02. Berpamitan

2.4K 154 4
                                    

02. Berpamitan

“Silakan duduk, Yah.”

Diah langsung menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis yang diberikannya untuk Agra. Setelah itu, ia bergegas duduk di atas sofa empuk yang terdapat di ruang tamu rumah calon suaminya.

Selanjutnya, Agra pun mulai pamit berlalu dari sana. Karena ia ingin menyiapkan minuman, serta kudapan untuk Diah. Sementara Diah yang ditinggal sendirian di ruang tamu rumahnya Agra, segera mengamati suasana di sekitarnya.

Sampai akhirnya, pandangan Diah pun terjatuh pada foto pernikahan yang terpajang di dekat tempat duduknya itu. Sehingga ia bisa menyimpulkan jika Agra dan Elina adalah pasangan yang terlihat sangat serasi di foto pernikahan mereka.

Namun, siapa sangka, ternyata yang terlihat serasi di dalam foto pernikahan, belum tentu benar-benar serasi dalam berumah tangga. Karena sesungguhnya Diah sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di antara Agra dan Elina selama tiga tahun pernikahan mereka.

“Maaf, Yah. Karena aku udah bikin kamu nunggu lama,” ujar Agra seraya menaruh nampan yang dibawanya ke atas meja.

Diah langsung tersenyum teduh ke arah Agra. “Enggak apa-apa, Sam.”

Sam adalah penggalan dari nama belakangnya Agra yang berasal dari kata Samudra.

Agra Samudra.

Itu adalah nama lengkapnya.

“Oh, iya, ini aku bawain jus kemasan dari dalam kulkas. Kamu enggak keberatan kan dikasih minum jus kemasan?” tanya Agra yang hanya ingin memastikan.

Diah malah tertawa begitu mendengarnya. “Aku sama sekali enggak keberatan kok, Sam. Jus kemasan juga enak, dan gak bikin sakit perut.”

Agra jadi ikut tertawa karena ucapannya Diah barusan.

“Kalau begitu, ayo diminum dong, Yah. Jangan dianggurin aja.”

“Oke, aku minum sekarang ya?” tanya Diah dengan wajah jenakanya.

Agra hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dan membiarkan Diah menikmati minuman serta kudapan yang tersedia di atas meja. Setelah itu, pandangannya pun terjatuh ke arah anak tangga yang selalu dilewatinya untuk menuju ke arah lantai dua rumahnya. Ia jadi memikirkan Elina yang tadi langsung pergi begitu saja, dan menolak untuk bersalaman dengan Diah.

“Sam!”

“Ya?” Agra langsung terlonjak saat Diah menepuk pelan bagian atas pahanya yang masih mengenakan celana bahan.

“Aku tadi nanya, kita jadi kan makan malam di luar?” tanya Diah yang kembali mengulangi pertanyaannya kepada Agra.

Agra segera menganggukkan kepalanya ke arah Diah. “Iya, jadi kok. Mau langsung pergi sekarang?”

“He-em.” Diah mengangguk pelan. “Ntar kita kejebak macet lagi di jalan.”

“Oh, ya udah.” Agra langsung bangkit dari atas sofa. “Kamu tunggu di sini dulu sebentar, aku pamitan dulu sama Elina di kamar.”

Diah hanya menganggukkan kepalanya, dan membiarkan Agra menaiki satu per satu anak tangga untuk menemui Elina di dalam kamar tidur mereka.

***

“Lin ....” panggil Agra sembari mengetuk pelan pintu kamarnya dan Elina.

Namun, tidak ada sahutan dari arah dalam. Sehingga ia pun langsung masuk begitu saja, tanpa mendapatkan persetujuan yang biasanya akan keluar dari mulut istrinya.

“Lin? Kamu lagi mandi?” Kali ini Agra sudah mengetuk sekaligus berdiri di depan pintu kamar mandi, tapi ia sama sekali tidak mendengar suara gemercik air.

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi pun akhirnya terbuka dari arah dalam, dan Elina muncul di sana dengan wajah sembabnya.

Agra yang melihat itu, segera menahan dirinya agar tidak langsung bertanya. Karena ia datang ke sini hanya untuk berpamitan semata.

“Aku pergi dulu sama Diah, kamu jaga diri baik-baik di rumah.” Agra berdeham pelan sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Jangan sampai ia bergerak refleks untuk mengelus pucuk kepalanya Elina, apa lagi memberikan pelukan singkat di tubuhnya. Karena ia sudah tidak boleh lagi untuk melakukannya. “Nanti aku pulang sekitar jam sepuluh malam, tapi bisa aja telat. Jadi ... kamu enggak usah nunggu aku pulang.”

Lalu, Agra pun mulai terdiam. Tetapi, sedetik kemudian, ia kembali berdeham pelan. “Nanti kamu tidur aja duluan, karena aku juga udah pegang kunci cadangan.”

Namun, Elina hanya terdiam dengan bibir yang terkatup rapat. Sehingga Agra pun memutuskan untuk segera berbalik arah, dan berlalu dari sana tanpa menunggu lebih lama. Karena ia sadar jika Elina pasti tidak ingin mengatakan apa-apa kepada dirinya, dan ia juga tidak berharap untuk mendengar sepatah kata pun keluar dari bibir istrinya.

Selain itu, Agra juga tidak ingin membuat Diah menunggu terlalu lama. Karena ia sangat menghargai Diah yang sudah bersedia untuk menjadi calon istri barunya.

*****

Sekilas info: cerita ini udah dipublish sebanyak 5 bab di KBM App.

Kali aja kalian mau mampir ke sana 😅

Rabu, 19 Mei 2021

Aku, Kamu, dan DiahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang