-- Mohon di ingat typo bertebaran dimana-mana mohon di maklumi walau merusak suasana saat membaca, terima kasih --
[author mimilynnris]Akaashi kini sedang ada di meja makan, makan malam seorang diri, hanya di temani oleh kesunyian. Namun dia tidak menyadari bahwa banyak sekali mata yang memperhatikan dirinya, mata tajam yang menahan rasa haus untuk melukai Akaashi dengan senjata yang sedang mereka pegang. Tiba-tiba ponsel Akaashi berbunyi menyadarkan Akaashi yang sedang makan.
Panggilan: Konoha-san
"Halo, ada apa Konoha-san?"
'Apa aku menganggu mu, Akaashi?'
"Tidak kok, tidak menganggu sama sekali, memang ada apa?"
'Aku ingin meminta maaf.'
"Minta maaf? Untuk apa?"
'Ya karena akhir-akhir ini sikapku sedikit menyebalkan, bahkan berdampak padamu dan Bokuto.'
"Tidak masalah Konoha-san, tapi kau baik-baik saja kan?"
'Terima kasih sudah mengerti, namun aku sudah baik-baik saja.'
"Kalau boleh tau apa yang terjadi? Apa ada masalah?"
'Tidak ada, hanya saja aku sedang marah pada seseorang. Dia sungguh tidak peka dan sikapnya sama dinginnya denganmu, namun ya begitulah.'
"Maksud Konoha-san itu Was-"
'Iya, dia sungguh menyebalkan. Ya sudah kalau begitu aku tutup telfonnya. Aku tidak mau menganggu mu lebih lama malam ini, pastikan kau istirahat dengan cukup. Kau ingatkan hanya kau yang bisa mengendalikan si burung besar itu.'
"Tidak masalah Konoha-san, terima kasih sudah mengingatkanku."
Sambungan telfon pun kini terputus, Akaashi hanya bisa menggelengkan kepalanya setelah mendengar kejujuran Konoha tentang sikapnya akhir-akhir ini. Ternyata itu alasan kenapa Konoha sedikit berbeda, dia juga merasa ada yang aneh pada Bokuto akhir-akhir ini, namun Konoha juga tidak memberitahu nya bahkan sepertinya dia juga tidak tau apa yang terjadi pada lelaki bersurai pearl river bercampur grey steel itu.
"apa karena surat dariku?" Gumam Akaashi sambil memakan onigiri terakhirnya.
Setelah makan malam selesai, Akaashi segera masuk ke dalam kamarnya. Dia menatap cermin di depannya, dia sungguh merasa kebingungan dengan tubuhnya sendiri. Luka basah itu menghilang seperti tidak pernah ada, dan hanya memar yang terlihat. Akaashi langsung saja mengerjakan PR-nya yang harus di kumpulkan besok. sepuluh menit sudah berlalu, dan kini Akaashi merebahkan tubuhnya di kasur, matanya kini menatap langit-langit kamarnya. Air mata Akaashi tiba-tiba mengalir dari sudut kedua matanya, ia tersenyum sembari mengingat kenangan masa kecilnya bersama Kei dan Hana. Mungkin kenangan itu jauh dari kata kenangan indah masa kecil anak-anak biasa, tapi Akaashi tetap bersyukur dia memiliki keluarga yang utuh. Walau hanya Hanya yang menyayangi dirinya, kini Akaashi bisa merasakan kasih sayang seorang ayah lewat Ryu. Seorang lelaki jangkung bersurai dark brown yang datang ke dalam hidupnya.
[AKAASHI'S POV]
Kini aku berada di suatu tempat yang kosong dan hampa, hanya warna putih yang aku lihat tanpa ujung. Itulah mimpiku, tidak ada yang spesial dalam mimpiku, aku tidak pernah bermimpi lagi setelah ayah menyiksaku tanpa alasan. Namun, walau mimpiku hanya sebatas ruangan putih tanpa ujung, aku bisa melakukan apa yang aku mau bahkan menangis dan berteriak. Tapi entah kenapa aku merasa ini bukan mimpiku yang seperti biasa, tiba-tiba ruangan putih ini menjadi hitam pekat. Aku tidak bisa melihat apapun, namun tidak lama aku melihat seorang wanita bersurai raven yang kini sedang tersenyum sembari membawa setangkai bunga mawar putih. Dia mendekatiku, surai raven yang terurai begitu cantik di hiasi dengan sebuah penjepit yang memiliki banyak bentuk dalam satu penjepit itu. Mulai dari bunga mawar putih, bunga mawar merah, bunga sakura, bunga matahari, bunga lonceng hingga bunga dandelions dengan sebuah logo aneh berbentuk lingkaran merah dengan gambar yang menghiasi tengahnya, seperti logo nuklir dan kepala serigala berwarna ungu(?)
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY ✔️
Hayran Kurgu[ End ] Berjanjilah untuk bertemu dengan ku di pohon bunga sakura saat senja. Permintaan terakhir seorang lelaki bersurai raven sebelum ia terbang tinggi bersama sang angin. Topeng tanpa ekspresi itu akan hancur, memperlihatkan apa yang sudah dia...