05. Istrinya, Elina
“Lho? Kalian berdua ... dateng barengan?” tanya Thalia begitu melihat Agra dan Diah yang baru saja sampai di rumahnya, karena saat ini ia sedang menyelenggarakan acara syukuran atas kelahiran anak keduanya.
“Iya,” jawab Agra yang terlihat biasa saja, dan sangat berbanding terbalik dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Thalia barusan.
“Terus ... Elina-nya ke mana, Gra?” Thalia kembali bertanya kepada Agra. Sementara Diah hanya diam saja.
“Ada di rumah.” Agra menjawab dengan nada santai.
Thalia hanya melongo di tempat.
“Ini kita berdua gak disuruh masuk, Thal?” tanya Agra dengan sedikit nada kesal yang terselip di dalam suaranya.
Thalia pun langsung tersadar, dan segera mempersilakan kedua teman sekolahnya itu untuk masuk ke dalam. Ia benar-benar terlihat shock di tempat begitu melihat Agra yang kembali menggandeng tangannya Diah, kali ini terlihat lebih terang-terangan dari sebelumnya. Karena tadi Diah sempat melepaskan tautan tangan mereka berdua saat melihat sosok Thalia yang sedang menyambut mereka di teras rumah.
“Sam, please.” Diah segera menarik tangannya dari genggaman tangannya Agra, sehingga tangan mereka berdua kembali terlepas dengan mudah. “Kamunya agak jauhan dulu, soalnya aku enggak mau anak-anak yang lain sampe tahu. Mereka pasti bakalan nyalahin aku sebagai pengganggu di dalam rumah tangga kamu, meskipun kenyataannya enggak begitu.”
Agra hanya terdiam dengan wajah kakunya, serta kedua telapak tangan yang sudah berada di dalam saku celana. Ia pikir, setelah Diah menerima lamaran darinya sekaligus bersedia menjadi calon istrinya, wanita itu siap untuk memublikasikan hubungan mereka berdua di hadapan banyak orang.
Namun, ternyata, hubungan mereka masih harus disembunyikan. Bodohnya, ia tidak bisa berbuat banyak selain menuruti permintaan Diah barusan.
***
“Sam, kamu marah?” tanya Diah saat mereka berdua sudah berada di dalam mobilnya Agra setelah acara syukuran bayinya Thalia selesai.
Agra sama sekali tidak menyahuti pertanyaan dari Diah barusan, dan tetap memfokuskan perhatiannya ke arah depan. Karena saat ini ia sedang sibuk menyetir di jalan.
Diah yang mengerti kalau saat ini Agra sedang tidak ingin diajak bicara, akhirnya memilih untuk tidak lagi mengeluarkan suara.
Namun, saat mobil yang dikendarai oleh Agra sudah berhenti tepat di depan rumahnya, Diah pun kembali melancarkan aksinya untuk membujuk Agra.
“Sam ....” panggil Diah sembari meletakkan sebelah telapak tangannya di atas salah satu pahanya Agra yang dibalut oleh celana bahan berwarna mocca. “Kamu enggak mau mampir dulu ke dalam?”
Agra tampak berpikir di tempat duduknya sembari membalas tatapan matanya Diah yang saat ini sedang mengarah ke arah dirinya.
“Enggak deh, aku mau langsung pulang aja.”
Diah pun segera membuang muka sambil melipat tangannya di depan dada. “Jadi, kamu beneran masih marah?”
“Enggak kok, aku enggak marah,” sahut Agra yang langsung membantah perkataannya Diah.
“Bohong.”
“Buktinya kamu enggak mau mampir dulu ke dalam,” lanjut Diah sebelum Agra kembali menyangkal ucapannya. Sedangkan Agra hanya mampu menghela napas panjang, dan segera membuka seat belt-nya.
“Ya udah, aku mampir sebentar, tapi habis itu langsung pulang.”
Senyum di bibirnya Diah pun mulai merekah secara perlahan-lahan.
Setelah itu, mereka berdua masuk ke dalam rumahnya Diah dengan kedua tangan yang sudah saling bergandengan.
Lalu, tanpa diduga, Diah malah mengalungkan kedua tangannya di lehernya Agra saat mereka berdua sudah berhasil masuk ke dalam rumah.
“Berhubung hubungan kita udah lebih serius dari sebelumnya, kamu mau kan ....” Diah tersenyum sensual sembari membuka kancing kemejanya Agra menggunakan salah satu telapak tangannya.
Agra hanya diam saja dengan kedua tangan yang sudah bertengger manis di pinggulnya Diah. Di saat wanita itu sedang sibuk mengusap bagian dadanya yang sudah sedikit terbuka, ia malah teringat pada sosok Elina yang saat ini ia yakini sedang berada di rumah mereka dan tidak pergi ke mana-mana.
Setelah itu, Diah pun mulai menyatukan bibir mereka berdua, dan Agra sama sekali tidak menolaknya. Karena hal ini sudah biasa mereka lakukan.
Namun, Agra segera menghentikan itu semua sebelum kewarasannya benar-benar menghilang.
“Kenapa?” tanya Diah dengan sedikit nada kecewa saat Agra langsung membenahi kancing kemejanya yang sudah terbuka.
“Kamu tahu kan kalau aku bukan penganut se* di luar nikah?” tanya Agra setelah berhasil mengancing kembali bagian depan baju kemejanya. Lalu, ia pun mulai menangkup kedua pipinya Diah, dan kembali berbicara dengan nada yang jauh lebih serius dari sebelumnya. “Lagi pula ... kamu terlalu berharga, Diah. Jadi, enggak mungkin aku nyentuh kamu dengan cara yang salah.”
Padahal, kenyataannya, Agra masih tidak mempunyai nyali yang besar untuk tidur dengan wanita lain selain istrinya, Elina.
*****
Lagi, atau sampe di sini aja?
Soalnya cerita ini udah mau tamat di KBM App. Apa lagi alurnya memang gak terlalu panjang.
Jangan lupa beri dukungan untuk cerita ini dengan cara memberikan vote, komen, & share ya! Makasih ❤
Kamis, 10 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Diah
RomanceTepat di hari anniversary pernikahan kami yang ketiga, suamiku malah menggandeng wanita lain untuk datang ke rumah. *** Copyright © by: ruangbicara. Selasa, 11 Mei 2021