-- Mohon di ingat typo bertebaran dimana-mana mohon di maklumi walau merusak suasana saat membaca, terima kasih --
[author mimilynnris]Bokuto dan keluarganya sedang mengadakan pesta kecil di rumah, terlihat ibu dan kedua kakak Bokuto menyiapkan makanan kesukaan setiap anggota keluarganya, sedangkan ayah dan Bokuto memasang beberapa ornamen agar terlihat lebih cantik. Semua bekerja sampai Bokuto duduk di sofa karena pikirannya yang tidak bisa lepas dari Akaashi. Banyak pikiran buruk yang otaknya berikan, bahkan sampai dia bisa memikirkan bagaimana kejadian yang terjadi pada Akaashi sekarang. Tentu melihat adik mereka yang nampak memikirkan banyak hal, kedua kakak Bokuto menghampiri lalu bertanya pada sang adik sembari menenangkannya.
"Koutarou, kamu memikirkan apa? Ayo cerita pada kami." Bokuto tersenyum lalu menggelengkan kepala tanda menolak bercerita pada kedua kakaknya.
Sampai pesta pun di mulai, mereka makan bersama bahkan bercanda tawa. Dan sekarang bagian bermain permainan bersama, mulai dari hal kecil sampai besar. Dan ada satu permainan yang membuat Bokuto semakin memikirkan kekasihnya itu, permainan yang akan di lakukan adalah memasang puzzle. Namun anehnya puzzle itu terbuat dari kaca dan berwarna putih polos, tidak ada gambar yang bisa Bokuto lihat, sedangkan keluarganya melihat bahwa puzzle itu memiliki ukiran sakura. Tanpa berbasa-basi mereka menyusun puzzle itu secara bergantian, hingga kepingan terakhir akan di pasangkan oleh Bokuto. Saat Bokuto sudah menaruh kepingan terakhir, tiba-tiba kepingan terakhir itu malah retak dan hancur, bahkan pipi ibu Bokuto sampai berdarah karena pecahan puzzle itu. Semua langsung panik, namun kedua orangtua Bokuto langsung meminta Bokuto dan kedua kakaknya untuk masuk saja ke dalam kamar mereka. Tentu semua hanya bisa menurut saja, namun sebelum masuk ke dalam kamar, Bokuto ke dapur untuk membuat teh agar bisa menenangkan diri. Bokuto pun masuk sembari membawa secangkir teh, dia masih tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Apakah itu pertanda buruk(?)
Bokuto membuka jendela kamarnya, begitu terasa angin dingin yang menerbangkan kelopak bunga sakura entah kemana. Banyak sekali kelopak bunga sakura yang masuk ke dalam kamarnya, sampai dia menemukan kelopak bunga sakura yang begitu berbeda, karena bunga sakura itu berwarna merah dan hitam. Bokuto pun menutup jendela lalu merebahkan diri di kasur, perasaan yang tidak karuan ini membuat Bokuto sedikit gila. Namun dia langsung berdoa pada Tuhan agar selalu menjaga sang kekasih dimana pun dia berada. Setelah berdoa, bokuto pun pergi ke alam mimpi, namun secara tiba-tiba seorang lelaki tersenyum saat melihat Bokuto yang sudah tertidur. Dia menyimpan bunga sakura dan setangkai mawar hitam di dada Bokuto. Dia menangis lalu mengusap pipi Bokuto dengan lembut. Sebelum dia pergi dia mencium kening Bokuto sebagai tanda terima kasih.
'Terima kasih sudah mencintai saudara kembar ku. Aku akan membawanya pergi, maafkan aku.'
•°•❀•°•
"Kondisinya mulai melemah, bahkan hampir seluruh organ intinya hancur karena cairan itu." Ujar seorang wanita pada Ryu.
Ryu hanya mengangguk lalu masuk ke dalam kamar rawat Akaashi. Terlihat banyak selang menempel di dada Akaashi, bahkan banyak pula alat medis yang tidak jauh dari Akaashi saat ini. Mata Akaashi lebam karena menangis, bahkan kuku tangan Akaashi terlepas di jari jemarinya karena ulah Ryu. Ryu yang sudah berada di tubuh aslinya hanya bisa terdiam melihat Akaashi tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Ryu duduk di sebelah Akaashi, dia menunduk lalu mengusap punggung tangan Akaashi dengan lembut. Perasaan bersalah memang menghantui Ryu, namun itu tidak akan ada gunanya lagi. Ryu begitu mengingat kejadian itu, sampai dia bersumpah serapah pada orang yang membuatnya harus melakukan ini. Semua karena lelaki tua bangka itu, jika saja dia tidak menargetkan Akaashi sebagai buronan dunia percobaan, mungkin Ryu tidak akan melakukan hal sekejam ini pada anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY ✔️
Fanfiction[ End ] Berjanjilah untuk bertemu dengan ku di pohon bunga sakura saat senja. Permintaan terakhir seorang lelaki bersurai raven sebelum ia terbang tinggi bersama sang angin. Topeng tanpa ekspresi itu akan hancur, memperlihatkan apa yang sudah dia...