05. KEMARAHAN CIA

775 145 8
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, sekarang Caca dan tea sedang berada di kantin. Caca sedang menikmati baksonya sedangkan Tea dia sibuk menonton film di layar ponselnya.

*Brakk*

"Uhuk"

Tea segera memberikan air minumnya pada Caca. Caca segera meminum airnya dan menatap gadis di depan mereka dengan mata memerah. Jujur saja bakso yang belum dia kunyah halus itu terasa sangat sakit di tenggorokannya.

"He lo ngapain si?!" Tanya Tea pada segerombol gadis di depan mereka berdua.

Gadis itu duduk dan mengabaikan pertanyaan Tea. Dia melemparkan uang dan menyuruh Caca untuk memesan makanan.

"Pesenin kita bakso" katanya.

Caca menatap bingung pada gadis itu. Dia sedang berbicara pada siapa??.

"LO TULI HAH" teriak gadis itu sembari menatap Caca tajam.

Caca tergelonjak kaget kemudian tubuhnya bergetar hebat. Tea yang melihat itu segera menenangkan Caca dan menatap gadis di depannya dengan tatapan tajam.

"Heh kembarannya Anabell! Lo itu masih punya kakikan? Tangan masih dua kan? Lo itu ga Cacat ya mohon maaf, jadi beli sendiri ngapain nyuruh Celin buat beli" kata Tea.

"Udah gapapa biar gue yang beliin" kata Caca.

Tea terdiam, dia kemudian menatap Caca yang kini sedang menatap gadis di depannya dengan wajah super datar. Tea menelan salivahnya sendiri dengan susah payah. Caca berdiri dia segera memungut uang tersebut dan pergi dari sana.

"Liat sahabat lo aja nurut sama gue" kata gadis itu.

Tea menggeram marah, Bella dan Ana serta ara dayangnya itu selalu saja mencari masalah di sekolah ini. Bukan hanya dengan mereka namun dengan semua siswi yang mereka temui. Mungkin hari ini adalah hari sial bagi Caca dan tea atau mungkin hari sial bagi mereka?.

Disisi lain Si kembar dan teman-temannya hanya menatap pertikaian kecil tadi dari kejauhan. Mereka sedikit bingung dengan perubahan yang Celin tunjukkan. Dean dan Deon menatap intens gadis yang berjalan sembari membawa satu nampan berisikan bakso kearah Tea.

"Makasih babu" kata Bella.

Caca masih diam berdiri dia kemudian meletakkan nampan dengan keras di depan mereka sampai cipratan kuah bakso yang masih panas membuat mereka berjerit pelan.

"Heh bego! Lo ngapain? Panas anjing" kata Ana.

Caca diam, dia menatap datar kearah empat siwi di depannya. Dengan dandanan yang menor serta pakaian kurang bahan. Cih andai saja Celin dulu tidak berpenampilan seperti mereka dia akan menyembur mereka dengan hinaan itu. Namun dia masih sadar, dan tidak ingin memalukan tubuh ini di depan banyak orang.

"Lo bisu hah?!" Sentak Bella.

"Panas?" tanya Caca dengan tatapan dinginnya.

"Cih lo pikir ini ga panas?! L-akkhhh"

Ucapan Bella terhenti ketika Caca dengan santainya menyiram kuah bakso ke tubuh gadis itu. Bella berdiri dan terlihat mengibaskan seragamnya dan meringis menahan panas di tubuhnya.

"Lo!" Ana menunjuk Caca dengan telnjuknya.

"Itu baru namanya PANAS" kata Caca.

"Dasar jalang gatau diri! Udah berani lo lawan k-akhhh"

Ana berteriak kesakitan setelah jari telunjuknya di patahkan oleh Caca. Tea sendiri sudah panik, dia sendiri juga takut dengan Caca sekarang.

"Yang jalang itu siapa Gue atau Lo?" tanya Caca.

LILAC {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang