16

498 90 2
                                    

Caca menatap rembulan di atas sembari duduk bersandar di pohon. Di depannya ada danau luas yang ia sendiri tidak tau dimana ujungnya.

Apa ini bisa di sebut danau?. Setelah percakapan tadi bersama para pemburu jiwa. Dirinya dan Cia memilih untuk keluar dan mencari angin.

Cia terlihat duduk tak jauh darinya, gadis itu menutup mata. Cia sendiri berada disini karena ajakan dari Caca. Dia tidak ingin Caca hilang lagi, jadi dia memutuskan untuk ikut.

Caca tersenyum saat melihat kunang-kunang terbang di atas danau. Tempat ini sangat mirip dengan alam bawah sadar Celin.

Tak lama ia merasakan seseorang duduk di sampingnya. Caca menengok menatap kearah Sam yang duduk di sampingnya.

Caca sedikit terkejut. Seharusnya pria ini istirahat di kamar yang sudah di siapkan, karena besok dia akan kembali ke tubuhnya.

"Ko Sam disini?" tanya Caca.

Sam tidak menjawab, dia hanya diam sembari menatap Caca. Hatinya sedang berkecamuk, dia memang ingin kembali namun entah kenapa dia tidak ingin gadis ini terluka.

Walaupun ada Cia yang bersama Caca namun mereka sama-sama seorang perempuan bukan?.

"Sam... Harusnya Sam tidur, kan besok mau pulang"

Caca beralih menatap Cia yang sudah terbangun karena suara Sian di sebelahnya. Cia terlihat menahan amarah saat melihat Sian yang dengan santainya membangunkan mimpi indah miliknya.

"Lo tau, gue paling benci digangu"

"Ahahaha sorry lagian, tidur ko disini"

Sian menatap takut kearah Cia namun dia segera duduk di sebelah Cia. Cia mendengus pelan, ia beralih menatap Caca yang juga tengah menatapnya.

"Lo ngapain disini? Sama dia?" tanya Cia.

"Cuma nyari udara seger dan ga sengaja liat kalian disini"

Cia menatap Sian sekilas kemudian kembali menutup matanya, dia sedikit malas berurusan dengan pria ini. Untuk apa dia muncul sekarang? Jujur saja dia tidak ingin melihat dua pria ini lagi, karena besok mereka kan kembali ke tubuh mereka.

Sian menghela nafas, walaupun Cia cuek dan tidak seperti gadis lainnya namun entah mengapa ia malah tertarik dengan gadis ini. Baru pertama kali ia bertemu seorang gadis pemberani, yang mempunyai hobi marah-marah seperti Cia.

Caca kembali menatap Sam yang masih betah menatapnya. Ia sedikit bingung kenapa mereka bedua bisa ada disini. Caca beralih menatap ke arah danau.

Dia menghela nafasnya pelan, dimana keberadaan Celin sebenarnya. Dia sudah takut berada di sini.

"Sam, kalo nanti Sam pulang jangan lupain Caca yaa" kata Caca tiba-tiba membuka suara setelah keheningan yang cukup lama.

"Walaupun nanti Celin yang ambil alih tubuhnya tapi Caca bakalan seneng kalo Sam masih inget Caca" imbuh Caca.

Sam tak menjawab, pria itu justru berdiri dan menghampiri Sian kemudian membawanya pergi dari sana.

Caca menatap sedih keergian mereka, apa Sam tidak mau mengingatnya saat kembali nanti?. Cia mendekat dan mengulurkan tangannya di depan wajah Caca.

"Masuk, tidur besok kita mulai perjalanannya" kata Cia. Caca mengangguk, dia menggapai tangan Cia dan mereka berdua masuk kedalam kastil di belakang.

Semalam tidur Caca tidak nyenyak, entah mengapa dia menjadi ketakutan saat mengingat rumah. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi di rumahnya.

Pagi harinya Caca dan Cia sudah siap dengan baju mereka. Mereka akan ikut dengan para pemburu jiwa ke utara untuk mencari Celin dan jiwa yang masih hidup lainnya.

Di depan mereka ada lima kuda, 2 untuk Cia dan Caca dan 3 lainnya untuk Ressy pria berrambut putih, Reyys pria berambut hitam dan Layy pria berambut pirang.

Namun mereka dikejutkan dengan dua sosok pria yang datang kearah mereka. Mereka adalah Sam dan Sian. Entah mengapa mereka ada disini, seharusnya mereka sudah pulang ke tubuh mereka sekarang.

"Loh ngapain kalian disini?" tanya Rey.

"Mereka ikut, dan aku juga"

Pria tampan berjalan di belakang Sam dan Sian, dia adalah Derry pemimpin dari para pemburu jiwa. Res, Rey, dan Lay menunduk sejenak memberikan hormat pada Derry.

Caca terdiam sebelum akhirnya Cia menariknya agar ikut menunduk. Derry tersenyum melihat kearah Cia dan Caca. Dia kemudian menjentikkan jarinya dan sebuah kuda putih cantik langsung berdiri di sampingnya.

"Mari kita berangkat" kata Derry.

Cia menatap bingung, kudanya pas untuk mereka berenam bagaimna dengan Sam dan Sian?.

Seolah mengerti pertanyaan Cia, Derry tersenyum dan mengatakan.. "Mereka berdua akan ikut dengan kalian, jalan di hutan yang akan kita lalui sangat berbahaya tidak baik untuk seorang gadis berkuda sendirian"

Cia mendelik, menatap tajam Derry yang sudah menaiki kudanya. Cia dengan malas berjalan menuju kuda di depan, tak lama Sian menyusul.

"Lo sama Sam gue sama Caca"

"Lo ga denger kata dia jalannya berbahaya, dan skill berkuda gue udah tingkat dewa lo tenang aja" kata Sian bangga.

Cia berdecak pelan namun dia segera menaiki kuda dan disusul oleh Sian di belakangnya. Caca berdiri kaku namun sebuah uluran tangan membuatnya mendongak.

Di atas kuda sudah ada Sam, dan dengan ragu Caca menerima uluran tangan itu. Jujur saja dia belum pernah menaiki kuda kecuali kuda kayu yang dulu di belikan oeh Galang.

"Jangan takut, pegang talinya" bisik Sam.

Caca mengangguk, saat mereka mulai berjalan Sam melingkarkan tangannya di perut Caca. Sedangkan Cia bersedekap dada sembari bersandar di dada Sian.

"Sam"

"Hm"

Caca mengerucutkan bibirnya, mereka baru saja keluar dari hutan ilusi. Dan ya tanpa halangan sedikitpun. Caca ingin bertanya kenapa Sam dan Sian tidak pulang ke tubuhnya.

"Kenapa hm?" tanya Sam yang sedikit gemas karena melihat Caca yang mengerucutkan bibir dari samping.

"Kenapa Sam sama Sian belum pulang?" tanya Caca.

"Kita mau bantu kalian nyari Celin."

Caca sedikit terkejut mendengar jawaban Sam. Dia mengangguk dan tersenyum senang karena Sam ternyata sangat baik. Walaupun dia sudah membuatnya repot belakangan ini.

"Laper?"

Caca mengangguk, dia hanya makan sedikit tadi karena makanannya tidak enak. Sam merogoh sakunya dan mengeluarkan sebatang coklat.

"Wahh Sam dapet dari mana??" tanya Caca sembari menerima coklat yang Sam sodorkan.

"Ngambil di meja" jawab Sam.

Caca tidak menghiarukan perkataan Sam dia sedang berusaha membuka coklat itu. Caca mengigitnya dan tersenyum senang. Terakhir kali dia memakan coklat sesaat sebelum ia pergi kesini untuk mencari Celin.

Melihat Caca tersenyum Sam ikut tersenyum kecil dan kembali fokus kedepan. Tangan Caca terulur, ia menawarkan coklat di tangannya pada Sam. Sam mengigit kecil cokat itu dan Caca kembali memakannya.

Cia menatap kearah Caca dengan wajah andalannya. Dia tidak tau kalau Sam bisa menjaga Caca dengan baik. Dia sangat cocok menjadj babysitter Caca.

Walaupun tampangnya mengerikan namun dia masih memiliki sisi hati yang lembut dan berperasaan berbeda dengan dirinya.

"Lo mikirin apa?" tanya Sian.

Cia tersadar dan menatap ke samping yang langsung berhadapan dengan Sian. Jarak mereka terbilang sangat dekat bahlan hidung mereka hampir bersentuhan.

Sian menegakkan badannya dan mundur kebelakang. Ia sedikit memerah dengan adegan barusan. Sedangkan Cia? Dia bahkan tidak menampilkan ekspresi apapun.

"Bukan urusan lo" jawab Cia.

Sian menutup matanya dan mengangguk. Mereka kembali melanjutkan perjalanannya, perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu sehari untuk sampai di kota utara.

LILAC {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang