Jungkook mengalihkan tatapannya dari Taehyung saat ia tersadar Yoongi sedang mengamati mereka. Namun, saat ia berbalik ke arah kapal pencari, tatapan tajam Yoongi masih menilainya dengan dingin, sampai Jungkook merasa seolah-olah dirinya transparan.
Kapal akhirnya merapat dan Jungkook melihat wajah Jimin yang terguncang, mata yang kosong, dan kulit yang sepucat mayat. Jimin masih memakai
pakaian kerjanya. Saat melihatnya Jungkook kembali diliputi rasa bersalah.Jimin berjalan dengan langkah lelah ke dermaga dan berikutnya dibebani akan hal yang menyayat hati, menenangkan ibunya yang berduka. Jimin menghampiri ibunya, menariknya dalam dekapan dan menekan pipinya ke rambut sang ibu yang terisak.
Jungkook mengamati sang ibu yang mencari kekuatan dari putranya. Jungkook tetap berdiri di tempatnya, merasa bersalah dan tidak yakin, menunggu Jimin melihatnya. Saat Jimin melihatnya, pria itu menyerahkan sang ibu ke pelukan paman, bibi, dan kakaknya saat hendak menghampiri Jungkook.
Jungkook melihat tatapan Jimin yang sempat beralih sebentar ke arah Taehyung, yang masih berdiri di belakangnya, kemudian Jungkook ditarik ke dalam pelukan Jimin. Jungkook memeluk Jimin dengan erat, dikuasai oleh berbagai emosi-rasa kasihan, malu, bersalah dan cinta.
Jungkook terus memeluk Jimin, sementara di seberangnya, ia mendengar suara isakan Hilda dan Hoseok. Jimin tidak mengeluarkan suara apa pun, hanya menelan salivanya berulang kali. Jimin bergelayut, lengan pria itu memeluk Jungkook, sementara seluruh penduduk kota, termasuk Taehyung, menyaksikan mereka.
Akhirnya, Jimin berbicara dengan suara tercekat, "Dia-dia sudah berlayar di-di laut itu seumur hidupnya." seolah Jimin tidak bisa mengerti kenapa hal seperti ini bisa terjadi.
"Aku tahu, aku tahu." Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Jungkook.
Jimin menggoyangkan Jungkook ke depan dan ke belakang sementara air mata membanjiri matanya. "Dari mana saja kau? Aku mencarimu ke mana-mana."
Pertanyaan Jimin terasa seperti duri yang menusuk jantungnya, saat ia terpaksa menjawab dengan setengah berbohong. "Aku membawa Taejung ke rumah Seokjin."
"Aku sangat-" Jimin menelan saliva dengan susah payah, dan Jungkook merasakan tubuh pria itu bergetar. "Aku membutuhkanmu." Mata Jimin terpejam dengan kuat.
"Aku ada di sini, Jimin. Aku di sini." ujar Jungkook menenangkan.
Jimin membuka matanya dan menemukan Taehyung sedang mengamati mereka. Jimin melepaskan pelukannya pada Jungkook. Jantung Jimin berdetak dengan cepat dan berat, sementara mata Taehyung dibebani oleh kesedihan yang mendalam.
Mereka berdiri berhadapan, dengan kaku dan tegang. Taehyung-lah yang akhirnya mengambil langkah pertama. Mereka bertemu dalam kebisuan yang menyiksa, antara dada dengan dada, jantung dengan jantung, pertengkaran mereka tentang Jungkook terlupakan sejenak oleh kepentingan yang lebih besar, yaitu kematian orang yang sama-sama mereka cintai.
Saat memeluk Jimin dengan cepat, Taehyung merasakan luapan emosi yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Cinta dan kasihan terhadap Jimin, kebutuhan untuk menenangkannya, dan rasa bersalah atas apa yang telah ia dan Jungkook lakukan sebelumnya.
"Jimin." ujar Taehyung dengan suara parau.
"Tae, aku senang kau di sini."
Mereka berdua memisahkan diri. Taehyung meletakkan tangannya yang besar di bahu Jimin, merasakan baju bahan wol milik Jimin yang basah. "Aku akan menunggu jika kau mau. Jaeha-dia sangat baik padaku. Dia seorang pria yang baik."
Jimin meremas lengan bagian atas Taehyung, menekan tangan menenangkan Taehyung dengan lebih kuat di bahunya selama beberapa saat. "Ya, kumohon. Aku pikir ibu akan senang jika kau berada di sini, dan-dan Jungkook juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twice Loved: The Sailor Return || kth+jjk
Fanfic[REMAKE] Original story by: LaVyrle Spencer Penerjemah: Endang Sulistyowati . . Kembalinya sang pelaut. Start: 29 Mei 2020 End: ~