01

991 151 9
                                    

Pintu gudang terbuka dan terlihat jelas seorang wanita paruh baya terkejut dan langsung menghampiri gadis yang tergeletak diatas lantai.

"Non Celin! Non bangun non" kata wanita itu sembari menepuk pelan sebelah pipi Celin.

"Mang tolong angkatin Non Celin ke kamar" teriak wanita itu kembali kemudian tak lama datang seorang pria yang langsung mengangkat tubuh Celin ke luar gudang.

Disisi lain..

"Celin gamau balik? Liatin itu bibi khawatir loh sama Mang udin" kata seorang gadis yang baru saja duduk di sebuah bangku.

Gadis disampingnya itu menatap gadis yang baru saja duduk. Gadis dengan wajah ceria dan rambut yang di kucir dua itu nampak tersenyum menatapnya.

"Gue udah cape Ca" kata Celin pelan.

"Loh ko cape si" kata gadis itu kembali sembari cemberut dan menatap marah kearah Celin.

"Gantiin gue Ca, gue mau istirahat dulu. Cape gue ngadepin mereka" kata Celin.

"Loh ga bisa! Nyuruh Cia aja jangan Caca dongg" kata gadis itu sembari meremas gaun yang ia pakai.

"Gue disuruh gantiin Celin?" sebuah suara terdengar dari arah belakang mereka berdua.

Terlihat gadis dengan wajah dingin menghampiri mereka. Sorot mata yang tajam dan langkah kaki yang tegas membuat gadis di sebelah Celin yang bernama Caca sedikit bergidik ngeri.

"Lama gue ga bunuh orang, mau nyuruh gue buat bunuh mereka semua?" Tanya gadis itu sembari menatap dua gadis diatas bangku dengan senyuman miring.

"Jangan dong! Cia mah jahat! Psikopet" kata Caca sembari cemberut dan menatap Cia, gadis yang tadi berbicara dengan tatapan sengit.

"Caca" panggil Celin lirih.

Caca segera berbalik menatap Celin yang tengah tersenyum kearahnya. Caca mengangguk pelan kemudian terlihat Celin berdiri.

"Lo tenang aja Ce, kalo bocil diapa-apain gue yang maju" kata Cia sembari menarik Caca ke untuk berdiri.

Celin tersenyum, dia kemudian mengangguk. Celin menatap dua gadis di depannya yang memiliki wajah sama persis dengannya, hanya kepribadian mereka saja yang berbeda. Celin berbalik dan melangkah pergi menjauhi mereka.

Cia menarik Caca saat gadis itu ingin menyusul Celin. Caca menatap Cia dengan wajah yang sudah memerah menahan tangis.

"Dia cape Ca, dia udah ijinin lo buat ketemu sama mereka. Gamau peluk mereka sama seperti yang lo mau selama ini?" Tanya Cia.

Caca menunduk, menatap rumput hijau di bawahnya. Ia bergerak gelisah, ia sangat ingin bertemu dengan mereka namun apakah dia akan kuat dengan semua yang akan terjadi nantinya?.

"Kalo mereka macem-macem panggil gue" kata Cia.

Caca kembali mendongak dan menatap lekat manik coklat milik Cia. Cia tersenyum kecil kemudian ia duduk diatas bangku dan menunggu Caca yang masih berdiri di depannya.

Caca menatap danau di depannya, apakah tidak apa-apa jika dia yang mengambil alih sekarang?. Caca sekali lagi menatap kearah Cia yang duduk tenang sembari menatapnya dengan wajah datar namun gadis itu mengangguk.

Caca kemudian mengangguk dan melangkah maju mendekati danau itu. Dia berhenti tepat di dipinggir danau. Ia melihat pantulan dirinya sendiri diatas air danau. Caca tersenyum membayangkan akan bertemu dengan mereka semua.

LILAC {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang