-- Mohon di ingat typo bertebaran dimana-mana mohon di maklumi walau merusak suasana saat membaca, terima kasih --
[author mimilynnris]Tidak terasa hari pertandingan antara Fukurodani dan Nekoma akhirnya datang. Sebelum pertandingan, Bokuto dan yang lain menyempatkan diri untuk berkunjung pada Akaashi. Mereka meminta doa Akaashi dan Ryu untuk kelancaran pertandingan, dan semoga Fukurodani lah yang menang. Mereka sampai di mansion Ryu, terlihat banyak pengawal yang menjaga dari ujung gerbang masuk bahkan sampai pintu mansion. Mereka langsung di sambut oleh Narami dan Tobi, tentu mereka berdua yang akan mengantarkan anak-anak pada Akaashi yang sedang terapi.
"Paman Tobi tidak jahat kan pada kekasihku?" Tanya Bokuto sedikit curiga.
"Tentu saja tidak. Yang jahat itu bukan tuan Tobi, tapi seseorang yang mirip dengannya." Jawab Narami membantu Tobi.
Mereka bercanda tawa sepanjang jalan, sampai akhirnya mereka sampai di ruang terapi Akaashi. Narami dan Tobi mengetuk pintu lalu membuka pintu setelah mendapat izin dari Ryu. Terlihat Akaashi sedang belajar berjalan, walau sedikit kesulitan, tapi Akaashi sudah bisa menyeimbangkan diri. Ryu langsung berbisik pada Akaashi, setelah itu Akaashi melirik pada teman-temannya yang sudah memakai jersey dan jaket Fukurodani. Ryu langsung menggendong Akaashi untuk duduk sejenak, dan membiarkan teman-temannya untuk bicara dengan anaknya itu.
"Keiji. Kamu tau kan hari ini adalah pertandingan tim kita dengan tim Nekoma? Kami minta doa darimu dan paman untuk kelancaran pertandingan." Ujar Bokuto sangat sedih karena Akaashi tidak bisa ikut.
"Itu pasti. Kalian juga jangan sedih jika aku tidak bisa ikut, sebagai gantinya aku dan ayah akan menonton pertandingan kalian." Sontak semua langsung menatap Akaashi senang.
"Sungguh? Memang kamu sudah boleh keluar, atau meninggalkan terapi?" Tanya Bokuto senang sekaligus khawatir.
"Iya, Keiji sudah bisa keluar. Lagipula kondisinya sudah membaik dan bisa keluar dari sini." Jawab Ryu membuat semua tersenyum lalu memeluk Akaashi.
Mereka senang Akaashi bisa keluar dari mansion ini, walau dia tidak bisa ikut bertanding, setidaknya kehadirannya bisa membantu untuk Bokuto. Sebelum pergi, mereka semua memeluk Ryu dan berterima kasih padanya, dan Ryu hanya tersenyum dan memberikan semangat pada mereka agar tetap kuat walau Akaashi tidak ada di samping mereka. Satu persatu dari mereka pergi, menyisakan Bokuto yang masih berada di dalam bersama Akaashi dan Ryu. Dia tersenyum lalu mencium kening Akaashi dengan penuh cinta. Hatinya begitu senang karena Akaashi bisa pulih dan mampu menonton pertandingannya melawan Nekoma. Beberapa menit Bokuto berada di sana untuk memeluk kekasih cantiknya, sampai suara Konoha menyadarkan Bokuto bahwa mereka akan terlambat.
"Aku pergi dulu. Ku tunggu kau duduk di bangku penonton bersama paman Ryu." Ujar Bokuto sebagai kata perpisahan.
"Iya. Tunggu aku di sana." Balas Akaashi sembari mengusap surai lembut Bokuto.
"Paman aku- / panggil saja aku ayah." Potong Ryu membuat Bokuto langsung melirik pada Ryu dan bergantian pada Akaashi.
"Aku melihat ketulusan mu, kau benar-benar mencintai putra ku bahkan kau rela melakukan apapun untuknya. Aku menerima mu untuk menjadi menantu ku." Semua seketika terdiam dengan ucapan Ryu.
Rekan Bokuto yang mendengar itu langsung menganga mendengar itu, sedangkan Narami tersenyum lalu menghampiri Akaashi yang masih terkejut. Narami membantu Akaashi untuk pergi ke kamar untuk membicarakan sesuatu, sedangkan Bokuto membulatkan matanya tidak percaya.
"Paman, eh maksudku ayah serius?" Tanya Bokuto masih tidak percaya.
"Iya, aku serius. Bahagiakan anakku ya. Sekarang cepat berangkat, kalian hampir terlambat" Jawab Ryu yang langsung di laksanakan oleh Bokuto.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY ✔️
Fanfiction[ End ] Berjanjilah untuk bertemu dengan ku di pohon bunga sakura saat senja. Permintaan terakhir seorang lelaki bersurai raven sebelum ia terbang tinggi bersama sang angin. Topeng tanpa ekspresi itu akan hancur, memperlihatkan apa yang sudah dia...