04. Maaf

2.3K 140 6
                                    

04. Maaf

“Mas.”

“Hmm?”

“Sejak kapan kamu menjalin hubungan sama Diah?”

“Diah?” tanya Agra.

Elina kontan menganggukkan kepalanya.

“Perasaan kemarin kamu sebut dia dengan panggilan Mbak. Terus, kenapa hari ini panggilannya udah mulai berubah?” Agra menatap Elina yang sedang duduk di dekatnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Namun, wanita itu langsung memutuskan kontak mata mereka berdua, dan kembali mengaduk-ngaduk bubur kacang merah di hadapannya. Karena saat ini mereka berdua tengah berada di atas meja makan dengan Agra yang sedang membaca koran.

“Aku cuma butuh jawaban atas pertanyaan aku tadi, Mas.”

Agra lantas melipat koran di tangannya, dan meletakkan benda itu ke atas meja di hadapannya.

“Sejak ... kira-kira tiga bulanan yang lalu. Saat aku pergi ke acara pernikahan salah satu temanku.”

“Jadi, kamu ketemu sama Diah di tempat itu?”

Agra hanya mengangguk, dan Elina langsung tersenyum kaku.

“Aku masih enggak percaya kalau kamu bakalan bawa perempuan lain ke sini tepat di hari jadi pernikahan kita. Kamu sengaja?” tanya Elina dengan sedikit nada marah yang terselip di dalam nada suaranya.

“Iya, aku memang sengaja.” Agra menjawab tanpa rasa bersalah.

Elina kontan menggelengkan kepalanya dengan pandangan tak percaya. Bahkan kedua bola matanya pun sudah terlihat sedikit memerah karena ucapan Agra barusan.

“Padahal aku mau memperbaiki hubungan kita,” lirih Elina dengan nada sedih yang sangat kentara.

Hal itu langsung saja membuat Agra tercenung di tempat duduknya.

Kemarin, sebenarnya Elina memang sengaja membersihkan dirinya lebih awal sekaligus menyiapkan berbagai menu makan malam spesial di atas meja makan. Bahkan ia juga sudah menyiapkan sebuah kado istimewa di dalam kamar.

Semua itu Elina lakukan karena ia ingin memperbaiki hubungan mereka yang memang sedang merenggang.

Namun, semua usahanya itu gagal. Lantaran Agra telah berhasil menjalin hubungan di belakangnya secara diam-diam. Sehingga ia pun merasa ... kalau rumah tangga mereka benar-benar terancam, dan tidak bisa lagi diselamatkan.

“Mas ....” panggil Elina sembari menyentuh punggung tangannya Agra yang terletak di atas meja. Tetapi, pria itu segera menarik tangannya dari pegangan tangan istrinya.

“Maaf, Lin. Aku enggak bisa,” kata Agra yang langsung bangkit dari atas tempat duduknya.

Elina kontan mendongakkan kepalanya ke arah Agra yang sudah berdiri tak jauh darinya. “Kenapa?” tanyanya dengan nada kecewa.

“Pasti karena Diah kan, Mas? Aku enggak nyangka kalau ternyata kamu udah secinta itu sama dia.” Elina kembali menundukkan kepalanya, dan menatap semangkuk bubur kacang merah miliknya. Entah kenapa, bubur itu sudah tidak terlihat menggugah selera. Mungkin karena obrolannya dengan Agra barusan yang membuatnya jadi kehilangan nafsu makan secara tiba-tiba.

“Apa jangan-jangan dia itu mantan pacar kamu di SMA?” gumam Elina, yang tanpa diduga langsung dijawab oleh Agra dengan sigap.

“Bukan.”

Hal itu tentu saja berhasil membuat Elina kembali mendongakkan kepalanya, dan menatap Agra dengan kedua bola mata jernih miliknya.

“Bukan karena Diah, dan Diah juga bukan mantan pacar aku di SMA.”

Kemudian, Agra pun mulai menghela napas dengan wajah gusar. “Tapi, karena kamu sendiri, Lin. Karena perbuatan kamu selama ini, yang bikin aku ngerasa ....”

Agra segera menjeda. Karena ia sedang mencari kata yang terdengar lebih halus ketimbang kata ‘jijik’ yang hampir saja meluncur dari bibirnya.

“Kamu pasti sadar kan kenapa aku enggak mau nyentuh kamu selama beberapa bulan belakangan?” tanya Agra yang akhirnya memilih untuk tidak menyelesaikan ucapannya tadi. Karena ia tidak ingin melukai Elina lebih dalam lagi. Meskipun perbuatannya kemarin sekaligus semua perkataannya tadi sudah berhasil menyakiti wanita itu sampai berkali-kali.

Sementara Elina sudah dibuat terhenyak di atas tempat duduknya, karena ia sama sekali tidak menduga kalau Agra akan kembali mengungkit-ngungkit tentang hal itu di hadapan dirinya.

Ternyata ... Agra masih belum memaafkan segala kesalahannya Elina, dan Elina tidak tahu harus melakukan apa lagi supaya suaminya itu mau memaafkannya dengan mudah, sekaligus bersedia untuk meninggalkan Diah demi kembali ke dalam pelukannya.

Sepertinya rumah tangga mereka berdua sudah benar-benar tidak bisa lagi diselamatkan, dan Elina mulai mengkhawatirkan masa depan bayinya yang masih berada di dalam kandungan.

*****

Btw, cerita ini udah dipublish sebanyak 15 bab di KBM App. Jangan lupa mampir ke sana ya ^_^

Rabu, 26 MEI 2021

Aku, Kamu, dan DiahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang