•───────•04•───────•

553 82 61
                                    

-- Mohon di ingat typo bertebaran dimana-mana mohon di maklumi walau merusak suasana saat membaca, terima kasih --
[author mimilynnris]























Sudah dua minggu berlalu, dan hari ini adalah pemakaian botol kedua dari obat yang sedang Akaashi konsumsi. Efek samping dari obat tersebut begitu menyiksa Akaashi dalam melakukan aktivitas seperti biasanya, berat badannya ikut menurun drastis sampai Akaashi harus memakai pakaian yang sedikit longgar agar terlihat berisi di depan teman-temannya. Namun Akaashi tetap bertahan walau keadaannya kini seperti mayat hidup, tubuhnya yang kurus dengan memar-memar yang di buat oleh ayahnya seminggu yang lalu. Tanpa di sadari oleh Akaashi, teman-temannya sudah menyadari perubahan Akaashi yang begitu mencolok, bahkan untuk menggenggam tangan Akaashi mereka harus ekstra hati-hati, karena Akaashi sering merintih kesakitan karena genggaman mereka, walaupun genggaman itu sudah begitu pelan. Perubahan Akaashi juga terasa saat dia berlatih voli, ia terkadang tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya sendiri seperti anak yang baru bisa berjalan, sungguh itu membuat semua merasa cemas dengan keadaan Akaashi yang seperti itu, apalagi Bokuto merasa bahwa Akaashi menutupi sesuatu darinya, karena pernyataan Ryu tentang sakit yang di derita Akaashi dua minggu yang lalu paska Akaashi menahan batuk di malam pulang berlatih.

"Akaashi, kau benar-benar sehat? Tubuhmu lebih kecil di banding dua minggu yang lalu." Ujar Washio dengan raut wajah cemas.

"Aku baik-baik saja Washio-san, aku hanya kurang tidur dan pola makan ku sedikit berantakan akhir-akhir ini." Jelas Akaashi dengan jujur.

"Be..begitu ya? Tapi apa kau yakin? Sudah ke dokter?" Tanya Konoha menyela pembicaraan Washio dan Akaashi.

Akaashi hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan yang Konoha lontarkan padanya. Semua pun percaya dengan ucapan Akaashi, walau mereka curiga bahwa Akaashi kini sedang berbohong pada mereka semua. Saat berlatih terlihat begitu jelas Akaashi yang begitu berubah dan memprihatinkan, tubuhnya yang kecil dengan kulit yang kini pucat pasi membuat coach Yamiji meminta Akaashi untuk tidak mengikuti pelatihan hari ini. Kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk Akaashi berlatih apalagi Akaashi juga terkadang hampir kehilangan kesadarannya saat berlatih.

"Akaashi, ayo minum dulu." Ujar Yukie sambil memberikan botol minum pada Akaashi.

Akaashi hanya mengangguk lalu menerima botol minum dari Yukie, Akaashi mendesah pelan saat dadanya terasa sesak secara tiba-tiba. Namun sesak itu tidak bertahan lama, dikala semua tidak menyadari hal itu, hanya Bokuto yang menyadari apa yang sedang Akaashi rasakan. Sorot matanya terus memperhatikan Akaashi yang nampak lemas dengan matanya yang sedikit berwarna kuning pucat. Bokuto sudah berkali-kali di marahi oleh coach Yamiji karena keteledoran Bokuto yang membuat Haruki hampir saja cedera.



'Aku yakin Akaashi merasakan sesuatu yang lebih menyakitkan di banding luka punggung akibat jatuh dari tangga, tapi kenapa dia tidak mau jujur tentang hal itu?'



Latihan selesai di pukul 18.23, semua membubarkan diri setelah memberi penghormatan pada coach Yamiji yang telah melatih mereka hari ini. Saat akan keluar dari gedung, Akaashi di panggil oleh coach Yamiji untuk menghadap dirinya. Akaashi segera menghadap coach Yamiji, sedangkan Bokuto dan yang lain menunggu di luar gedung.

"Permisi coach, ada apa memanggil saya?" Tanya Akaashi baru saja sampai di ruangan coach Yamiji.

"Begini Akaashi. Akhir-akhir ini kau terlihat begitu berubah, tubuhmu semakin kecil dan bahkan kulitmu pucat pasi, kau tidak menutupi sesuatu dari kami kan? Apalagi ini tentang kesehatanmu." Jawab coach Yamiji to the point.

SERENDIPITY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang