6. Kemarahan Chan

1.9K 232 11
                                    

Chan melepas dasi yang mengikat lehernya selepas pulang sekolah dan pengarahan untuk ujian akhir. Dia sudah izin dari tempat dia bekerja jadi dia bisa langsung pulang. Ujian akhir sudah dekat, Chan tidak begitu mempermasalahkan itu. Dia juga tidak pusing tentang kelanjutan sekolahnya karena yah.. Dia memang tidak melanjutkan pendidikannya. Pikirannya justru ingin mencari pekerjaan lain yang lebih banyak menghasilkan uang.

Sekolah sudah sepi. Sudah lewat satu jam dari jam pulang. Di dekat lapangan basket ada segerombol siswa angkatan Minho yang masih bermain basket. Mereka bukan anak basket karena Chan tahu teman-teman Changbin di ekskul siapa saja, dulu dia juga pernah masuk ekskul itu sebelum kenaikan kelas tiga.

Chan melewati mereka yang sedang tertawa seraya melihat ponsel. Dia tidak ambil pusing. Sampai satu suara menyebut nama Minho.

"Body dia si yang menurut gue mantep banget."

"Mana wajahnya cantik banget, kalau horny pasti lebih cantik lagi."

"Minho emang another level banget. Holenya pasti masih sempit lah ya."

"Kirim foto dia ke gue dong, lo juga bisa-bisanya dapetin foto dia topless gini. Lihat tuh put-"

Bug

"Woy lo apa-apaan sih main hajar aja!! Ada masalah sama gue?" Protes laki-laki yang baru saja mendapat bogeman mentah dari Chan.

"Masalah? Yang kalian sexualizing itu adek gue!!" Teriak Chan lalu memberikan satu tonjokan lagi.

"Kemariin ponsel kalian." Perintahnya.

"Lo mau apa?? Ini ponsel gue, terserah gue mau kasih atau gak." Si pemilik menolak dan mendapat jotosan dari Chan.

Saling adu pukul tidak terelakkan. Tiga lawan satu. Chan terkena pukulan di beberapa tempat, tapi berakhir baik. Dia berhasil membuat ketiganya tertunduk. Chan merebut ponsel itu, ada beberapa foto topless Minho yang sedang berganti baju.

Beberapa orang mungkin melihatnya berlebihan, tapi Chan yang paling tahu bagaimana tersiksanya Minho setiap kali laki-laki memandangnya dengan pandangan berbeda. Tidak sekali dua kali Minho mendapat pelecehan atau sentuhan di beberapa tempat, dia tidak bisa menjerit karena orang-orang akan beranggapan aneh. Dia pernah mengalami itu, dan orang orang mengatakan

"Laki-laki gak usah cemen gitu. Dipegang aja lo jerit. Lo cewek atau cowok?"

Minho hanya bisa menelan ludah lalu berjalan pergi. Ucapan ketiga laki-laki di hadapan Chan saat ini sangat jorok dan tidak bisa dia terima. Minho sudah pasti akan sedih jika mendengar ucapan dari mulut sampah mereka.

"Gue hapus. Ini peringatan dari gue. Jangan macem-macem sama Minho."



"Chan!!"

"Hyung!!!"

Minho dan Hyunjin serempak menghampiri Chan yang akan masuk kamar. Hyunjin menahan pintu kamar dan Minho menarik wajah Chan untuk mengamati wajah itu. Sudut bibirnya terluka dan di keningnya ada goresan luka.

"Berantem kenapa? Tumben lo pake otot." Ucap Minho.

"Gapapa. Minggir hyunjin, gue mau masuk." Balas Chan tidak begitu tertarik ingin menjelaskan.

"Obatin dulu sini." Pinta Minho.

"Nanti. Emosi gue masih gak stabil. Kalian bisa minggir sebelum gue lampiasin ini ke kalian berdua. Maaf Hyunjin."

Chan menarik Hyunjin agar tidak menghalangi pintu lalu masuk ke dalam.

Minho ingin mengetuk pintu itu tapi ia urungkan. Percuma, Chan keras kepala. Hyunjin juga tidak berani mengganggu, apalagi ini Chan.

Minho mengambil ponsel dari saku celananya.

"Ini tumben kenapa Alex nelfon gue." Gumam Minho lalu mengangkat telepon dari Alex, teman sekelasnya yang lebih suka berbaur dengan kelas lain.

Belum sempat Minho mendengar suara Alex, pintu di hadapannya tiba-tiba terbuka. Chan dengan wajah datar lalu merebut ponsel Minho.

"Mau lo apa brengsek? Belum cukup lo gue peringatin?"

Minho dan Hyunjin saling menatap, tidak mengerti apa yang dilakukan Chan.

Chan seperti akan membanting telepon itu, Minho sudah melihat panik dan Hyunjin sudah akan menyelematkan ponsel itu.

"Gue udah bilang buat gak macem-macem, kurang peringatan dari gue hah? Sekali lagi lo nelfon atau gangguin Minho gue patahin kaki lo sialan."

Hyunjin menelan ludahnya. Serius, Chan paling mengerikan saat marah. Kombinasi Chan dan Changbin yang sedang marah bisa membakar apartemen mereka saking tegangnya hawa di sekitar mereka. Hyunjin mengakui kalau aura Chan itu sangat dominan, dia yang tidak tahu apapun permasalahan si Alex dengan Chan saja sudah merasakan ketidaknyamanan hanya dari suara Chan. Dia tidak bisa membayangkan si Alex itu. Apalagi jika tebakan Hyunjin benar, Chan terlibat perkelahian dengan si Alex.

Sejujurnya Chan jarang marah. Lebih banyak kesal sebenarnya. Hyunjin sudah beberapa kali melihat Chan kesal dengan kelakuan tujuh adiknya, tapi melihat Chan murka bahkan mengeluarkan kata-kata kasar, baru kali ini.

"Block Alex. Jangan berurusan sama dia, oke Lee Minho?"

Argh. Chan sedang dalam mode serigala jika dia sudah memanggil nama lengkapnya. Minho hanya bisa mengangguk, ingin mengeluarkan pertanyaan tapi mulutnya terkunci.

"Makasih, Chan."

Chan mengangguk, dia menepuk kepala Minho beberapa kali. "Besok kalau gue lulus, lo sering-sering sama Changbin ya?"

Minho mengangguk lagi, kali ini dia membiarkan Chan masuk. Dia kurang lebih tahu apa permasalahan Alex dengan Chan. Pasti masalah dirinya. Alex memang sudah sering menatapnya, tapi Minho tidak ambil pusing. Mungkin Chan tadi melihat atau mendengar mereka membicarakan dirinya.

Hyunjin menelan ludah. Dia merasa jiwanya terbang saat melihat mode soft Minho dan Chan yang marah. Sial, kenapa hanya dia yang ada di apartemen ini?

Dia tiba-tiba saja merasa menjadi nyamuk.

"Minho hyung, lo jangan soft kayak kucing gini dong. Gue jadi takut lo ada apa-apa sama Chan. Ya soalnya Minho hyung soft banget di depan Chan hyung???"

Tentu itu hanya disuarakan dalam hati. Dia tidak mau menjadi korban centong sayur Minho.

•••

ғᴀᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang