ke dalam selimut flanel yang berisi bundelan bayi merah dan membayangkan ucapan Jimin, "Dia pasti mirip dengan Taehyung." Kelopak mata Jungkook bergetar lalu tertutup saat ingat kata-kata itu diucapkan, karena Jimin tahu bawah kata-kata itulah yang ingin Jungkook dengar saat itu. Tempat tidur itu seolah menjadi saksi sejarah mereka yang seperti benang kusut.
Tenggorokan Jungkook terasa tercekik dan ia berbalik.
'Yang mana dari kedua pria itu yang masih menjadi suaminya yang sah?'
Di atas semua pertanyaan yang ada, satu pertanyaan itulah yang penting untuk segera dijawab.
to be continued
.
.
harusnya dua-duanya masih suaminya jungkook sih haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice Loved: The Sailor Return || kth+jjk
Fiksi Penggemar[REMAKE] Original story by: LaVyrle Spencer Penerjemah: Endang Sulistyowati . . Kembalinya sang pelaut. Start: 29 Mei 2020 End: ~